Chapter 28

727 75 0
                                    

Aku merasakan kalau Luke tidak lagi menciumku. Maksudku bukannya aku suka dengan ciumannya itu masalahnya adalah Harry sepertinya melepaskan genggaman tangannya. Membuka mataku, aku melihat Harry yang memukul Luke. Aku diam membeku. Aku masih sulit percaya dengan kenyataan ini.

Menyadari kalau mereka sudah terlalu jauh untuk saling memukul. Setidaknya darah suda keluar dari bibi Harry dan Luke. Dengan keberanianku, aku melerai mereka.

"Berhenti!!" Menutup mataku ketika mereka sudah siap untuk memberikan satu pukulan ke yang lainnya. Untungnya aku mengambil posisi di tengah mereka.

Tak terasa aku menjatuhkan air mataku lagi, ini terlalu mendrama menurutku. Mengapa hidupku selalu terasa seperti drama yang dipenuhi kesedihan? Apakah tidak ada tawa dalam hidupku?

Aku masih mengeluarkan air mataku. Air mata ini terasa sangat mudah untuk keluar dan sangat sulit untuk kutahan. Seseorang menarik tanganku ke dalam pelukan seseorang. Aku merasa Harry yang membawaku ke dalam pelukannya. Dia mengeluskan punggungku dan memberikan ciuman singkat di puncak kepalaku. Aku masih menangis tapi rasanya menangis dalam pelukannya sangat hangat.

"Jangan ganggu dia. Dia adalah milikku." Itulah ancaman yang Harry berikan pada Luke. Aku tidak menggubrisnya karena aku masih sibuk dengan air mataku ini. Setelah cukup lama, Harry membawaku masuk ke dalam. Aku menuruti kemanapun Harry akan membawakku. Aku terlalu kehilangan kesadaran dengan kejadian tadi.


**

"Hey sudahlah jangan menangis. Ada aku disini. Aku akan selalu bersama dan menjagamu." Harry lagi-lagi memelukku. Setidaknya aku sudah menangis selama sejam lebih.

"Hailey..." Harry menarik napas panjang seperti seseorang yang frustasi dan dia memelukku. Mengeluskan punggungku lagi dan lagi. "Jangan mengingat kejadian itu. Anggap saja itu tidak pernah terjadi, oke?" Harry melepaskan pelukannya padaku dan menghapus air mataku.

"Iya." Jawabku singkat. Aku menganggukan kepalaku singkat dan tersenyum padanya. Dia membalas senyumanku dan mendekat wajahnya padaku. Dia mencium air mata yang jatuh di pipiku.

"Agar kau tidak mengeluarkan air matamu lagi. Ayo kita tidur!" Aku kemudian melukiskan senyumanku padanya. Dia menarik tubuhku agar tertidur.

"Hmm... Harry..." Gumamku pelan.

"Ya?" Tanyanya, tangannya sibuk mengusap rambutku.

"Apa tidak masalah kalau kita tidur dalam satu tempat tidur?"

"Memangnya kenapa? Kau belum siap kita memiliki seorang anak?" Dia tersenyum setelah mengakhiri perkataannya. Tepatnya menyeringai.

"Bukan. Hanya saja kita kan baru berpacaran dan belum menikah." Aku mengucapkannya dengan terbata-bata, ragu mengucapkan kalimat itu kepada Harry karena terkadang pikirannya sangat aneh.

Harry melebarkan bibirnya lagi. "Tentu tidak. Kau tidak akan hamil kalau kita hanya tidur saja kecuali kalau kita..."

"Oke.. Good night!" Aku menghentikan ucapannya yang bisa ku anggap dia akan berbicara yang aneh.

"Selamat malam, calon anakku." Harry mengusap perutku lalu tertawa kecil. Aku yang melihat tingkahnya yang aneh itu langsung membalikkan badanku agar tidak melihatnya. Jujur saja, mungkin pipiku sudah memerah.

"Kau jangan jauh-jauh dariku." Harry mendekatkan tubuhnya denganku.

"Tempat tidurku sangat kecil. Aku tidak mungkin jauh darimu." Jawabku asal.

"Ah iya benar. Kurasa aku harus menukar tempat tidurku dengan tempat tidurmu agar kau tak jauh-jauh dariku" Usulnya dengan seringainya. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat di leherku.

Twins |h.s|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang