Chappie 9: Cut Me So Deep
River melirik apa yang dipegang Dandelion. "Habis kecelakaan seperti ini, masih bisa-bisanya kamu memikirkan untuk ke kantin rumah sakit. Apa kamu ga khawatir dengan keadaan kedua saudaramu?"
"Tentu saja aku sangat khawatir," Balas Dandelion dengan suara pelan. "Uum kamu ingin jenguk Kak Clover kan? Ini aku titip teh untuk Mama, Papa, dan juga Kak Conan ya." Dandelion memberikan apa yang sedang dipegangnya kepada River.
River mengambil apa yang diberikannya. "Tapi memangnya kamu mau kemana? Kamu ga ingin kembali ke kamar rawat Clover dan Enzo?"
Dandelion mencoba mencari alasan. "Uh aku ingin uuum ke toilet, ya aku ingin ke toilet."
River merasa gadis di hadapannya sedang bersikap aneh namun ia langsung mengangkat bahu. "Baiklah, aku akan jenguk Clover. Kamarnya nomor 402 kan?"
"Iya 402." Balas Dandelion.
River menganggukan kepala lalu berjalan menjauh menuju lift, sedangkan Dandelion berjalan berbeda arah karena berniat untuk mengobati luka yang ada di lengannya.
Dandelion mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan Dr. Endita. Terdengar suara dari dalam yang mempersilahkannya untuk masuk.
Seorang wanita dengan rambut keriting sebahu dan memakai kacamata mempersilahkan Dandelion untuk duduk lalu tersenyum seraya menyambut Dandelion. "Hey, Saya Dokter Endita. Ada yang bisa saya bantu?"
Dandelion dengan malu-malu duduk di kursi. "Uum ini saya sedikit terluka, Dok."
"Luka di bagian mana? Atau bisa tunjukan kepada saya?" Pinta Dokter Endita.
Dandelion menggulung lengan bajunya. "Uum ini lukanya."
Dokter Endita terlihat sedikit terkejut. "Apa kamu baru saja terluka? Apa yang terjadi?"
"Uum saya dan keluarga saya mengalami kecelakaan mobil, Dok." Jawaban Dandelion.
Dokter Endita meminta Dandelion untuk menuju ke ranjang yang ada di ruangan itu dan memintanya untuk duduk di ranjang lalu Dokter tersebut langsung membersihkan luka itu.
"Apakah hanya kamu yang terluka dalam kecelakaan tersebut?" Doter Endita mencoba mengalihkan Dandelion dari apapun yang sedang dilakukan Dokter Endita pada lukanya.
Dandelion sedikit teralihkan. "Uum Kaka dan adik saya belum sadar, tapi kata Dokter yang sudah memeriksanya kalau tidak ada luka yang serius."
"Apa kalian habis liburan sekeluarga karena kemarin libur panjang?" Dokter Endita kembali bertanya.
Dandelion langsung menjawab. "Iya Dok."
Dokter Endita selesai membalut luka Dandelion dengan perban. "Baiklah sudah selesai. Kamu bisa mengganti perbannya setiap kali kamu ingin membersihkan diri agar lukamu tetap steril."
"Baiklah dan terima kasih, Dokter. Uum tapi saya harus mengurus payment dimana ya Dok?" Dandelion dengan malu-malu bertanya.
Dokter Endita tertawa pelan melihat gadis muda di hadapannya yang bertingkah malu-malu. "Kamu tidak perlu membayar apapun."
"Tapi Dok— "
Dokter Endita menepuk-nepuk pelan telapak tangan Dandelion. "Sudahlah, lukamu itu tidak perlu payment. Jangan lupa apa yang saya pesankan mengenai penggantian perban lukamu, okay?"
Dandelion tersenyum. "Okay, Dok. Uum sekali lagi terima kasih Dokter."
"Iya sama-sama." Balas Dokter Endita seraya tersenyum juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect
Teen FictionCan I ever do anything right? No guy would ever love me. I wasn't worth that much. I wasn't good enough for him or anyone else. Ini cerita mengenai Dandelion so if you already knew her. Let's Check it! ^^