Radiva - Part 16

648 27 8
                                        

Hola!! Duh udah lama yah saya ga posting? Maaf yah. Ga ada ide plus mager karena puasa hehe. Sebagai permintaan maaf saya, saya akan mengajak kalian berjalan-jalan sebentar ke Jepang untuk part ini. Ada gambar eksklusif juga yang saya kasih untuk kalian yaitu pemandangan malam dari Gunung Hakodate ( tengok kanan).  Mudah-mudahan suka yah! <3

Daaaan makasih banget untuk 50+ vote-nya!! Suer ga nyangka haha. Semoga tambah lagi jadi 100+ vote. Amin! Saya juga masih menantikan feedback lainnya berupa komen dan vote kalian hehe. Terima kasih untuk kalian semuaaa! Enjoy reading :)

***

Tujuh tahun kemudian...

            “Kamu yakin ingin pergi?” tanya seorang laki-laki berwajah Jepang kepada Diva.

            Dia adalah Kazuhiko. Teman satu kampus Diva di Jepang namun tidak dalam satu fakultas. Kazuhiko mahasiswa fakultas hukum. Dia berwajah manis dan terlihat sangat bersahabat. Dia adalah salah satu anak korban kecerobohan Diva. Diva salah memanggil nama orang. Diva berniat memanggil Jirou, teman satu fakultasnya tapi salah memanggil. Namun dari situ, Kazuhiko malah menjadi teman dekat Diva selama tujuh tahun ini. Yaaah walaupun dia laki-laki, Diva tidak merasa canggung dan takut. Kazuhiko juga tidak pernah berbuat macam-macam.

            Diva mengangguk. Ini sudah tahun ketujuh Diva berada di Jepang. Kuliahnya di fakultas kedokteran juga sudah selesai. Diva bahkan sudah menjadi dokter di Jepang selama satu tahun. Diva merasa betah disini, orang-orang Jepang juga bersahabat tapi tetap saja Diva rindu akan tanah kelahirannya.

            “Iya. Aku akan pulang,” jawab Diva.

          “Kenapa kau tidak tinggal disini saja? Kau sudah punya jaminan hidup enak disini.”

            Diva tersenyum, “Aku tahu. Tapi tetap saja aku rindu negara kelahiranku.”

            “Bagaimana pekerjaanmu?”

          “Itu tidak sulit. Aku akan meneruskan pekerjaan dokterku di Indonesia, apalagi aku lulusan universitas Jepang, tidak sulit bagiku mencari pekerjaan sebagai dokter disana.”’

            “Kalau tidak ada?”

          “Kau ini ada-ada saja. Tentu saja banyak rumah sakit yang mau menerimaku. Kalau tidak ada, aku pun bisa buka praktek sendiri di rumah. Benar kan?”

            Kazuhiko mengangguk, “Ya ya.. Terserah kamu saja.”

        Diva tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan matanya ke arah depan. Hmm.. Pemandangan malam di puncak Gunung Hakodate memang tidak ada tandingannya. Saat ini Diva dan Kazuhiko sedang berada di puncak Gunung Hakodate yang terdapat di Pulau Hokkaido. Di puncak gunung Hakodate, keindahan terhampar di hadapan mereka. Pemandangan kerlap-kerlip lampu kota Hakodate yang terletak tepat di kaki gunung dan diapit dengan lautan yang terbentang luas. Sungguh pemandangan ini sangat memanjakan mata.

          Tidak salah kalau pemandangan malam hari dari Gunung Hakodate adalah termasuk tiga pemandangan malam terbaik di dunia bersama-sama dengan pemandangan malam di Hong Kong dan Napolli. Pemandangan malam di Gunung Hakodate juga salah satu pemandangan terbaik di Jepang setelah pemandangan malam Gunung Inasa di Nagasaki dan Gunung Rokko di Kobe.

            Diva dan Kazuhiko berangkat dari kaki gunung setelah matahari terbenam. Walaupun suhu bulan November ini sudah menyentuh angka nol derajat celcius, hal itu tidak menghalangi Diva dan Kazuhiko mendaki Gunung Hakodate. Diva dan Kazuhiko mendaki menggunakan cable car sampai ke puncak gunung setinggi 334 meter itu.

Radiva SamanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang