Desahan panjang nafas Sisi mengiringi matanya yang perlahan terbuka. Mata Sisi masih terasa sedikit berat untuk terbuka sepenuhnya. Namun hal lain kini dirasakannya, tangan kanan yang tergeletak disamping tubuhnya terasa tertindih oleh sesuatu. Sisi memiringkan kepalanya, dan mendapati Digo tertidur dalam posisi duduk dengan merebahkan kepalanya disamping Sisi. Digo pun juga terlihat menggenggam tangan kanan Sisi. Untuk pertama kalinya Sisi melihat wajah Digo sedamai ini, wajah yang tidak mengguratkan beban sedikit pun. Cukup lama Sisi memandangi wajah Digo, memperhatikan setiap detil wajah orang terkasihnya ini. Bulu mata lentik yang saling beradu diantara kelopak matanya yang terpejam membuat Sisi sangat suka memperhatikannya.
Perlahan Sisi menarik tangan kanannya dari genggaman Digo yang tidak lagi erat, sangat pelan hingga Digo belum juga tersadar dari tidurnya. Tangannya kini beralih kearah kepala Digo. Membayangkan bagaimana hidup Digo dulu membuatnya semakin mencintainya. Sisi pun berharap dia dapat menjadi penutup rasa sakit yang pernah Digo alami dulu seperti halnya Digo yang kini menjadi pelengkap hidupnya.
Sisi mulai mengelus pelan rambut Digo. Sisi merasa beruntung karena saat ini ada orang yang selalu menjaganya, Tidak lama Digo mulai bergerak, merasakan sentuhan dari atas kepalanya. Matanya pun mulai terbuka sambil membetulkan posisi duduknya. Wajahnya langsung menatap Sisi khawatir ketika menyadari Sisi kini sedang memperhatikannya.
" Si. Kamu udah bangun? Kamu nggak papa kan?" Digo mengelus lembut pucuk kepala Sisi.
" Aku nggak papa!" Sisi menggeleng pelan.
" Aku khawatir banget sama kamu!"
" Maaf udah bikin kamu khawatir. Kamu juga harus jagain aku semaleman," Suara Sisi masih terdengar serak, tapi cukup jelas untuk Digo memahaminya.
" Ssttt... Aku lebih nggak mau lagi kalo kamu sampai kenapa-kenapa!" Ucap Digo lembut.
Pintu kamar Sisi terbuka, Nayla yang sejak tadi malam juga ikut menjaga Sisi kini sudah menyegarkan dirinya, terlihat dari handuk yang masih menempel dikepalanya. Nayla bergegas kearah Sisi setelah melihat Sisi sudah bangun saat ini.
" Lo kenapa Si? Gue khawatir banget tau sama lo!" Ucap Nayla saat memeluk Sisi yang kini dengan posisi duduk ditempat tidurnya.
" Nggak papa kok Nay!"
Tidak lama suara klakson mobil terdengar dari luar. Nayla melepas pelukannya pada Sisi dan berjalan melihat siapa yang datang. Tidak lama Nayla kembali masuk kedalam kamar Sisi, namun kini dengan Tristan yang juga mengikutinya dari belakang.
" Lo disini Digo? Bukannya lo baru pulang hari ini dari Bandung?" Tanya Tristan yang spontan ketika heran melihat keberadaan Digo dikamar Sisi.
" Gue pulang tadi malam dan langsung kesini!" jawab Digo singkat.
Tristan mengalihkan pandangannya kearah Sisi yang masih duduk diatas tempat tidurnya. Tristan menanyakan kondisi Sisi, namun dengan senyum Sisi mengatakan bahwa kondisinya sudah baik-baik saja.
" Maaf ya aku kayaknya nggak sekolah hari ini. Aku mau jagain Sisi," ucap Nayla.
" Lo berdua sekolah aja. Gue yang bakal jagain Sisi. Lagian gue juga minta ijin nggak masuk buat tiga hari!" Kini Digo ikut bicara.
Nayla nampak memikirkan sejenak ucapan Digo padanya. Nayla melihat kearah Sisi, Sisi pun mengangguk mengiyakan yang dikatakan Digo tadi.
" Ya udah deh, aku ganti baju dulu ya?" Nayla kembali kekamarnya untuk mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah.
Sepeninggal Nayla, Tristan nampak membisikkan sesuatu pada Digo. Sisi menaikkan sebelah alis kanannya, menatap heran kearah Tristan dan Digo yang nampak sedang bicara. Nayla yang sudah rapi dengan seragamnya kini mengajak Tristan untuk berangkat, membuat percakapan antara Tristan dan Digo jadi terhenti.
Digo kembali mendekat kearah Sisi setelah Nayla dan Tristan pergi dari hadapannya. Digo tersenyum, melihat Sisi yang masih saja memperhatikannya.
" Kenapa liatin aku kayak gitu?" tanya Digo.
" Tadi ngomongin apaan sih sama Tristan?"
" Nggak papa kok!"ucap Digo sambil mengelus pipi Sisi.
" Digo, kamu nggak marah kan soal tadi malem?" Pertanyaan Sisi membuat Digo seketika terdiam.
" Maaf aku nggak ngasih tau kamu, aku takut kalo kamu marah. Tapi aku sama Reno awalnya emang nggak sengaja ketemu," Sisi mulai menerangkan tentang pertemuannya dengan Reno dua hari ini.
Kini sikap diam Digo nampak berubah lagi. Digo tersenyum kecil mendengar semua penjelasan yang diterangkan Sisi panjang lebar padanya. Digo mencoba tidak mempersoalkan apa yang dilihatnya tadi malam, karena saat ini yang terpenting baginya hanyalah kondisi Sisi.
" Sekarang mana bukunya? Kamu bilang beli buku buat aku?" Digo kini mengalihkan pembicaraan mereka dari sosok Reno.
" Ada di tas aku!"
Digo kembali berjalan mengambil tas sekolah yang biasa dipakai Sisi. Terlihat sebuah buku yang lumayan tebal berada didalam tas yang tidak tertutup rapat itu. Digo mengambil bukunya, dan menunjukkannya kepada Sisi.
" Iya, itu. Buka aja!" ucap Sisi.
Digo membuka halamannya sembarang. namun sesuatu terlihat mengganjal halaman tengah buku itu yang membuatnya penasaran. Digo mendapati sebuah pembatas buku yang berhias kelopak - kelopak bunga yang nampak kering. Digo mengambilnya, dan lagi - lagi menunjukkannya pada Sisi.
" Itu bunga pertama yang kamu kasih ke aku. Udah mulai layu, tapi bunga itu berarti banget buat aku. Aku ingin simpan bunga itu gimanapun bentuknya!" ucap Sisi seakan menjawab semua pertanyaan dibenak Digo tanpa harus mendengar Digo menyampaikannya.
Digo menutup bukunya dan duduk ditepi tempat tidur persis dihadapan Sisi. Digo mengambil tangan Sisi yang kini dielusnya lembut dalam genggamannya.
" Bunga ini nggak berarti apapun tanpa kamu. Saat ini dan sampai nanti, aku selalu ingin liat senyum itu ada diwajah kamu!"
Sisi tersenyum, entah sudah keberapa kalinya hatinya terharu mendengar ucapan Digo. Namun Digo yang seperti ini memberikanya begitu banyak rasa bahagia.
***
Sisi keluar dari kamarnya dengan penampilan yang jauh lebih rapi. Kini Sisi hanya perlu menunggu Digo yang tadi pamit untuk membelikannya nasi uduk didepan pertigaan jalan yang tidak jauh dari rumah kostnya. Tidak lama terdengar ketukan dipintu depan yang Sisi pun sudah tau itu dari siapa. Sisi segera membuka pintu, dan mendapati buket bunga mawar putih yang ditujukan Digo untuknya.
" Makasih. Tapi kenapa hari ini bunganya banyak banget?" Tanya Sisi sambil mengambil bunga itu dari tangan Digo.
" Itu ada 8 bunga yang menjadi lambang 8 permintaan maaf aku. Maaf karena hari ini udah telat kasih kamu bunga, maaf karena kamu harus jalanin dua hari kemaren tanpa aku, maaf karena udah dua hari aku nggak bisa jaga kamu, maaf karena aku ..." Belum sempat Digo menyelesaikan kata-katanya, Sisi menyudahi perkataan Digo dengan pelukannya.
" Nggak ada yang harus dimaafin Digo, semua yang kamu lakuin udah lebih dari cukup membuat aku merasa istimewa!" Ucap Sisi dalam pelukannya. Digo tersenyum, memiliki Sisi yang benar - benar menganggapnya ada, membuatnya merasakan cukup dengan hidupnya saat ini.
Suara tawa terdengar ketika Digo dan Sisi sedang makan nasi uduk yang tadi dibelikan Digo. Sisi dan Digo yang sedang duduk dimeja makan sesekali bercanda saat Sisi menjahili Digo ketika akan menyuapi nasi uduk itu untuknya. Disuapan terakhir pun terlihat Sisi sangat lahap memakan nasi uduk yang diambilnya dari porsi Digo tadi. Hubungan diantara keduanya terjalin apa adanya, bahkan diawali dari beberapa pertengkaran yang membuat kedekatan mereka akhirnya terjalin.
![](https://img.wattpad.com/cover/56462236-288-k658969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE OF YOU ( Digo Sisi )
Fanfic(Males ngerevisi lagi✌) Seorang anak baru yang terkesan sombong membuat Sisi selalu bertengkar tiap kali bertemu dengannya. Digo, nama anak baru yang terlihat tidak pernah suka bergaul dengan orang lain itu juga mudah kesal jika ada yang menyentuhn...