Jaga Rumah

336 18 1
                                    

Suatu hari, tante dan pamanku harus pergi ke luar kota selama dua hari untuk menemui rekan bisnis mereka. Pembantu mereka juga harus pulang kampung di saat yang bersamaan, padahal dia satu-satunya penjaga rumah tante dan pamanku di saat sang empunya rumah tak berada di rumah. Sementara itu, saat itu sedang gempar-gemparnya berita pencurian di daerah tempat tinggal tante dan pamanku. Tante dan Paman kemudian meminta tolong padaku untuk menjaga rumah mereka. Jujur saja saat itu Aku sangat takut untuk menyanggupi permintaan itu. Karena selain rumor tentang pencurian itu, rumor tentang horornya rumah baru Tante dan Paman itu juga kencang berembus di antara masyarakat setempat. Ya, katanya sih rumah itu kena kutukan dari orang yang tidak suka pada penghuni sebelumnya, sehingga rumah itu dihuni sekelompok iblis.

"Ayolah, Rani! Walau kamu perempuan, kamu 'kan jago beladiri. Dulu bahkan kamu pernah membantu orang-orang di sekitar tempat tinggalmu untuk menangkap maling. Masa sekarang kamu nggak mau bantu Paman dan Tante!" bujuk Paman sesaat setelah Aku menolak permintaan mereka.

"Bukan soal itu, tapi soal rumor ib..,"

"Iblis yang menghuni rumah ini karena kutukan itu?? Rani, kamu ini sekarang sudah besar! Kamu sekarang adalah seorang mahasiswa. Masa kamu masih takut sama begituan! Lagian kamu tuh ada-ada saja ya percaya pada rumor itu! Rumor itu saja tidak jelas sumbernya!" potong Tante sebelum Aku sempat menyelesaikan ucapanku.

Setelah Tante berkata begitu, Aku akhirnya mau menjaga rumah Tante dan Paman selama mereka ke luar kota. Aku kemudian meminta teman dekatku, Susan dan Ayuni untuk menemaniku menjaga rumah Tante dan Paman. Tapi sialnya, saat sampai di rumah Tante dan Paman, Susan dan Ayuni malah habis-habisan menggodaku. Ia terus saja mengungkit rumor tentang iblis-iblis itu, hingga bulu kudukku berdiri. Aku sungguh tak menyangka teman dekatku sendiri akan menakutiku seperti ini, padahal mereka sudah tahu Aku cukup penakut. Sungguh menyebalkan!

Karena terlalu merinding, Aku tak berani pergi ke toilet sendiri. Padahal saat itu baru mulai senja. Akhirnya, Aku meminta Susan dan Ayuni menemaniku ke toilet. Ya, sampai ke depan pintu saja maksudku. Tak sampai masuk ke dalam toilet.

Susan dan Ayuni mau menemaniku ke toilet. Tapi saat berjalan menuju toilet, Aku mendapati mereka asyik berbisik-bisik di belakangku. Seperti saat sedang menyusun rencana jahil yang akan dilakukan di kampus. Untuk berjaga-jaga, Aku mengancam mereka berdua.

"Kalian tetaplah di depan pintu toilet sampai Aku keluar! Jika tidak, Aku akan melaporkan ke rektor kalau kalianlah yang menyembunyikan tas dosen kita kemarin!" ancamku sebelum masuk ke dalam toilet.

Ternyata ancamanku berhasil! Susan dan Ayuni tetap di depan pintu toilet hingga Aku keluar dari toilet. Aku kemudian mengajak mereka ke kamar tamu yang kutempati untuk mengerjakan tugas kelompok yang diberikan dosen pada kelompok kami kemarin. Susan dan Ayuni kemudian mengiyakan ajakanku.

Tapi entah mengapa Susan dan Ayuni mendadak jadi pendiam. Saat kami mengerjakan tugas, mereka juga mendadak jadi bodoh. Mereka seperti tak mengerti apa-apa tentang pelajaran yang telah dosen berikan pada kami. Mereka juga tiba-tiba saja minta dibuatkan kopi hitam.

"Kalian ini sebenarnya kenapa, sih?? Kenapa sejak satu jam yang lalu kalian mendadak diam?? Kenapa kalian mendadak bodoh?? Dan sekarang kenapa kalian mendadak minta kopi hitam?? Kalian sungguh tak seperti yang kukenal!" teriakku yang sudah muak melihat tingkah mereka yang tiba-tiba berubah.

"Apa ini salah satu bagian dari rencana jahil kalian??" teriakku lagi.

"Maafkan kami. Kami hanya mengantuk. Boleh kami minta kopi hitam??" ujar Susan dan Ayuni bersamaan.

Karena jengah, Aku akhirnya turun ke dapur untuk membuatkan mereka kopi hitam. Ya, Paman adalah pecinta kopi hitam, jadi Aku yakin Paman pasti menyimpan kopi hitam di dapur. Tapi saat Aku sedang membuat kopi hitam di dapur, Aku mendengar sebuah teriakan.

"Rani, apa kamu baik-baik saja??" teriakan itu terdengar berasal dari ambang pintu dapur.
Aku kemudian menengok ke sumber suara dan mendapati Susan dan Ayuni berdiri di sana dengan wajah sangat khawatir.

"Apa maksud kalian??" ujarku sambil menaikkan alisku.

"Syukurlah kamu tidak apa-apa! Maafkan kami, Ran! Maafkan kami!" ujar Susan dan Ayuni sambil memelukku tiba-tiba dengan berurai air mata.

"Hei, ada apa dengan kalian??"

"Kami tadi keluar rumah saat kamu sedang di toilet. Kami tadinya bermaksud mengerjaimu, tapi kemudian satu jam kami menunggu, kami bahkan tak mendengar teriakanmu dari luar rumah. Kami sungguh khawatir terjadi sesuatu padamu. Tapi untungnya kamu baik-baik saja. Sekali lagi kami mohon maaf!" jelas Susan.

Mendengar ucapan Susan, rasanya jantungku hampir melompat keluar.

"Tapi, selama sejam kalian mengerjakan tugas kelompok bersamaku," ujarku.

"Mengerjakan tugas kelompok?? Tapi kami baru saja masuk," bantah Ayuni.

"Tapi tadi jelas-jelas kalian bersamaku!" bantahku.

"Tidak! Kami dari tadi di luar rumah! Jika kau tak percaya, lihat foto ini dan periksa properti foto ini!" ujar Susan sambil menyodorkan ponselnya padaku yang menampilkan sebuah foto.

Itu adalah foto Susan dan Ayuni di halaman rumah Tante dan Paman. Properti foto itu menunjukkan kalau foto itu diambil satu jam yang lalu. Lalu siapa yang dari tadi di kamar bersamaku??

********************
Jangan lupa tinggalkan jejaka, eh maksudnya jejak ya (vomment), readers tercinteh! ^^ Satu vote dan comment reader semua sangat berharga untuk author. Jangan kelamaan jadi sider, please. Kan kasian author nya ㅠㅠ *author mendadak baper*

My CreepypastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang