Chapter 11

446 84 30
                                    


Hari ini sama lagi. Re nggak ada di kampus. Di apartemen juga nggak ada. Sudah lima hari ini dia menghilang. Kemana tuh anak? Suka banget main ilmu halilimun. Suka ilang-ilangan.

Kenapa ramai sekali?

Aku mengayukan kakiku lebih cepat mendekati anak-anak yang berkerumun di depan mading.
Karena rasa penasaran langsung saja kuterobos kerumunan itu
hingga aku benar-benar berdiri di depan mading.

Apa ini? Dita, kenapa dia?

Aku tercengang dengan rasa tak percaya melihat foto-foto ini.
Foto-foto Dita bersama lelaki tua di sebuah kamar hotel.
Di foto ini terlihat jelas wajah Dita dengan separuh tubuhnya yang tanpa busana.
Anak-anak berdesak-desakan ingin tahu dan penasaran melihat pengumuman itu.

Dengan lunglai kutarik tubuhku menjauh.
Entah lah kenapa, tapi aku masih tidak percaya seorang Dita bisa merendakan moralnya seperti ini.

Foto-foto Dita juga tersebar
di jejaring sosial, rumor ini langsung menjadi berita utama di kampus kami.
Pihak yayasan tak tinggal diam mereka langsung mengeluarkan Dita dari kampus.

Entah kenapa aku merasa kasihan padanya melihat dia menatapku saat berpapasan
di koridor tadi, kenapa aku merasa nggak tega melihatnya.

"Hayo! ngelamun,
Mikirin apa Zia?"

Mery dan Kania sukses membuyarkan lamunanku. Mereka beringsut duduk menggapitku.
Kami bertiga duduk di bangku panjang depan taman kampus ini.

"Lo kenapa Zia?
Sakit?" tanya Kania sambil meletakan punggung tangannya di keningku.
aku menghela napas gusar.

"Nggak kok, aku cuma kepikiran sama Dita, kasihan dia.
bagaimana kalau orang tuanya sampai tau?
Kasihankan keluarganya."
ucapku prihatin.

Cie ilah...lo Zia gitu aja dipikirin,
Itu salahnya sendiri, siapa suruh berbuat seperti itu!"

"Iya, lagian lo ngapain dipikirin dia tuh kan udah jahat banget sama lo"

"Iya sih, tapi ,Nia, Mer,
Dita itu kan teman kita juga."

"Bodoh ah! Aku malahan mau berterimakasih sama orang yang sudah nyebarin fotonya." tukas Mery.

"Bener tuh!" sambung Kania.

Aku hanya menarik napas menghirup oksigen baru.

****

Syuuur

Benar-benar tidak ada,
Dia tidak pulang lagi, Re dia
ke mana? dia juga tidak menelpon atau mengerimi ku pesan, dasar!

Tanganku terulur mematikan kran air yang kugunakan untuk mencuci tanganku.

Kenapa jadi sepi gini sih, semuanya kompak banget menghilang.
mau pulang ke rumah juga sama saja, nggak ada Papa, Mama rumah jadi sepi kayak di kuburan,
apa aku tunggu Re sebentar lagi?
mungkin dia pulangnya agak maleman.
Iya, aku juga belum mengepel.

Aku bergerak menyapu dan mengepel lantai setelah itu memeriksa kotak sampah yang sudah beberapa hari ini
kubiarkan sampahnya menumpuk di sana.
Setelah itu bergerak merapikan tempat tidur Re, dan menganti bedcovernya.

20:15

Sudah hampir jam Sembilan,
Re masih belum kembali, sebaiknya aku pulang saja,
Re mungkin, dia tidak kembali lagi.

Setelah memastikan semuanya sudah baik-baik saja aku memutuskan untuk pulang tanganku meraih tas-ku yang tergeletak di atas meja kecil seraya langsung berjalan menuju pintu untuk keluar.

Romance VaganzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang