Lima

2.6K 177 10
                                    



-Ku persembahkan salah satu ruang dimensi dunia ku pada kamu sekalian-

Enjoy it!

Sama halnya seperti kemarin Billa menghentikan taksi di halte dan menunggu Herrys disana. Menaiki busway yang dinaiki Harrys tanpa sepengetahuan lelaki itu. Kali ini Herrys tidak menghentikan busway di depan Universitas, tetapi didepan sebuah rumah sakit swasta. Billa mengikuti lelaki itu seperti bayangan, tanpa terlihat dan tanpa diketahui.

Herrys menyusuri lorong rumah sakit dan memasuki sebuah ruangan dokter. Tidak ada yang perlu di curigai dengan gerak-gerik Herrys pagi ini sehingga Billa memilih untuk menunggu lelaki itu di taman depan rumah sakit. Ia agak membenci rumah sakit, benci bau dan hawa yang ada dalam bangunan tersebut.

Gadis itu mengenakan headset ke telinga sambil sesekali memandang pintu depan rumah sakit menunggu sosok Herrys.

"Kenapa kamu menendang bola itu terlalu keras? Kamu lihat sekarang bola itu menggelinding jauh. Sana minta sama Om itu!" Dua orang bocah laki-laki berseragam rumah sakit yang sedang bermain bola menarik perhatian Billa. Ia memperhatikan bocah yang kecil yang berjalan menjauhi partnernya dengan cemberut.

"Om itu bola aku!" sang bocah meminta bolanya yang sekarang berada di tangan seorang laki-laki berkursi roda, memakai seragam yang sama. Lelaki dua puluh tujuh tahun tersebut menyerahkan bola pada bocah itu dan mengusap kepalanya.

"Jangan sampai kehilangan lagi"

Bukankah itu Kevinardian Iskandar? Aku memang belum bertemu langsung dengannya. Tetapi aku masih mengingat dengan jelas fotonya. Kebetulan sekali.

Billa menegang saat seseorang datang meraih pegangan kursi roda Kevin dan membawanya pergi. Lelaki itu Reza Iskandar. Seseorang yang paling Billa benci di dunia ini. Billa sangat ingin mengikuti dan menembak kepala lelaki itu sekarang juga. Tidak itu terlalu mudah untuknya. Billa akan menghancurkannya terlebih dahulu.

Sosok Herrys yang keluar dari pintu rumah sakit menyadarkan Billa. Herrys adalah prioritasnya saat ini. Nanti akan banyak kesempatan untuk mendekati Reza Iskandar.

***

Ini sudah lebih dari setengah jam Billa memperhatikan Herrys yang berjalan bolak balik di depan kelas. Sebenarnya anak itu berniat masuk kelas atau tidak sih? Billa geram sendiri memperhatikan tingkah Herrys yang hendak masuk kelas tetapi seperti takut akan sesuatu. Herrys berjalan ke depan sekitar sepuluh langkah memegangi tali tasnya dengan kencang lalu berbalik lagi dengan sepuluh langkah yang sama. Barangkali pada putaran yang kedua belas kali Herrys tidak lagi berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalkan kelas. Perpustakaan, kembali tempat itu menjadi tujuan Harrys.

Oke... ini kesempatanku mendekatimu!

Billa sengaja hendak menjangkau buku yang sama dengan yang akan diambil Herrys.

"Oh maaf...." Billa memulai aksinya.

"Tidak apa-apa... ini." Herrys menyerahkan buku yang ditangannya kepada Billa.

"Tidak usah, kau yang menemukan buku itu terlebih dahulu."

"Aku sudah membaca buku ini berkali-kali... aku senang ada mahasiswa lain yang juga menyukai karya sastra klasik. Jarang sekali ada mahasiswa di rak ini, kalaupun ada paling anak-anak kelas sastra."

Karya sastra klasik? Cerita Cinderella saja hanya kubaca separuh. Terlalu malas membaca cerita yang menye-menye. Ensiklopedi, itu baru buku!

HALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang