Chapter 31

646 68 0
                                    

Setelah aku memutuskan teleponku dengan Kendall, aku menghubungi Hannah tentang masalah ini. Untungnya Hannah senang mendengar berita ini, dia bersedia membantuku. Aku sangat beruntung memiliki Hannah, walaupun terkadang gadis itu menyebalkan dan menyusahkan orang-orang tapi dia tetap saudara kembarku.

Aku kembali ke dalam ruangan tepat dimana tadi kami berkumpul. Aku melihat Harry yang sedang menonton pertandingan bola tapi setelah mereka menyadari kehadiranku, Harry mendekat ke arahku.

"Kau tadi kemana sayang?" Dia mencium keningku dan mengajakku duduk bersama.

"Aku sudah mengatakan padamu tadi, Har." Liam yang berteriak setelah mendengar ucapan Harry padaku.

"Aku tidak percaya dengan ucapanmu, Li." Harry memutar bola matanya. "Kau kemana tadi sayang?" Tanyanya sekali lagi.

"Aku tadi habis menelpon Kendall." Jawabku jujur.

"Lalu apa katanya?" Tanyanya memainkan rambutku.

"Dia sepertinya tidak suka dengan keputuasanku. Dia mengatakan padaku kalau aku akan menyesal memilih keputusan itu." Jawabku.

"Jangan pedulikan dia. Nanti aku akan menemui nya lagi. Ohya kau sudah menghubungi Hannah belum? Aku tidak mau gadisku pergi meninggalkanku." Dia mencium puncak kepalaku. Dia memperlakukanku sangat berlebihan sekarang.

"Ya, dia sangat senang aku memberikan itu padanya, dia mengatakan padaku akan datang dua hari lagi. Aku juga dapat kabar baik darinya." Jawabku tak kalah senangnya.

"Apa itu?"

"Ibu akan menikah dengan seseorang. Dia sudah merencanakan pernikahannya tinggal menunggu kedatanganku untuk membahas itu lebih lanjut lagi." Jawabku tersenyum mengingat Ibuku sudah bahagia.

"Kapan kita akan menyusulnya?"

"Menyusul apa?" Aku mengerutkan keningku.

"Akan menikah sayang." Lagi dia mendekapku mendekatinya dan mencium puncak kepalaku lagi.

"Bisakah kalian diam? Kami sedang menonton pertandingan bola bukan melihat kalian berbicara dan bermesraan seperti ini." Ujar Louis tidak terima kalau kami menganggu mereka.

"Maaf." Ucapku lembut dan merasa bersalah. Tidak seharusnya aku bermesraan seperti ini dengan Harry.

"Kau-" ucapan Harry langsung aku potong dengan menyikutnya. Dia pasti akan mengatakan kata yang menyebalkan.




**

Matahari pagi yang menembus jendela kamar Harry membuatku terbangun. Aku melihat ke sampingku, Harry. Dia terlihat sangat nyenyak sekali tidurnya, bahkan dia membuka mulutnya dan rambut ikalnya yang berantakan begitu sangat indah dipandang pertama kali. Aku sangat beruntung memiliki Harry disampingku.

Tadinya dia mengajakku untuk bukan hanya sekedar tidur bersama, mengetahui ide gilanya yang kotor aku menolak tawarannya dengan alasan kita belum menikah. Tentu saja itu adalah alasanku yang sangat tepat untuk menghindarinya.

Aku bangkit dan melihat ke arah dinding dan menemukan sekarang sudah jam 7 pagi. Aku memutuskan untuk membuatkan sarapan untuknya lalu kami akan menuju bandara menjemput Hannah.

Membuatkan panekuk dan segelas susu untuknya. Setelah selesai menghidangkan makanan, Harry tak bangun juga. Aku memutuskan untuk membangunkannya karena takut makanannya tidak hangat lagi. Setelah melihat ke kamarnya Harry, aku melihat Harry yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Harry bangun..." Aku menggoyangkan tubuhnya untuk membangunkannya tetapi hanyalah gumaman yang tidak jelas yang aku terima.

Aku kembali menatapnya dan terbesit di pikiranku membangunkannya dengan cara lain. Aku merangkak naik ke atas tempat tidur dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Memberikannya ciuman padanya lalu setelah dia menyadari ciumanku akan aku lepaskan ciumannya. Mungkin ini cara agar membangunkannya. Dan benar saja dia seperti mencari-cari bibirku.

Twins |h.s|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang