Reno mengajak Sisi untuk makan disebuah cafe yang cukup mewah. Sisi nampak canggung sepanjang acara makan mereka, karena Sisi memang tidak terbiasa dengan suasana seperti ini. Kalau boleh memilih, Sisi bahkan lebih menyukai makan nasi uduk favoritnya diwarung kaki lima seperti yang biasa dilakukannya bersama Digo. Tapi kali ini Sisi terpaksa hanya menuruti kemauan Reno yang sudah beberapa kali membantunya.
Tidak lama Reno dan Sisi sudah nampak menyelesaikan makan siang mereka. Tidak banyak pembicaraan yang terjadi karena Sisi memang tidak begitu menikmati acara ini. Sisi bahkan masih saja memikirkan sikap Digo seandainya tau dirinya sekarang pergi bersama Reno.
" Kita pulang sekarang ya?" Ajak Sisi setelah memastikan Reno sudah selesai makan. Sisi bukan hanya memikirkan soal Digo, namun sejak tadi Sisi memang sudah menahan sakit kepalanya yang tiba-tiba datang dan pergi.
Mereka beranjak dari tempat itu ketika Reno telah membanyar bill yang diserahkan pelayan cafe itu padanya.Sisi berjalan lebih cepat dari Reno, dia hanya ingin segera pulang dan meminum obat sakit kepalanya seperti biasa.
Kini sakit kepalanya itu tiba-tiba muncul lagi. Bahkan kali ini membuat langkahnya menuju pintu mobil nampak sempoyongan.
" Kamu nggak papa?" Reno yang berada dibelakang Sisi dengan sigap menangkap tubuh Sisi yang mulai goyah.
" Nggak, aku nggak papa. Ini udah biasa kok!" Jawab Sisi sambil membetulkan posisi berdirinya.
" Kamu sakit? Kita kedokter ya?"
" Aku mau pulang aja. Ini cuma sakit kepala aja, dan dirumah juga ada obat yang biasa aku minum!" Terang Sisi.
Reno mengangguk paham dengan penjelasan Sisi. Reno segera membuka pintu mobilnya untuk Sisi, dan segera melangkah masuk ketika pintu mobil untuk Sisi sudah tertutup.
" Kamu beneran nggak papa? Wajah kamu pucet banget. Kita ke dokter aja deh ya?" Ucap Reno lagi yang sejak tadi masih memperhatikan Sisi dari balik kemudinya.
" Ini udah biasa kok!"
" Aku nggak mau lho kamu sakit!" Reno berusaha menggapai tangan kanan Sisi dan menggenggam tangannya.
Sisi nampak menatap kearah Reno cepat ketika tangan itu mulai menyentuh tangannya. Sisi menarik tangannya dan melepaskannya dari genggaman Reno. Sisi kembali memalingkan wajahnya kearah jendela. Rasa sebal sedikit menyelimuti hatinya ketika Reno dengan berani menyentuh tangannya. Bukan kah Reno tau kalau Sisi adalah pacarnya Digo?
***
Kini Sisi dan Reno sudah berada dalam perjalanan pulang. Hari sudah mulai gelap ketika mereka sampai didepan rumah kost Sisi. Sisi membuka pintu mobilnya, berusaha turun dengan tangan kiri yang masih memegangi kepalanya. Sisi berjalan dengan pelan. Entah kenapa sakit kepala kali ini cukup lama menyakiti kepalanya.
" Sini biar aku gendong!" Reno yang juga keluar dari mobilnya berusaha membantu Sisi berjalan.
" Nggak usah. Aku bisa sendiri kok. Makasih!" Sisi diam sebentar. menyandarkan tubuhnya dipagar rumahnya. Dia berusaha meredam rasa sakit ini sebelum masuk kerumah itu, karena Nayla pasti akan heboh jika melihatnya kesakitan seperti ini.
" Seenggaknya biarin aku bantuin kamu masuk kedalam!" Reno memegang kedua bahu Sisi dengan tangannya.Reno menatap Sisi dengan ucapan penuh penekanan.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari sisi lain tempat itu. Suasana sepi malam ini membuat langkah kaki itu terdengar jelas. Sisi dan Reno menoleh kearah suara itu berasal. Terlihat seseorang berjaket hitam dengan kepala yang tertutup oleh topi jaket itu berdiri tepat dibawah lampu jalan. Jarak antara mereka hanya sekitar lima meter.
Sedikit cahaya lampu yang menerangi jalan itu terbias diwajahnya. Sisi menyipitkan matanya untuk memperjelas siapa yang berdiri disana. Jantung Sisi bahkan sempat terasa berhenti ketika melihat siapa yang berdiri disana. Digo!
" Di... Digo!" Ucap Sisi terbata. Kini perasaan Sisi terasa campur aduk. Perasaan senang dapat bertemu dengan alarm paginya membuatnya melupakan rasa sakit yang masih mendera kepalanya. Namun rasa takut kini juga menyelimuti hati Sisi. kala melihat wajah datar Digo yang mematung melihatnya dan Reno.
" Oh, Hai Digo!" Sapa Reno santai. Namun sepertinya Reno sadar dengan titik tatapan Digo kearah mereka. Reno segera melepaskan pegangan tangannya dari bahu Sisi.
Digo melangkahkan kakinya mendekat kearah Sisi yang masih diam terpaku sambil bersandar didepan pagar. Wajah Digo tetap tanpa ekspresi, dengan tangan masih berada disaku jaketnya. Bibir bawah Sisi nampak bergetar, rasa tegang mulai menyelimutinya. Bahkan Sisi tidak bisa berucap apapun setelah melihat ekspresi dingin diwajah Digo itu menatapnya.
" Sorry Digo. Gue nganterin Sisi pulang karena Sisi kayaknya lagi sakit!" Terang Reno yang masih saja belum membuat Digo angkat bicara.
Digo menghentikan langkahnya ketika kini tepat berada didepan Reno dan Sisi. Digo melirik kearah Reno sekilas namun kembali mengalihkan pandangannya kembali pada Sisi.
" Di... Di...Digo," ucap Sisi terbata.
" Ya udah kalo gitu gue pulang dulu. Istirahat ya Si?" Ucap Reno lagi sebagai kata perpisahannya. Reno berjalan selangkah namun kembali berhenti dan menoleh kearah Digo yang tidak kunjung bicara. Reno melemparkan senyum kecil kearah Digo dan melanjutkan langkahnya kembali masuk kedalam mobil. Sesaat kemudian mobil Reno telah beranjak pergi meninggalkan mereka berdua disana.
" Di... Digo. I...ini nggak seperti yang kamu pikirin!" Sisi berusaha menjelaskan, walaupun ketakutannya akan sikap diam Digo sekarang.
Digo kembali fokus menatap Sisi didepannya, kembali maju selangkah menghampiri Sisi yang masih menatap tegang kearahnya. Digo menghela nafas panjang, menarik kembali tangan dari saku jaketnya. Digo meraih sebelah tangan Sisi yang langsung ditariknya dalam pelukannya.
Pelukan itu begitu erat, bahkan Sisi yang kaget dengan reaksi Digo kini masih diam dalam pelukan itu.
" Dua hari. Dua hari yang panjang tanpa liat senyum kamu, Si. Saking kangennya, aku bahkan nggak bisa nafas!" Ucap Digo lembut dalam pelukannya.
Kata-kata itu menandakan tidak ada kemarahan yang sekarang ada didalam hati Digo. Sisi sekarang benar-benar merasa lega. Wajah tegangnya tadi kini menggambarkan sebuah senyuman. Kini pelukan Digo itu dibalasnya erat, seerat pelukan Digo padanya.
Kini hanya rasa senang dan bahagia dapat bertemu dengan Digo lagi. Merasakan Digo ada didekatnya, dan mendengar semua perkataan Digo tentangnya. Saat ini Sisi merasa tidak ada apapun lagi yang dia inginkan, selain bersama selamanya seperti ini dengan Digo. Digo yang memberinya rasa nyaman dan kehangatan, Digo yang memberinya kasih sayang seperti yang dulu orang tuanya berikan padanya.
Namun perasaan itu tak berlangsung lama. Sakit kepala itu semakin menjadi-jadi membuat Sisi tidak dapat lagi menahannya. Perlahan pandangan Sisi terasa aneh. Pelukannya yang awalnya erat kini terasa melonggar, kakinya pun seakan tidak bisa lagi menopang berat tubuhnya. Dan...
" Si, Sisi!" hal yang terakhir didengar Sisi sebelum semuanya berubah gelap.
![](https://img.wattpad.com/cover/56462236-288-k658969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE OF YOU ( Digo Sisi )
Fanfiction(Males ngerevisi lagi✌) Seorang anak baru yang terkesan sombong membuat Sisi selalu bertengkar tiap kali bertemu dengannya. Digo, nama anak baru yang terlihat tidak pernah suka bergaul dengan orang lain itu juga mudah kesal jika ada yang menyentuhn...