Pagi ini, jam kosong. Minggu lalu, kita abis Ulangan Akhir Semester (UAS) 1. Jadi, seminggu setelahnya (termasuk hari ini, Kamis) ya jam kosong. Remed udah selesai semua, terakhir sekarang dan kebetulan gue nggak Remed.
Apa yang udah diajarin sama Ria masih gue inget jelas, dan gara-gara bokapnya Ria, gua jadi semangat belajar. Kata pak Qodir, gue masuk 10 besar Ranking kelas, buat Ranking berapanya masih belum pasti. Gue seneng banget bisa masuk 10 besar. Gak sia-sia juga gue belajar. Yah meskipun masih ada beberapa Mapel yang gue juga Remed, tapi peningkatan gue udah bagus banget lah, buat standar anak kelas D. Ibarat berita Sport, Ranking gue udah melejit dari papan bawah ke papan atas, tanpa sempat bertengger di papan tengah. Serasa jadi TopSkorer sementara yang bawa tim ke papan atas dengan kemenangan beruntun tanpa sekalipun kalah atau pun imbang.
Sayangnya, hubungan gue sama Ria—yang cuma sebatas TEMAN—lagi buruk. Gue beberapa kali nyapa dia, dia gak ngerespon apa-apa, noleh aja nggak. Gue udah di DC (Delete Contact) sama dia di BBM dan di FB dia gak aktif. Status FB terakhirnya udah agak lama, status lama yang gue lihat sebelum gue pertama kali ke rumahnya buat minta dibantuin ngerjain PR. Gue pengen dapet maaf dari Ria.
Si Zainal udah mulai masuk lagu, sejak UAS kemarin.
Abis semuanya kelar remed, kita mulai ngobrol. Obrolan-obrolan gak penting buat nunggu gerbang buka jam 12 nanti.
"Eh, ada yang suka lihat-lihat meme gitu gak?" kata Adam.
"Gue," kata Okta.
"Ya kita semua juga sering kali baca gituan di Facebook, emang kenapa?" kata Chandra.
"Nggak, gue semalam nemu judul-judul berita aneh di FP Meme."
"Coba lihatin," kata Lukman.
Terus Adam nunjukin beberapa gambar yang dia simpen di Hpnya. Hasil download di FP atau Grup-Grup meme katanya.
Beberapa diantaranya kaya'
"Seorang bocah meninggal setelah jantungnya berhenti berdetak, diduga hal ini terjadi karena si anak tidak lagi bernapas."
"Sejumlah remaja keluar sekolah secara bersamaan. Menurut salah seorang anak, hal ini terjadi karena sudah saatnya pulang sekolah."
Dan sebagainya sama beberapa jenis Meme lain.
Beberapa saat setelah itu, tiba-tiba Ucok—nama asli—masuk ke kelas sambil lari.
Dia buru-buru nyamperin gue, "Dan, Danu."
"Apa?" kata gue bingung.
"Si Ria, baru putus sama Feri. Feri sama temen-temennya lagi ke sini, mau ngeroyok lo."
"Loh. Kok Danu?" kata Chandra.
"Ya, gak tau juga deh."
"Ya udah, gak usah takut kali, kita pasti bantu," kata Okta.
Beberapa saat kemudian, Feri masuk kelas gue, bareng sama temen-temennya.
"Danu, mana lo?!" teriak si Feri.
"Woi, Buta lo ya, udah jelas dia di sini, makanya lihat dulu pakai mata baru bacot. Gue yang baru ketabrak aja gak buta kok."
Gila si Zainal. Gue kira Ivan, Okta, atau Vicky yang bakal ngomong duluan, ternyata malah si Zainal.
"Diem lo cacat." Feri bales, makin sewot.
"Woi Buta, enak aja lo manggil temen gue cacat." Gue nyamperin Feri, jujur aja gue kesel.
Seenggaknya kalau mau ribut omongin dulu baik-baik, kalau emang perlu ribut, gue mah ayo-ayo aja. Tapi kalau kaya' gini, udah masuk sembarangan, bikin ribut, ngatain temen gue cacat lagi. Ya, gue tau gue juga manggil dia buta, tapi dia yang mulai sok berkuasa.
"Eh, lu berani amat ama gue."
"Berani lah, sama-sama makan nasi juga."
"Gue makan Roti."
"Kirain ikan asin sama terasi, napas lu bau banget, Anjir."
Temen-temen gue pada ngakak.
"Hah, Jigong lo kotak-kotak," kata Ivan.
"Diem lo."
"Cie yang abis diputusin," ejek Hari, "mamah, adek diputusin Ria, hue...," katanya sambil sok-sok niruin bayi nangis.
"Cengeng lo, haha," giliran si Ulil yang ngomong. "Ngumpet aja sono di ketiak emak, suruh beliin motor baru atau botol susu buat diemut."
"Sama popok tuh diganti," kata Edi, "jangan lupa sikat gigi."
"Bacot lo semua."
"Pantes kata bokapnya Ria lo gak sopan, nih gue kasih tau, bokapnya Ria pernah bilang sama gue kalau dia gak suka lo. Katanya lo gak sopan dan sok banget." Gue jujur aja.
"Cie kena tikung ternyata, haha," kata Ucok, "Ngakunya sih bakal jadi satu-satunya cowok di SMA Tikungan yang gak bakal kena tikung, eh malah kena tikung sama si Danu. Ketiak mama masih lebar kok nak, sini masuk." Ucok gantian niruin gaya emak-emak yang mau manjain anaknya, bedanya ini manjain pakai ketiak.
"Kalau lo berani, entar pulang sekolah di lapangan belakang. Gue tunggu lo semua."
"Yakin lo? Cuma bersepuluh termasuk lo? Gue sendirian juga cukup kali." Wawan maju paling depan. Wawan ini cowok tubuhnya kurus, tapi gak ada yang berabi one-on-one sama dia, udah terkenal banget sebagai Preman sekolah, untungnya sih dia ada di kelas D.
"Tali Pramuka kaya' lo mau ngelawan kita semua? Hah, sok lo. Laan gue sendirian aja udah nangis."
"Mama, atut..." kata Wawan sok nangis, "Feri atut sama Wawan, Mama."
Si Feri pergi sama temen-temennya.
"Gimana nih temen-temen?" kata Sandi.
"Lo sendiri gimana, Dan?" kata Kuncoro.
"Kalau urusan gue sama Feri mah bisa gue urus sendiri, kalau gue lebih suka ngomongin baik-baik." Temen gue Cuma ngangguk-angguk gak jelas, "Tapi," kata gue lagi, "Soal si Feri yang asal masuk terus mulai ngajak main jelek, itu biar Zainal aja yang mutusin, gue ngikut aja."
"Gue terserah lo-lo semua aja. Lagian gue juga gak mungkin ikut."
"Kita maju," kata Wawan. "Gue gak terima gitu aja, kalau dia emang sejak awal udah langsung gitu. Kalau lo semua gak mau, gak masalah, gue siap maju sendirian."
"Gue ikut Wawan," kata Vicky, "gue juga gak terima sohib gue dihina gitu aja."
"Gue ikut, gue gak mau dianggep pengecut. Kalau lo mau ngomongin baik-baik terserah lo, tapi—"
"Gue ikut," kata gue cepet-cepet, "si Zainal udah belain gue, gue gak bisa diem aja. Rencana gue sebenernya pengen lo semua gak usah ikut, biar gue sendirian. Tapi udah gini ya udah lah."
"Gila lo, kita sekelas ikut kok," kata Okta.
***
Next : Feri Ngilang
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Gila Kelas D
HumorComplete/Finish/End Bukan One-Shot. Author khilaf. Tag itu Ambigu. Baca Prolog aja dulu. Jangan terjerumus oleh Dewasa, itu cuma Kiasan biar lebih uwow. Dan ... gue gak tau pak Qodir itu siapa atau gimana dia bisa jadi salah satu Tag ini. Ini bukan...