Chapter 21

4.5K 380 11
                                    

Mereka terus saja berjalan mengitari taman tersebut. Pohon-pohon rindang dan tanah lapang dengan rumput-rumput hijau yang luas menjadi pemandangan dikiri dan kanan mereka.

Digo melihat kesalah satu sudut taman tersebut. Disana terdapat beberapa becak mini yang disewakan untuk pengunjung. Digo mengajak Sisi mendekat ketempat penyewaan becak itu.

Digo nampak mengambil sebuah becak setelah berbicara kepada penjaga disana. Sisi nampak heran melihat Digo mendorong sebuah becak berjalan kearahnya.

" Lo mau pake ini?" Tanya Sisi.

" Gue capek! Gue yang duduk, lo yang bawa." Ucap Digo santai dan berjalan duduk didalam becak tersebut.

" OMG, kok gue?" Sisi kaget mendengar permintaan itu.

" Ini balesan karena lo udah bikin gue telat!"

" Iya... iya...!" Balas Sisi dengan nada kesal. Apakah ini balasan Digo karena merepotkannya?

Sisi menaiki becak tersebut, sementara Digo masih terlihat santai duduk didepannya. Becak itu memang mini, namun dengan penumpang seukuran Digo mengayuhnya pun akan terasa berat.

" Digo, nggak bisa. Lo berat!" Seru Sisi yang sudah susah payah mengayuh becak tersebut namun tetap tidak jalan.

Akhirnya Digo turun dari becak tersebut, menghampiri Sisi yang ada dibelakang kemudinya.

" Gue becanda bawel. Ayo turun, gue yang bawa!" Ucap Digo sambil membantu Sisi turun dari becak itu.

Sisi berdecak sebal sambil memanyunkan wajahnya. Sisi berjalan dan duduk didalam becak itu sementara Digo sudah duduk dibelakangnya.

" Mau kemana Neng?" Ucap Digo yang berlagak seperti abang-abang tukang becak.

Wajah Sisi yang cemberut seketika berubah. Sisi nampak tersenyum geli mendengar perkataan Digo padanya.

" Kayaknya selain jadi model, lo juga berbakat jadi tukang becak!" Ucap Sisi sambil menahan tawanya.

" Anterin aku ketempat paling bagua disini ya, Kang Becak!" Tambah Sisi lagi, membuat Digo tersenyum mendengarnya.

" Siap, Neng bawel !" Jawab Digo yang mulai mengayuh becaknya.

Mereka terlihat semakin akrab, Sisi memiringkan posisi duduknya agar bisa melihat Digo saat bicara dengannya. Bahkan sesekali Sisi menyeka peluh didahi Digo saat terus mengayuh becak itu.

Tiba-tiba Sisi teringat akan rasa penasarannya. Rasa penasarannya itu mungkin akan terjawab jika dia langsung menanyakan semuanya kepada Digo.

" Oh iya, Digo! Waktu kemaren gue kerumah lo, kok sepi gitu?" Tanya Sisi yang pura-pura belum mengetahui situasi rumah Digo.

" Itu karena gue cuma tinggal berdua sama Tristan!"

" Emang orang tua lo kemana?"

Digo tidak menjawab, dia hanya terus mengayuh becaknya hingga kembali ketempat semula. Sisi turun dari becak itu, sementara Digo memarkirkannya kembali. Digo berjalan kearah Sisi dan menggenggam tangannya kembali, mengajaknya berjalan menjauh dari sana.

" Lo nggak mau cerita sama gue? Maaf ya kalo gue kebanyakan nanya!" Ucap Sisi lagi.

Digo menghentikan jalannya, dia memalingkan badannya menghadap Sisi disampingnya.

" Orang tua gue udah pisah sejak gue kecil, Si!" Jawab Digo datar.

Kini nampak jelas raut wajah sedih Digo dihadapan Sisi. Sisi mengerti bagaimana perasaan kehilangan orang tua, walaupun dengan situasi mereka yang berbeda.

" Maaf ya, gue nggak bermaksud buat..... "

" Nggak papa kok! Lagian gue udah ngelupain semua itu. Gue udah punya kehidupan sendiri disini, dan mereka juga!" Digo kembali melanjutkan langkahnya diiringi Sisi disampingnya.

Digo berjalan kesalah satu spot paling terkenal ditaman itu. Sebuah kolam dengan air mancur yang dikelilingi oleh tanaman dan bunga-bunga yang tertata rapi. Digo mengajak Sisi duduk disalah satu kursi taman yang ada disana. Tidak banyak orang-orang yang berada ditempat itu, membuat suasana begitu tenang untuk Digo berada disana.

Ponsel Digo tiba-tiba berbunyi dari dalam saku celananya. Digo segera mengambilnya dan melihat siapa nama yang ada dilayar ponsel tersebut.

" Kok nggak diangkat?" Tanya Sisi.

" Gue lagi males !"

Sisi merebut ponsel itu dari tangan Digo, dan melihat siapa yang menelponnya.

" Ini kan dari papa lo!" Desak Sisi lagi membuat Digo terpaksa mengangkatnya.

" Ada apa?" Ucap Digo ketika menerima panggilan tersebut.

" Trus mau papa, apa?"

" Digo udah bilang kan Pa? nggak usah ngurusin hidup Digo. Digo bisa milih jalan hidup Digo sendiri!" Jawaban Digo terdengar ketus mengingatkan Sisi kepada Digo saat pertama mereka bertemu.

Telpon itu diputus, siapa lagi yang mengakhiri telpon itu kalau bukan Digo. Digo mengusap wajahnya kasar. Rasanya saat ini dia ingin berteriak, tetapi itu tidak mungkin karena Sisi sekarang ada disampingnya.

" Lo kenapa?" Tanya Sisi ketika melihat raut wajah Digo yang sudah terlihat kesal.

Digo memandangi wajah Sisi yang nampak polos dan bingung menatapnya. Pikiran Digo kini terhenti pada satu orang, yaitu Sisi. Apakah sekarang Digo menemukan alasan untuk dia bisa bertahan? Apakah Digo telah menemukan seseorang yang membuatnya dapat terbebas dari semua kenangan buruk yang selalu membayanginya? Apakah Sisi bisa mengerti masa lalunya?

Kini Digo menatap tajam kearah Sisi, sementara Sisi masih menunggu jawaban darinya. Dengan cepat Digo mendaratkan pelukannya membuat Sisi terkejut. Namun Sisi berusaha memahami Digo saat ini, memahami bahwa semua yang Digo lalui dihidupnya tidak semudah yang terlihat.

" Si... " gumam Digo sambil terus memeluk erat tubuh Sisi.

" I... iya !"

" Lo satu-satunya orang yang udah bikin setengah hidup gue membaik!" Ucap Digo.

Sisi membalas erat pelukan Digo walaupun sebenarnya Sisi tidak tau apa maksud dari perkataan Digo itu padanya. Digo yang saat ini bersamanya nampak rapuh dibanding Digo yang baru dikenalnya dulu.

Cukup lama mereka berada dalam posisi ini. Namun suara seseorang membuat mereka melepaskan pelukan itu.

" Digo !" Sapa seseorang yang membuat Digo menoleh kearahnya.

" Wah, bener ternyata lo Digo. Gimana kabar lo?" tanya orang itu.

Digo dan Sisi berdiri dari kursi yang sejak tadi mereka tempati.
" Baik!" Jawab Digo singkat namun berusaha bersikap ramah pada orang itu.

" Hai, Digo. Lama nggak ketemu!" Kini satu orang lagi datang menghampiri mereka. Bukan hanya menghampiri, tetapi gadis itu langsung memeluk Digo seolah mereka sudah kenal lama.

" Lepasin gue!" Ucap Digo datar membuat gadis itu langsung melepaskan pelukannya.

" Sorry, ternyata sikap lo masih sama ya? Gue kira lo udah berubah!" Balas gadis itu sambil melirik kearah Sisi.

" Ngapain lo berdua kesini?"

" Gue sama Tania lagi ada project bareng. Dan ini tempat syuting kita!" Jawab laki-laki yang pertama datang menghampiri mereka tadi.

" Ini siapa? Pacar lo?" Tanya gadis bernama Tania itu sambil menatap Sisi dengan tatapan remehnya.

" Oh, enggak kok. Gue bukan pacarnya Digo, gue cuma.... "

" Dia cewek gue!" Sahut Digo sebelum Sisi menyelesaikan kata-katanya.

Sisi langsung menoleh kearah Digo yang masih bersikap datar. Sementara gadis yang bernama Tania itu nampak sedikit terkejut dengan jawaban yang diberikan Digo. Dan anak laki-laki didepan mereka, hanya menatap Sisi sambil tersenyum kecil kearahnya.

" Mereka siapa sih?" Batin Sisi yang masih bingung dengan kemunculan dua orang ini. Yang lebih membuat Sisi bingung, sikap Digo yang terkesan dingin menanggapi kehadiran mereka.

BECAUSE OF YOU ( Digo Sisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang