Chapter 9

4.3K 363 0
                                    

Terangnya lampu sebuah taxi yang lewat memecah keremangan jalan yang tidak jauh dari tempat perkelahian Digo tadi.

" Anak jaman sekarang uey sukanya tonjok-tonjokan!" Gumam sopir taxi itu sambil menggelengkan kepalanya.

Dibalik kaca jendela pintu taksi tersebut, seorang penumpangnya nampak memperhatikan adegan perkelahian disana. Dalam keremangan lampu yang menerangi jalan itu dia mengamati seseorang yang tengah dikeroyok.

" Digo?! Pak, stop Pak!"

Pak Sopir seketika menghentikan laju mobilnya setelah mendengar permintaan dari penumpangnya.

" Kenapa berhenti neng?"

" Saya turun disini aja pak!"

" Lho... disini kan sepi, lagian disana ada orang yang berkelahi. Nanti si eneng kenapa-kenapa!" sopir taxi itu nampak bingung dengan pernyataan penumpangnya.

" Itu temen saya lagi dikeroyok pak!"

Dengan tergesa penumpang yang ternyata Sisi itu keluar dari taxi yang sudah dibayarnya. Segera dia berlari kearah segerombolan orang yang sedang berkelahi.

" Tolong..... Polisi.... Tolong....!" teriaknya memecah aksi perkelahian itu.

" Eh, Polisi. Kabur, kabur.... !" Seru beberapa orang yang tadi sempat memukuli Digo, kabur dengan menggunakan motor mereka.

Setelah semua anak motor itu lari, Sisi segera menghampiri Digo yang sudah jatuh terlentang dengan beberapa luka dibagian wajahnya.

" Digo.... !" Seru Sisi pelan.

Digo hanya merintih menahan sakit disekujur tubuhnya.

" Ayo, bangun !" Sisi memegangi pergelangan tangan Digo untuk membantunya berdiri.

Dengan susah payah Sisi berhasil membopong Digo berjalan menuju mobilnya. Disandarkannya Digo pada kursi depan penumpang. Sisi terlihat panik dan ketakutan melihat Digo yang penuh luka swperti itu.

" Lo... lo tunggu disini ya?! " Sisi berlari meninggalkan Digo, mencari pedagang kaki lima yang masih berjualan disekitar tempat itu. Cukup jauh dia berjalan hingga mendapati sebuah kios kecil yang masih buka.

" Mas, air mineralnya hosh...hosh...!" Pinta Sisi dengan nafas ngos-ngosan.

Setelah membeli air mineral, dia kembali berlari menuju mobil Digo. Sisi segera mengambil sapu tangan berwarna biru didalam tasnya, membasahinya dengan air yang tadi dia beli.

" Tahan ya... Gue mau bersihin luka lo dulu!"

" Sssttt... au... !" Digo meringis kesakitan saat Sisi menempelkan sapu tangan keujung bibirnya yang berdarah.

" Duh, sorry... sorry. Gue gemeteran juga liat lo kayak gini!"

" Au, pelan pelan!" Ucap Digo dengan suara berat.

" OMG... babak belur gini. Lo kenapa sih selalu cari masalah sama orang!" Gerutu Sisi sambil terus membersihkan luka dipipi Digo.

Mendengar gerutuan itu, Digo melirik Sisi yang duduk dikursi kemudi dengan kondisi matanya yang juga bengkak.

" Lo.... "

" Iya gue Sisi. Udah diam dulu!"

" Au.... " rintih Digo pelan ketika Sisi membersihkan luka dipelipis mata kanannya.

Tidak sengaja tangan kanan Digo refleks memegang tangan Sisi yang ada diwajahnya. Sisi tertegun dengan perlakuan Digo itu. Dengan lamban Digo membetulkan posisi duduknya dengan setengah menghadap kearah Sisi.

Nampak mata hazel indah Sisi kini bertemu dengan mata tajam Digo yang sedikit menyipit. Tidak terlihat kemarahan antara mereka berdua yang selalu terjadi disekolah setiap kali bertemu.

" Meleleh nih gue... " batin Sisi ketika melihat mata tajam dengan bulu mata yang lentik dan alis tebal itu menatapnya dalam-dalam.

" Em... tangan gue!" Gumam Sisi yang seketika direspon oleh Digo. Dia melepaskan tangan Sisi yang tadi dipegangnya. Kembali duduk menghadap lurus kedepan mobilnya.

" Kenapa lo mau nolongin gue?!" Tanya Digo tiba-tiba membuat Sisi kembali menatapnya.

" Gue... gue nggak mau aja liat lo dihabisin sama anak-anak motor itu!" Jawab Sisi gugup.

Digo tersenyum remeh mendengar jawaban itu. Terdengar lucu saat ada seseorang yang mencoba perhatian kepadanya.

" Lagian kenapa lo bisa berantem sama mereka sih? Nyadar dong, enggak semuanya bisa lo lawan. Elo itu sendiri, sedangkan mereka satu geng. Elo mau nyari mati? Kenapa enggak sekalian aja lo terjun kejurang?!" Omel Sisi panjang lebar.

" Nanti gue lakuin!"

" What?" Sisi kaget dengan jawaban Digo tersebut.

Digo terkekeh kecil melihat ekspresi kaget Sisi, dia membelalakkan matanya dengan wajah melongo.

" Ternyata cowok sombong ini bisa senyum juga!" Batin Sisi menahan senyum dibibirnya.

Beberapa saat tidak ada pembicaraan antara mereka. Suasana saat itu terasa hening ditambah kondisi malam yang makin larut.

" Tring.... Tring.... " suara ponsel Sisi yang berbunyi melepas kebisuan antara mereka berdua.

" Hallo... "

" ........... "

" Iya Nay, ini gue lagi dijalan kok, bentar lagi balik!"

" ............ "

" Ok, Dah....!"

" Temen lo?" Tanya Digo ketika melihat Sisi mematikan sambungan telponnya.

" Iya, dia nyariin gue!"

" Oh, sekarang kita balik kerumah lo!" Digo bergerak turun dari mobil, bergerak dengan jalan yang masih sempoyongan.

Digo menghampiri Sisi yang masih duduk dikursi kemudi.
" Duduk disana !" Pinta Digo mengisyaratkan Sisi beralih tempat duduk kesebelahnya.

" Emang lo bisa nyetir dengan kondisi kayak gitu?" Tanya Sisi khawatir.

" Berisik ya lo! Udah sana aja..." ucap Digo lagi.

Sisi hanya bisa mencibir Digo sembari bertukar posisi duduk dengannya. Digo segera masuk dan menyalakan mesin mobilnya. Tidak berapa lama mobil Digo sudah berlalu dari tempat itu.

Sepanjang perjalanan mereka tidak saling bicara, hanya sesekali Digo yang menanyakan letak rumah Sisi untuk mengantarnya.

Sesekali juga Digo terdengar merintih menahan sakit ditangannya saat harus bergerak mengganti gigi persneling mobilnya.

" Makasih ya, lo udah nganterin gue!" Ucap Sisi ketika mereka sudah sampai didepan kost'annya.

Digo hanya menganggukkan kepalanya membalas ucapan terima kasih Sisi. Sisi segera turun dari mobil dan masuk kedalam rumah kostnya. Disana sudah terlihat Nayla menunggu Sisi yang juga teman satu kostnya. Akhirnya Digo kembali melajukan mobilnya pergi dari sana.

" Si, bukannya tadi kerumah tante lo pake taxi ya?" Tanya Nayla yang melihat Sisi turun dari mobil hitam mewah tadi.

"Iya, tapi ditengah jalan gue ketemu Digo".

" What? Trus kenapa lo bisa balik sama dia? Bukannya lo berdua musuhan?" Tanya Nayla penasaran.

" OMG Nay.... gue capek. Lo ngasih pertanyaan kayak wartawan infotaiment tau nggak sih! Panjang lah ceritanya."

" Ya udah kalo gitu gue kekamar dulu ya?" Nayla berlalu dari hadapan Sisi menuju kamarnya.

Sisi pun segera berjalan menuju kamarnya, membaringkan tubuhnya yang terasa lelah sehabis berlari tadi. Sisi kembali tersenyum mengingat saat dirinya bersama dengan Digo tadi.

" Ternyata cowok sombong itu asik juga!" gumam Sisi sambil memejamkan matanya.

BECAUSE OF YOU ( Digo Sisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang