Chappie 12: Everything is Gonna be Fine (b)
Dandelion dan River akhirnya sampai di festival flora dan fauna. Terlihat pengunjung yang datang cukup ramai.
Mereka berdua memilih ke bagian fauna terlebih dahulu. Mereka disambut dengan beberapa jenis kelinci yang terlihat sangat lucu.
Dandelion mengelus lembut kelinci berwarna abu-abu yang memiliki warna mata biru yang sangatlah indah.
"Hey Cherry." Terdengar kalau dipanggil, Dandelion menengokan kepala dan ternyata River sudah siap dengan iPhone miliknya yang tak lain adalah untuk memfoto Dandelion yang sedang memgang kelinci.
"You look so cute, Cherry." Puji River sambil melihat hasil foto di iPhoennya.
Dandelion menjauh dari kelinci untuk berjalan mendekati River. "Apa boleh aku melihat foto yang tadi kamu ambil?"
River melirik Dandelion lalu langsung menggelengkan kepala. "Nope. Aku tau kalau kamu ingin menghapus fotonya kan? So nope nope nope."
Dandelion mengerutkan hidung sambil bergumam. "How did you find out?"
River tertawa lalu mencolek hidung Dandelion. "Cause I can read your face like a book." Dan Dandelion hanya menggelengkan kepala.
Mereka berjalan semakin jauh dan melihat ada salah satu booth yang dipenuhi oleh burung-burung Beo.
River dan Dandelion mendekati booth tersebut dan terlihat ada seorang pria yang di kedua lengannya dihinggapi burung Beo.
"Apa kami juga boleh memegang burung Beonya, Pak?" River bertanya dengan sopan.
Pria yang sudah cukup berumur tersebut tersenyum. "Tentu boleh. Apa Mbaknya juga ingin memegang burung Beo?"
Dandelion tersenyum. "Tentu."
Pria tersebut meletakkan satu burung Beo di lengan River dan satu burung Beo lagi di lengan Dandelion.
River memberi iPhone miliknya ke Bapak itu untuk meminta tolong memfoto dirinya dan Dandelion bersama burung Beo.
River dan Dandelion tersenyum ke arah kamera sambil menunjukan lengan mereka yang terdapat burung Beo.
Setelah selesai dengan burung Beo, mereka berdua memilih untuk mendekati booth yang terdapat beberapa hewan reptil.
"Apa kamu ingin berfoto juga dengan ular, Cherry?" River bertanya dengan nada bercanda.
Kedua mata Dandelion membulat. "Uh no thanks."
River tertawa. "Kamu yakin? Kamu ga akan menyesal karena ga berfoto dengan ular?"
"Tentu aja aku ga akan menyesal. Eh tapi memangnya kamu mau berfoto sambil megang ular?" Dandelion balik bertanya.
"Tentu, kenapa tidak." Jawab River percaya diri.
"Ya udah sana foto kalau kamu memang berani." Dandelion menantang River.
"Kalau aku memang berani berfoto dengan ular. How about you have to give me a kiss. Deal?" River menaik turunkan alisnya.
Kedua mata Dandelion terbelalak. "Eeew! Nope!"
River tertawa. "Ya sudah, ayo kita ke booth yang lain aja kalau gitu." Dandelion hanya mengangguk setuju dan mereka mulai berjalan menuju booth lainnya.
"Apa kamu ga mau membeli hewan, Cherry? Mungkin kamu ingin pelihara sesuatu?" River bertanya saat mereka menyusuri beberapa booth.
"Untuk saat ini sih sepertinya tidak. Apa kamu punya peliharaan, Rivy? Eh tapi kamu kan tinggal di apartemen jadi ga mungkin bisa juga memelihara hewan." Dandelion sebenarnya tak ada keinginan untuk pelihara hewan, bukan karena ia membenci hewan tapi memang ia tak begitu tertarik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect
JugendliteraturCan I ever do anything right? No guy would ever love me. I wasn't worth that much. I wasn't good enough for him or anyone else. Ini cerita mengenai Dandelion so if you already knew her. Let's Check it! ^^