Chapter 52

2.6K 277 17
                                    

Digo...
Jika sekarang kamu bahagia, itu terserah padamu. Tetapi aku tidak akan pernah merubah hati ini untuk tetap bertahan, menunggumu hingga kamu datang.

 Tetapi aku tidak akan pernah merubah hati ini untuk tetap bertahan, menunggumu hingga kamu datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya pagi nampak selalu datang lebih cepat. Pagi yang sama, seperti saat Digo terbangun pertama kalinya di tempat ini. Ia tetap merasa berada di tempat asing ketika matanya terbuka. Digo berjalan menuju balkon apartemennya, memperhatikan suasana kota Cambridge dengan segala rutinitasnya.

Digo telah resmi menjadi mahasiswa di salah satu universitas terkenal disana. Digo menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa Business Management, fakultas yang dipilih oleh Hendra tanpa mendapat satupun penolakan darinya. Digo lebih memilih menuruti semua yang diinginkan ayahnya tanpa banyak bertanya, tanpa membantah, ataupun menolak. Namun, Digo enggan tinggal bersama ayah dan keluarga barunya. Digo lebih memilih tinggal di sebuah apartemen sendirian, karena memang itu yang ia inginkan.

Digo melakukan tugasnya sebagai pelajar di tempat ini. Selebihnya, Digo memilih menempatkan dirinya dalam sepi, menyendiri di apartemennya, tanpa berniat sedikitpun untuk berkeliling di kota yang di hiasi banyak tempat-tempat menarik ini.

Apa saat ini kamu tersenyum? Andai aku bisa lihat senyum itu lagi, batin Digo.

Tidak pernah seharipun ia melupakannya. Mungkin Digo sudah pergi menjauh, tetapi hatinya tetap bertahan, berada di tempat yang sama ketika saat ia pergi.

Digo berpikir mungkin Sisi sudah melupakannya, atau setidaknya Sisi pasti membencinya. Seharusnya itu membuat dirinya senang, tujuan kepergiannya untuk membuat Sisi hidup tanpanya akhirnya tercapai. Namun, sesuatu di dadanya terasa semakin menyesakkan kala Digo harus membayangkan Sisi telah melupakannya, tertawa tanpanya, dan melanjutkan hidup seperti yang ia minta.

Lamunan Digo kini dibuyarkan oleh suara bel apartemennya. Digo nampak mengernyitkan dahi, mengetahui ada seseorang yang berada di depan pintunya saat ini. Selama ia tinggal di tempat ini, tidak ada yang tahu di mana tempat tinggalnya ataupun berkunjung ke tempatnya, selain ayahnya yang berkunjung dua minggu yang lalu, mengajak Digo tinggal bersama, tetapi ia tolak. Dan sekarang, siapa yang tiba-tiba datang ke tempatnya?

Digo bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu depan. Digo membuka pintu, dan mendapati seseorang yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

"Tristan?!"

"Hai," sapa Tristan singkat. Seutas senyum mengembang di bibirnya, ketika ia kembali melihat sepupunya ini berada di hadapannya.

Digo menggerakkan tangannya, mengisyaratkan Tristan untuk masuk. "Apa kabar lo?" tanya Digo ketika mengikuti Tristan yang berjalan masuk ke dalam apartemennya.

"Baik. Lo sendiri? Gue denger lo masuk di Harvard?! Lo pasti seneng ya tinggal di sini."

Digo terkekeh malas untuk menjawab pertanyaan itu. Dia lebih memilih fokus kepada gelas berisi air yang ia tuangkan di atas mini bar.

BECAUSE OF YOU ( Digo Sisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang