Chappie 3: Super Weird
"Deliiii." Terdengar ada yang memanggil namaku sehingga membuatku membalik tubuh untuk melihat siapa yang memanggil.
Ternyata Yuna yang memanggilku. Dia berlari mendekatiku lalu sekarang sudah berdiri di depanku. "Hey Na, ada apa?"
"Temenin ke toilet. Takuuuut." Ucapnya sambil nunjukin wajah memohonnya.
Aku terkekeh karena inilah kebiasaannya, dia selalu minta ditemani kalau mau ke toilet. Katanya sih dia merasa selalu ada yang memperhatikannya kalau berada di dalam toilet. But who knows right?
"Okay. Ayo." Aku setuju dan Yuna langsung tersenyum lebar.
"Tadi kamu abis kelas apa, Del? Aku tadi abis kelasnya Pak Didi dan aku kena omel lagi karena aku ngaca terus saat dia ngejelasin materi." Dumel Yuna lucu.
"Aku abis kelasnya Bu Indri. Kamu lagian ngapain ngaca terus sih, Na?" Aku bertanya.
"Lagian ada jerawat di jidatku. Nih," Yuna nunjukin jerawat yang ada di jidatnya. "Ya aku pikir kalo aku ngaca terus tuh jerawat bakalan takut sama aku jadi bisa cepet menciut."
Aku langsung tertawa mendengar penjelasan lucu dari Yuna. "Hahaha. Naaaa! Kamu ini kok ada-ada aja sih."
Yuna manyun lucu lalu kami langsung memasuki toilet dan seperti biasa kalau aku harus berdiri di depan pintu toilet. "Del, jangan tinggalin aku." Ucapnya saat terdengar dia baru mengunci pintu toilet.
"Iya, Yunakuh." Balasku santai.
Akhinya Yuna keluar dari toilet lalu dia mencuci tangannya. "Kamu nanti kerja, Del?"
"Iya." Jawabku singkat.
"Gimana kalo kita sekarang makan? Aku yapeeey bingits." Yuna memang selalu menggemaskan.
"Okay, Na." Balasku menyetujuinya.
Saat ini kami sudah berada di tempat makan yang tak jauh dari kampus. Kami sudah memesan, waktunya menunggu pesanan datang.
Yuna melihat iPhoennya lalu mengetik sesuatu. Setelah itu dia melihatku. "Ali mau kesini katanya, Del."
"Ali pacarmu itu ya, Na?" Aku menggodanya.
Kedua mata Yuna membulat. "Idiiiiih! Ali kan 'agak-agak'. Masa aku mau sama yang kayak gitu sih. Kamu mah ga bener banget, Del." Aku tertawa melihat ekspresinya.
Tiba-tiba terdengar. "Cyiiiin. Ali fabulous datang." Aku dan Yuna tertawa mendengar perkataan Ali.
"Aliiii, macho dikit napa sih." Ujar Yuna.
Ali memasang wajah horor. "Apa itu macho? Seorang Ali ga kenal yang namanya macho, Yunaaakuh," Ali melihatku dan tersenyum lebar. "Delikuuuh. Apa kabar kamyu? Kita udah lama ga ketemu ya? Makin kinclong aja kamyu."
Aku tersenyum. "Iya nih Al, kamu sih sibuk sama temen-temen barumu." Aku bercanda.
"Iya Ali sekarang lebih suka bergaul sama temen-temen barunya." Yuna ikutan.
Ali melihat kami dan siap untuk mengelak. "Hey! Kalian adalah sahabat-sahabat yang paling penting buat seorang Ali, temen-temen baru itu mah bukan apa-apa. Aku deket sama mereka tuh karena aku mau nanya-nanya aja mengenai fashion yang paling hitz saat ini. Tapi tetep kalian berdualah sahabat kesayangan Ali."
"Oooh jadi aku dan Deli ga bisa diajak ngobrol mengenai fashion gitu? Cukup tau aja sih, Al." Yuna berkomentar.
Ali menggelengkan kepalanya. "Bukan gituuuu Yunakuuuuh. UGH! Okay aku akan jauhi mereka demi kalian, karena sahabat yang paling penting dan paling aku sayangi adalah kalian berdua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect
Teen FictionCan I ever do anything right? No guy would ever love me. I wasn't worth that much. I wasn't good enough for him or anyone else. Ini cerita mengenai Dandelion so if you already knew her. Let's Check it! ^^