Hari ini SMA Indonesian high school berduka terutama kelas XII IPA 1. Hari ini kelas XII IPA 1 pergi melayat kesebuah rumah mewah. Kediaman keluarga STINK.
"thur, udah 15 menit nih. Ucapin kata- kata turut berduka dong." Ben menepuk bahu arthur yang sedari tadi melamun.
"gue gak tau mau bilang apa. Gue sakit" terdengar suara arthur sangat pelan.
"thur, lo gak boleh gitu. Lo harus bisa nerima keadaan." Glen mencoba menghibur arthur.
"ok." Arthur bangkit dari duduknya dan member isyarat kepada teman-temannya untuk bangkit berdiri.
"selamat siang. Kami siswa-siswi SMA Indonesian high school turut berduka cita atas meninggalnya ibunda teman kami Syal. Semoga keluarga yang ditinggalkan terutama syal dapat tabah."ucap arthur terdengar menahan sesuatu.
'aku sakit lihat kamu kayak gitu. Perih' kata arthur dalam hatinya melihat syal yang sedari tadi berdiam diri dengan tatapan kosong
"mungkin syal memang sayang sama mama, tapi Tuhan udah rindu banget sama mama. Jadi syal yang sabar ya" lanjut glen.
Nick yang sedari tadi melihat adiknya tak merespon perkataan teman-temannya pun angkat bicara. "terimakasih karena telah mau datang kesini. " kata arthur mencoba tersenyum.
"baiklah. Kami pamit dulu" kata ben kemudian satu-persatu siswa-siswi di SMA Indonesian high school pun meninggalkan rumah itu. Kecuali arthur. Ia masih terpaku melihat syal yang sedari tadi berdiam diri, dan menatap mayat ibunya dengan tatapan kosong, seakan rohnya sedang melayang-layang.
***
Pemakaman ibu syal telah selesai beberapa menit yang lalu. Namun syal masih duduk di depan kubur ibunya. Sedangkan arthur tetap setia duduk disampingnya, menunggu syal.
"syal kita pulang ya" kata arthur melembut. Melihat hari yang sudah mulai gelap.
Syal tidak menjawab, namun ia bangkit berdiri. Arthur pun mengikuti syal dan berjalan disamping gadis itu.
***
"turun" kata arthur lembut setelah mobilnya berhenti di suatu taman.
"ngapain kesini?" terdengar nada suara syal yang sangat dingin dan datar.
"udah ikut aja" arthur tersenyum lembut.
Mereka berdua pun turun dari mobil arthur dan segera menuju kesalah satu kursi taman dan duduk disana.
"ehem...." Terdengar suara arthur berdehem.
"kamu udah tau kan kalau papa aku udah meninggal?" Tanya arthur pada syal dan syal hanya mengangguk pelan.
"dulu aku juga kayak kamu. Malah lebih parah lagi.papa meninggal saat aku masih kelas 3 smp. Saat aku mau UN. Saat itu aku benar-benar terpuruk banget. Aku bahkan pernah ke club malam saat itu. Bahkan aku sering nyakitin cewek-cewek. Aku hanya anggap mereka mainan aja saat itu. Hingga aku masuk SMA Indonesian high school dan bertemu dengan glen dan ben, mereka yang membuat aku bisa kuat sampai saat ini" kata arthur sambil melihat lurus kedepan.
"aku gak mau kamu terpengaruh dunia luar yang akan membuat kamu rusak nantinya. Aku sayang sama kamu. Aku mau kamu yang dulu" arthur menatap wajah syal. Dan perlahan arthur menyandarkan kepala syal ke bahunya dengan lembut.
"aku tau kamu lagi sedih banget. Aku juga pernah kehilangan. Dan aku gak mau lagi kehilangan. Kalau kamu mau nangis, nagis aja gapapa kok. Aku akan setia nemenin kamu" sesaat kemudian terdengar isakan tangis syal di bahu arthur. Arthur pun memeluk syal.
***
Keesokan harinya syal kembali kesekolah. Syal merasakan bebannya berkurang sebagian. Namun hari ini syal harus kembali pergi kesekolah bareng nick karena arthur masih harus mengikuti pelatihan.
"syal, nanti kalau ada apa-apa hubungin kakak aja ya" nick berkata dengan sangat lembut, lalu mencium kening syal.
"iya kak. Makasih ya kak" syal tersenyum.
"kaka pergi dulu. Bye" nick pun segera memakai helm nya dan menyalakan mesin motornya. Lalu segera pergi.
Syal pun memasuki lingkungan sekolahnya. Saat syal memasuki kelasnya, fee dan cloe langsung memeluk gadis itu.
"syal kita kangen banget sama lo" kata cloe setelah pelukan mereka terlepas.
" iya gue juga kangen kalian semua" kata syal sambil tersenyum.
Lalu syal pun meletakkan tas nya ke kursinya. Dan mereka bertiga pun kembali berbincang-bincang seputar tentang cewek.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAT
Teen Fictionwajah yang datar, tapi selalu menyiratkan kekhawatiran dan perhatian dibalik wajah datar itu.