Empat Belas

2K 149 16
                                    

-Ku persembahkan salah satu ruang dimensi dunia ku pada kamu sekalian-

Enjoy it!

Memandangi langit biru dengan awan putih bak kapas yang berserakan seperti meniduri padang rerumputan dengan wangi bebungaan. Menyejukkan dan menenangkan. Billa berusaha membayangkan dirinya berada di sana. Melepaskan pikirannya yang menggila menyita perhatian layaknya gedung-gedung tinggi di depan mata yang tegak menjulang bergerak berlawanan, memanggil-manggil meminta diperhatikan.

Berpindah dari keindahan langit dan kemegahan gedung-gedung tinggi, kendaraan roda empat maupun roda dua ramai berlalu-lalang di perempatan. Lampu merah menyala redup, malu terkalahkan sinar mentari yang menyengat mata. Sebenarnya, tidak hanya mentari yang bersinar menyengat, sesuatu di kepala Billa sama menyengatnya dengan sang raja langit, yaitu ide gila Kim. Sudah berbagai ide Billa pikirkan agar tidak perlu mengikuti apa yang Kim anjurkan padanya dua hari yang lalu tetapi Billa tidak dapat menemukan ide yang lebih baik dari pada ide Kim. Mulai dari rencana A lalu beralih ke rencana B, pada akhirnya rencana Kim lah yang lebih efisien. Tetapi harus menikah dengan Kevin? Gila saja! bagaimana mungkin hal itu bisa terlaksana? Apa lagi dalam waktu satu minggu.

"Shit!" Billa merasakan tubuhnya terdorong ke depan karena mobil yang mengerem mendadak. Joyee mengumpati seorang pengendara motor yang memotong jalannya saat lampu lalu lintas berubah hijau. Astaga! Bahkan Billa sempat melupakan keberadaan Joyee di sampingnya. Lelaki itu tiba-tiba saja sudah menunggunya di halte saat pulang dari kampus. Untung saja Herrys ada kelas telaah saat itu, kalau tidak, Billa bisa bayangkan bagaimana reaksi Herrys. Sudah cukup ceramah Herrys dengan judul 'Joyee itu tidak baik, jangan dekat dengannya' yang ia terima selama ini. "Halun, kau tidak apa-apa?"

"Ya... aku tidak apa-apa." Billa menegakkan kembali badannya, mundur mencari posisi nyaman. Kegiatan memandangi langit, mencari ketenangan, hingga menyadari bahwa kali ini ia harus mengalah, dan menarik kesimpulan bahwa ide Kim lebih baik terhenti sudah.

Joyee membuka kaca jendela, "Hei! Buang saja SIM mu jika tidak bisa berkendara dengan benar!" ia meneriaki pengendara yang bahkan tidak peduli jika orang lain hampir celaka karena ulahnya.

Joyee melajukan mobil saat klakson dari mobil di belakang mereka menginterupsi. "Kau ada masalah?" Joyee tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan, memajukan persneling mobil.

"Aku?" tanya Billa, belum begitu yakin Joyee berbicara padanya. "Tidak... kenapa kau berfikir seperti itu?"

"Sejak tadi ku perhatikan kau hanya melamun." Joyee mengalihkan pandangannya pada Billa sekilas, lalu kembali kepada jalanan ramai. Jalanan semakin sesak oleh kendaraan, baik roda empat maupun roda dua.

"Aku hanya menikmati jalanan." Joyee mengangguk kaku. Ia ingin Billa tahu bahwa Billa bisa selalu mengandalkannya tetapi terlalu canggung untuk mengatakan, terlalu melankolis.

Selang beberapa menit menghadapi keramaian jalanan, mobil yang dikendarai Joyee berhenti di sebuah pagar rumah berlantai tiga.

"Joyee, terimakasih sudah mengantarku. Lain kali kau tak perlu repot-repot melakukan ini." gadis itu membuka sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya.

"Aku tidak merasa direpotkan," sanggah Joyee langsung. Billa tersenyum tulus, lalu keluar dari mobil tersebut.

Joyee memandang punggung Billa tampak ragu. Kemudian membuka pintunya sendiri. "Haluna!" panggil Joyee.

Billa yang sadar dipanggil, berbalik dan mengangkat dagunya, bertanya.

"Kau tahu..." Joyee menggaruk rambut coklat yang tersisir rapi. "Jika kau ada masalah... kau bisa membicarakannya padaku...." Wajah Joyee merona merah.

HALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang