Chapter 20

4.6K 392 8
                                    

Sisi dan Digo sudah pergi meninggalkan sekolah mereka. Kini Digo fokus dengan setir nya sementara Sisi masih saja memikirkan rasa bersalahnya.

"Masih mikirin soal tadi?" Digo memulai pembicaraan.

" hhmmm'mmmhh " gumam Sisi sambil menganggukkan pelan kepalanya.

" Udah nggak usah dipikirin, muka lo kayak bebek kalo cemberut gitu!"

Sisi menyipitkan matanya seraya melirik sebal kearah Digo. Digo terlihat santai-santai saja, padahal Sisi harus gegana seperti ini karena rasa bersalahnya.

" Emang mau kemana sih?" Tanya Sisi.

" Kemana aja!"

" Tapi kan kita masih pake seragam7!"

Digo baru sadar bahwa mereka masih memakai pakaian sekolah. Digo nampak berfikir sejenak. Kalau harus mengantar Sisi pulang untuk berganti pakaian, mereka harus berputar arah dan pasti memakan waktu. Karena itu Digo membawa Sisi kesebuah toko pakaian yang terlihat cukup mewah.

" Kok kita kesini?" Tanya Sisi bingung ketika mobil Digo berhenti didepan toko itu.

" Lo nggak bisa kemana-mana pake seragam kayak gitu. Ayo masuk!" Ajak Digo saat keluar dari mobilnya.

Sisi mengamati setiap sudut toko itu. Terlihat banyak sekali pakaian bagus dan bermerk didalam sana. Sisi nampak sedikit ragu untuk berjalan masuk, namun Digo langsung menarik tangannya.

" Pagi, mau cari apa? " sambut seorang pegawai toko itu kepada mereka.

" Tolong cariin baju yang cocok buat cewek ini!" Ucap Digo pada pegawai toko tersebut.

" Silahkan Mbak, disana banyak model baru!" Ajak pegawai toko itu kepada Sisi.

Sesekali Sisi menatap kearah Digo yang duduk menunggunya. Hingga beberapa lama Sisi sudah berganti pakaian dengan baju yang sudah dipilihnya.

" Digo!" Sapa Sisi ketika menghampiri Digo yang sibuk memainkan ponselnya.

Digo memalingkan wajahnya kearah Sisi. Terlihat Sisi kini memakai sebuah dress santai selutut berwarna soft pink. Digo melongo untuk sesaat, menatap Sisi yang nampak cantik saat ini.

" Di... Digo, gue aneh ya?" Ucap Sisi lagi membuat Digo terkekeh kecil.

" Lo cantik!" Gumam Digo membuat Sisi tersenyum sumringah.

Digo segera membayar baju yang mereka beli dan mengajak Sisi keluar dari sana. Sisi nampak sedikit kikuk, dia masih belum terbiasa dengan kebersamaannya dengan Digo seperti saat ini.

" Ma...maaf gue ngerepotin lo lagi. Ntar gue ganti deh!" Ucap Sisi ditengah perjalanan mereka keluar dari toko itu.

" Lo mau ganti? Cukup ganti dengan nemenin gue hari ini!"

" Maksudnya?" Tanya Sisi lagi ketika mereka sudah masuk kedalam mobil.

" Lo nggak mau nemenin gue jalan? Ya udah gue anter lo pulang!"

" Eh, enggak. Gue mau kok!" Sisi langsung membantah perkataan Digo, membuat Digo tersenyum penuh kemenangan.

" Tapi, elo kan masih pake seragam?"

" Gue bawa jaket. Sekarang kita makan dulu, lo kan belum makan!"

Sisi memandang kearah Digo. Dibalik sifat jutek dan dinginnya ternyata Digo juga orang yang perhatian. Sisi sendiri bahkan lupa kalau pagi ini dia belum sempat sarapan apapun.

Digo kembali memarkirkan mobilnya dipinggir jalan didepan sebuah Cafe. Digo mengambil jaket yang diletakkannya di kursi belakang dan mengenakannya.

" Kita mau makan disini?" Tanya Sisi.

" Iya."

" OMG, nggak mau ah!" Tolak Sisi membuat Digo mengernyitkan dahinya heran.

" Lo mau makan dimana? Restoran?"

" Disana!" Tunjuk Sisi ke salah satu tempat yang ada diseberang jalan mereka berada sekarang. Sebuah warung kaki lima dengan gerobak dorong sebagai wadahnya terparkir disana.

" Kesana?" Tunjuk Digo lagi memperjelas tujuan mereka.

" Iya! Ayo..... " ajak Sisi keluar dari mobilnya dan menarik tangan Digo menuju warung bertuliskan NASI UDUK.

" Mang, nasi uduknya dua ya? Kerupuknya yang banyak!" Ucap Sisi kepada penjual nasi uduk itu.

Digo masih terheran-heran dengan tingkah gadis ini. Bukannya senang dibawa ketempat bagus, Sisi malah memilih makanan seperti ini.

" Lo nggak suka makanan kaki lima gini?" Tanya Sisi pada Digo yang terus melihat kearahnya.

" Enggak. Gue aneh aja, biasanya cewek kan malah seneng ketempat bagus?"

" Gue lebih suka makan beginian. Ini menu favorit gue sama ayah dan bunda dulu!" Jawab Sisi santai.

Digo tersenyum kecil mendengar jawaban Sisi. Kepolosan dan sikap apa adanya gadis ini semakin membuat Digo betah didekatnya. Nasi uduk pesanan mereka sudah datang, dengan lahap mereka mulai memakan nasi uduk itu.

Sesekali terlihat canda diantara mereka, seperti saat Sisi mengarahkan sebuah kerupuk yang ada ditangannya untuk menyuapi Digo. Digo terpaksa memakannya walaupun mulutnya masih penuh dengan makanan yang belum sempat ditelannya. Sisi nampak tertawa melihat wajah Digo yang terlihat aneh dengan pipi membesar penuh dengan makanan dimulutnya, hingga akhirnya nasi uduk mereka habis tak tersisa.

Digo kembali melajukan mobilnya ditengah jalanan kota, cukup jauh hingga Digo masuk kearea taman bunga yang masih terletak disekitaran jakarta. Taman itu nampak bersih dan luas. Banyak juga tempat bermain anak yang ada disana.

Digo mengajak Sisi berjalan mengitari taman itu. Mereka mulai mengarahkan kaki memasuki gerbang taman bunga yang dinaungi oleh pohon-pohon beringin yang cukup besar. Suasana sejuk semakin terasa ketika mereka lebih jauh berjalan. Sisi dan Digo berjalan beriringan namun tetap membisu, seolah mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Tiba-tiba Sisi merasakan sakit dikepalanya. Seperti yang sudah sering dirasakannya sebelum ini, kepalanya akan tiba-tiba pusing jika sakit kepalanya ini kambuh.

Sisi langsung menggapai apapun yang dapat digapainya untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Sontak Digo yang berjalan disampingnya menoleh kaget kearah Sisi yang tiba-tiba memegang erat tangannya.

" Hei, lo kenapa?" Digo langsung membalas pegangan tangan Sisi ditangannya.

" Nggak papa. Tadi cuma pusing dikit!" Jawab Sisi dengan senyum yang masih terlihat dibibirnya.

" Kita duduk dulu ya?" Digo mengajak Sisi duduk disalah satu bangku taman yang ada didekat mereka.

Digo terlihat khawatir dengan kondisi Sisi yang tiba-tiba berubah. Digo menggenggam erat tangan Sisi sambil mengelus lembit pipinya.

" Lo sakit? Kita pulang aja ya?"

" Udah sering kayak gini kok, ini juga udah nggak papa. Kita lanjut jalan lagi yuk!" Ucap Sisi yang kembali berdiri. Sisi nampak kembali seperti semula, kembali bersemangat dan penuh senyum melihat sekelilingnya.

Kini mereka berjalan bukan hanya beriringan, namun dengan genggaman tangan yang erat satu sama lain. Digo nampak begitu khawatir pada Sisi, entah sejak kapan dia peduli pada gadis ini. Namun melihat keadaan Sisi yang terlihat pucat tadi membuat hati Digo bergetar. Dia takut kalau Sisi akan sakit, dan dia takut kalau ada sesuatu yang terjadi pada gadisnya ini.

Gadisnya? Sejak kapan Digo mengklaim bahwa Sisi adalah gadisnya? Beberapa pertanyaan itu kini menunggu jawaban dibenak Digo. Sisi begitu membuatnya nyaman, didekatnya Digo bahkan bisa melupakan semua bebannya walaupun untuk sesaat.

BECAUSE OF YOU ( Digo Sisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang