Dua Puluh Empat; Akhir Sebuah Ketukan

1.9K 147 12
                                    





-Ku persembahkan salah satu ruang dimensi dunia ku pada kamu sekalian-

Enjoy it!

Tok..tok..

Suara ketukan di pintu sekali lagi terdengar, Billa beranjak dari posisinya mendekati sumber suara. Suara yang kian meradang tidak sabaran. Aneh! Siapa gerangan yang mendatanginya selarut ini? Perasaan Billa tidak enak. Dalam gelap penerangan ruang depan, Billa melangkahi petakan demi petakan ubin lantai.

Clek.

Sial! Tamu tak diundang! Billa meraih apapun yang berada di dekatnya saat suara kunci yang dibuka terdegar jelas dalam hening kegelapan menyelimuti. Saat itu yang bisa ia jangkau hanyalah sebuah payung yang menyandar di sisi lemari. Billa bersembunyi di balik lemari yang menjadi penyekat antara ruang tamu dan dapur menanti sosok yang dengan kurang ajarnya memasuki flat Billa dengan paksa.

Dari remang lampu kamar Billa bisa mengitung jumlah manusia yang memasuki flatnya. Empat orang.

"Keluarlah! Kami tahu kau ada di dalam!" salah satu diantara keempat pria itu melempar vas bunga di atas meja setelah menemukan kontak lampu, menerangi ruangan.

Dari perkataannya tampaknya orang-orang tersebut sudah mengintainya tempat ini sejak lama. Tampaknya mereka juga tahu kalau ruangan sebelah tidak ada penghuni hingga dengan beraninya membuat keributan.

Tampak tak ada gunanya bersembunyi di tempatnya berdiri, Billa menyerang salah seorang diantara mereka saat ia melewati Billa. Bila memukulkan payung ke bahu kiri pria itu. Ia terduduk merasakan sakit mendera bahu kirinya.

Pria yang lain mendekati Billa, mencoba menarik payung di tangannya. Dengan perhitungan matang Billa mengikuti gerakan lawan, membiarkan payung tertarik kearah musuh, kemudian dengan tenaga besar mendorongnya sehingga ujungnya yang bengkok membentur perut sang lawan dengan kuat. Membuat pria itu menjerit sakit.

Billa mengambil jarak aman, mengarahkan payung kepada ke empat pria yang mendatangi flatnya. Salah satu dari dua orang yang masih berdiri tegak mengeluarkan pisau dari punggung. Dua orang yang sempat terkena pukulan Billa kembali berdiri. Tampaknya pukulan itu tidak berarti banyak bagi mereka.

"Apa yang kalian inginkan? Siapa yang memerintahkan kalian?" Bukannya menjawab, sang pria yang memegang pisau melirik ke kanan dan ke kiri, memberi kode kepada pria-pria lain untuk maju menyerang Billa.

"Kalian akan menyerang wanita secara keroyokan ha? Dimana harga diri kalian?" Billa mencoba mempengaruhi. Satu orang perempuan melawan empat orang laki-laki bersenjata. Walaupun Billa menguasai dasar beladiri, tak bisa dipungkiri bahwa pria tetaplah makhluk yang dianugerahi tenaga berlebih. Dia bisa kalah jika pria-pria tadi menyerangnya secara bersamaan.

Tampaknya kata-kata Billa tidak membawa pengaruh apa-apa karena nyatanya ketiga orang yang menerima perintah melayangkan tinju dan tendangan menyerang Billa. Sayangnya mereka bukanlah pria beretika yang akan memandang bahwa lawan mereka adalah seorang wanita. Sia-sia mengharapkan perlakuan istimewa pada situasi seperti ini.

Billa menangkap tangan salah satu penyerang kemudian memelintirnya, tangan kirinya yang dipasangi jam pemberian Kim mengarah pada wajah sang penyerang hingga akhirnya tangan Billa memberikan pukulan tepat pada rahang sang pria. Dengan kakinya, penyerang lain menendang perut Billa dari samping hingga mendorong tubuh Billa menjauh, merapat pada dinding. Ia melempar tinjunya pada Billa, beruntung dapat Billa hidari hingga tulang-tulang tinju yang menonjol kesakitan menghantam dinding. Dengan lututnya Billa menendang bagian fital sang pria membuat ia mengerang.

HALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang