Rainbow After Rain

14.3K 544 34
                                    

Aura masih menangis sejadi-jadinya di pelukan Richard di dalam mobil mereka. Keterangan yang diberikan Morris pada mereka sungguh mengejutkan. Nama yang tertera di atas nisan tersebut ternyata benar adalah nama dari sahabatnya, Stella. Nama dari wanita yang depresi setelah mengalami ujian berat dalam hidupnya dan wanita itu, hampir saja menjadi bagian penting dalam hidup suaminya.

"Tuan,  nyonya, nona Stella meninggal sesaat setelah melahirkan putranya. Keluarga besarnya membawa putranya pergi dari negara ini dan menetap di Perancis. Mereka menghindari pemberitaan miring soal almarhum nona Stella yang bertubi-tubi menimpa mereka. Saat itu nona Stella sudah hampir pulih bahkan ia sudah tidak mengkonsumsi obat penenang lagi. Tapi takdir berkata lain, nona Stella harus meregang nyawa saat melahirkan putranya," ucap Morris membuat tubuh Aura terhuyung dan dengan sigap Richard pun memegang pundak Aura.

"Apakah mendiang orang tuaku tahu kejadian ini, Morris?" tanya Richard sambil memeluk erat Aura yang menangis terisak.

"Tentu saja mereka tahu, tuan. Justru hal itu semakin membuat kebencian mereka kepada nona Aura semakin menjadi. Entah apa yang ada di benak mereka hingga menyalahkan setiap kejadian ini kepada nyonya Aura," ucap Morris sambil menundukkan kepalanya.

"Kebahagiaan takkan pernah bisa dibeli dengan materi, Morris. Ayah dan ibuku takkan pernah mengerti hal itu. Bahkan seandainya pun aku benar-benar menikahi Stella, apakah ada jaminan jika ia masih ada di dunia ini jika sudah kehendak-Nya Stella pergi?" ucap Richard mencoba berpikir logis. Morris pun hanya bisa mengangguk menyetujui ucapan tuan-nya itu.

Richard kembali menyeka air mata yang membasahi pipi Aura. Wanita itu tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada diri sahabatnya. Walau berkali-kali Richard meyakinkan, tetap saja ia merasa bahwa ia bersalah atas apa yang terjadi pada Stella.

"Angel,  please. Jangan seperti ini, sayang. Apapun yang terjadi, ini semua karena kehendak-Nya." Richard masih terus berusaha meyakinkan Aura.

"Mungkin jika kau tak menyusulku waktu itu dan bersedia menikah dengannya............. "

"Enough, Aura! Apa kau akan terus menyalahkan diri sendiri seperti ini dan tidak ingin melanjutkan hidupmu bersamaku?  Bersama anak kita? Sudah cukup air mata yang kau tumpahkan karena diriku. Aku tak ingin membuatmu terluka tapi keadaan selalu saja membuat kau menangis karena aku,  karena keluargaku dan karena orang-orang yang terlibat di dalamnya," ucap Richard merasa frustasi.

"Bahkan aku tidak sempat mengucapkan kata maaf sebelum Stella pergi, Rich."

"Bawa dia dalam doamu, sayang. Doakan ketenangan untuknya dan aku yakin, Stella tahu kalau kau tulus menyayanginya."

"Benarkah?"

"Trust me."

Richard pun kembali menarik tubuh Aura ke dalam pelukannya dan membiarkan tubuh mungil itu merasakan kenyamanan dan kedamaian serta rasa cinta yang besar untuk kekasih hatinya itu. Walau ia sendiri ikut merasa shock atas kepergian Stella, namun ia harus kuat dan tetap menenangkan Aura yang merasa sangat kehilangan sahabatnya yang bahkan tak bisa ia temui di saat-saat terakhirnya.

Setelah merasa cukup tenang, Aura dan Richard pun kembali ke mansion untuk bersiap pulang kembali ke Indonesia. Richard tak ingin berlama-lama berada di kota ini. Entah mengapa ia selalu merasa sesak berada di antara gelimangan harta dan kekayaan yang seakan mengungkungnya dan hendak mencekik lehernya.

"Kamu yakin kita pulang besok?" tanya Radit pada Richard yang kini sedang duduk di balkon bagian depan mansionnya.

"Sure. Aku gak mau kalau Aura selalu mengingat Stella dan bersedih karenanya. Lagian, si abang superprotect-nya itu selalu saja menelepon, bertanya kapan kita akan pulang," ucap Richard membicarakan Kevin, membuat Radit terkekeh mendengarnya.

Married With An ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang