Difficult

13.8K 565 26
                                    

Dengan gerakan reflek Aura mendorong tubuh Richard hingga terjengkang dan jatuh dari atas tempat tidur.

"Auwwwww!!!" Pekik Richard sambil mengusap usap pantatnya yang terasa sakit karena membentur lantai marmer di kamar Aura.

"Kau benar benar kurang ajar! Kau pasti mengambil kesempatan saat aku tertidur dengan menyingkirkan pembatas itu kan?" Tuding Aura bangkit berdiri dan mengacak pinggang didepan Richard.

"Lengkap sekali tuduhanmu itu, hah? Kenapa tak sekalian saja kau tuduh aku menarik tubuhmu kedalam pelukanku!" Sahut Richard berusaha bangkit berdiri. Kini mereka sudah berdiri berhadapan dengan posisi sama sama saling mengacak pinggang.

"Betul! Pasti kau juga kan yang menarikku kedalam pelukanmu?" Tuding Aura lagi sambil mengacungkan telunjuknya kewajah Richard.

"Terserah apa katamu, angel. Aku menjelaskan panjang lebar kepadamu pun sepertinya kau takkan pernah percaya. Jadi biarkan imajinasimu itu membiarkanmu berpikiran buruk terus terhadapku. Satu hal yang perlu kau tahu bahwa satu satunya dosa terbesarku hanyalah salah mengambil langkah untuk mendapatkanmu menjadi milikku!" Ucapan Richard yang terdengar tegas membuat Aura sedikit tertegun dibuatnya.

Tanpa ingin berniat meneruskan perdebatan mereka lagi, Richard pun memilih masuk kedalam kamar mandi dan bersiap untuk kembali ke rutinitas syutingnya hari ini. Sementara Aura, ia lebih memilih untuk langsung kembali bekerja bersama sang kakak di perusahaan mereka.

"Bagaimana semalam, bro?" Tanya Radit saat mereka sedang duduk menikmati waktu break syuting mereka.

"Tak usah ditanya! Kau pasti tahu bahwa jawabannya, NO FIRST NIGHT!" ucap Richard dengan nada bicara penuh penekanan.

"Bukan itu yang mau aku tanyakan, Rich," sahut Radit sambil mengedarkan pandangannya keseluruh tubuh Richard.

"Maksudmu?" Tanya Richard mengerutkan dahinya.

"Bagaimana semalam? Berapa kali pukulan dan tendangan yang kau terima dari cool angel-mu itu?" Tanya Radit kemudian tertawa terbahak bahak.

"Br*ngs*k kau!" Umpat Rihard sambil melempar botol air mineral kosong kepada Radit.

"Woless bro! It's your choice, man!"  Sahut Radit masih tersisa tawa disela nada bicaranya.

"Actually, it's difficult for me," ucap Richard kemudian dengan tatapan menerawang.

"Ini baru permulaan, Rich. Kau sendiri yang bilang bahwa kau takkan menyerah. Buat dia jatuh cinta padamu secara perlahan," ucap Radit mencoba memberi saran bijak.

"I'll try it!" Sahut Richard kembali mengumpulkan keoptimisannya.

*******************

Waktu makan siang telah tiba namun Aura masih juga enggan beranjak dari kursi kerjanya. Terdengar ketukan pintu dari arah luar yang membuyarkan konsentrasi Aura pada tumpukan tumpukan dokumen yang membuatnya larut dalam kesibukan yang luar biasa.

"Masuk," ucap Aura menatap kearah pintu.

"Permisi nyonya, ada kiriman makanan untuk anda," sapa sang sekretaris sambil membawakan sebuah paper bag bertuliskan nama sebuah restoran terkenal.

"Makanan? Siapa yang memesan makanan?" Tanya Aura sambil mengernyitkan dahinya heran.

"Tadi ada seorang kurir mengantarnya kesini dan mengatakan kalau ini titipan dari tuan Richard untuk ada nyonya," sahut sang sekretaris membuat Aura semakin heran.

Setelah meletakkan paper bag tersebut, sang sekretaris segera undur diri dan keluar dari ruang kerja Aura. Tadinya Aura memutuskan untuk membiarkan paper bag tersebut tergeletak begitu saja namun selang berapa lama tiba tiba saja perutnya berbunyi pelan seakan cacing cacing dalam perutnya berontak untuk meminta makan. Ia putuskan untuk menelepon restaurant terdekat untuk memesan makanan namun belum selesai jari jemarinya menekan tombol angka yang ada pada pesawat teleponnya, ekor matanya kembali menangkap paper bag yang masih setia berada disana.

Married With An ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang