Mati Lampu

40 2 0
                                    

Hari ini mood-ku jelek sekali. Sebenarnya bukan hanya hari ini, tapi sejak kemarin. Bagaimana tidak, tugas sekolah banyak sekali. Padahal belum lama kegiatan belajar-mengajak di sekolah aktif kembali setelah libur panjang. Karena tugas yang menumpuk ini, Aku tidak bisa ikut ayah dan ibu jalan-jalan ke mall kemarin. Karena itu pula Aku hari ini Aku tidak bisa ikut ayah dan ibu menengok kakak pertamaku yang baru saja melahirkan di Cikarang.

Malam kembali kuhabiskan dengan duduk di meja belajar, mengerjakan PR demi PR yang ada. Sebenarnya PR hari ini tak sebanyak kemarin, tapi berkat PR matematika yang sangat sulit, tiga soal beranak-pinak itu sukses menyita malamku hingga pukul sepuluh malam.

Begitu selesai mengerjakan PR matematika, Aku hendak langsung tidur. Namun, tiba-tiba saja listrik di rumahku padam. Kusibakkan gorden kamarku untuk melihat situasi di luar rumah. Ternyata rumah tetangga-tetanggaku juga gelap gulita. Berarti benar listrik di rumahku ini padam karena dipadamkan oleh PLN, bukan karena ayah lupa membayar listrik seperti bulan kemarin.

Kuraih senter di laci meja belajar. Kulangkahkan kaki keluar kamar, hendak mencari lilin untuk menerangi seluruh ruangan di rumahku. Memang sih, rumahku ini sangat luas. Pasti akan boros jika menyalakan lilin di semua ruangan. Tapi beginilah Aku. Sangat benci kegelapan.

Setelah kunyalakan lilin di dapur, ruangan terakhir di rumahku yang belum kuterangi, telingaku yang sangat peka ini mendengar suara gaduh di lantai dasar rumahku. Padahal Aku tahu sekali jam segini tak ada siapa pun di lantai ini. Semua asisten rumah tangga sudah pulang ke rumah masing-masing setelah adzan isya, tadi sore lewat telepon ayah bilang akan menginap malam ini di rumah kakak sulungku karena ibu masih betah memandangi cucu pertamanya, dan kakak keduaku biasanya sudah tidur jam segini.

Seketika bulu kudukku meremang. Dengan perlahan Aku berjalan menuju sumber suara, sebisa mungkin tak membuat suara sekecil apa pun. Dari partisi yang membatasi ruang makan dan ruang keluarga, kulihat seseorang berjalan memasuki kamar kedua orang tuaku dengan pisau tumpul di balik punggungnya.

Oh my god! Meskipun hanya melihat wajahnya dari samping dalam penerangan yang seadanya, Aku kenal siapa orang berpisau itu! Dia adalah psikopat yang wajahnya muncul di berita pagi ini dengan status buron! Buronan yang paling dicari polisi karena telah membunuh seluruh anggota keluarganya dan beberapa keluarga yang bertetangga dengannya!

Gila! Aku tak menyangka psikopat itu sekarang mengincar keluargaku. Padahal rumah ini jauh dari perumahan tempat psikopat itu tinggal! Sambil tetap menjaga agar tak menimbulkan bunyi sekecil apa pun, Aku bergerak menuju kamar kakak keduaku yang tepat di depan tangga lantai dua.

Kakak keduaku cukup terkejut melihatku yang menerobos masuk ke dalam kamarnya. Aku juga cukup terkejut melihatnya masih terjaga, bahkan sedang menyisir rambut panjangnya di depan cermin.

"Kenapa kamu masuk ke sini tanpa permisi?!" kakak berteriak marah.

Refleks aku menutup mulutnya dengan salah satu tanganku, "Jangan berisik! Kakak tahu psikopat buron itu, 'kan? Sekarang dia ada di rumah kita! Mengincar kita semua untuk dihabisi!!" bisikku.

"Bagaimana kau tahu? Apa kau ingin mengerjaiku?"

"Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?!"

Kakak keduaku akhirnya menyadari situasi kami saat ini. Dengan cepat dia menarikku bersembunyi ke dalam lemari. Ya, kami memang tak punya pilihan lain selain ini. Kami tak mungkin kabur dari rumah ini karena posisi kami ada di lantai dua.

Meskipun belum ada jaminan kami akan selamat dari psikopat gila itu, Aku merasa sedikit lega karena setidaknya Aku tidak sendirian di saat seperti ini. Untungnya kakak keduaku juga tidak bisa ikut menengok kakak sulung kami karena ia sedang pekerjaannya di kantor. Bahkan katanya malam ini dia.....

Seketika Aku meneguk ludah mengingat obrolan keluarga kami ketika makan malam kemarin.

"Maaf ya Pak, Bu, Bella juga tidak bisa menjenguk Kak Anna. Minggu ini pekerjaan Bella di kantor sangat banyak. Besok bahkan Bella ada jadwal lembur."

Entah lebih baik berhadapan dengan psikopat atau bersembunyi dengan setan.

My CreepypastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang