Dua Puluh Dua; Pertemuan Hitam

1.7K 131 28
                                    

-Ku persembahkan salah satu ruang dimensi dunia ku pada kamu sekalian-

Enjoy it!

Malam ini sedikit berangin. Dedaunan kering terbawa angin menghampiri kaca depan mobil Dedit yang melaju kencang. Ia menyingkiran dedaunan yang menghalangi pemandangannya. Dedit mengendarai mobilnya menuju Puncak Bogor. Pertemuan besar akan diadakan di sana, di vila milik Joker.

Sejak tadi ponsel Dedit tidak henti berdering. Panggilan dari Mario terus mengusik konsentrasinya mengendara. Dedit membiarkan ponselnya berdering begitu saja, memilih fokus pada jalanan malam hingga ponsel itu lelah untuk bersuara.

Berselang beberapa menit, Dedit memarkirkan mobilnya diantara jejeran mobil mewah yang terparkir angkuh bersama beberapa pria dengan jas hitam. Pria-pria yang disinyalir para kaki tangan petinggi Barlion menatap gerak-gerik Dedit yang memasuki vila.

"Ohh... Kau membawa kontraknya...?" Joker yang menyadari keberadaan Dedit, menjulurkan tangannya, menerima sebuah berkas dari Dedit. Tampak Knife berdiri di samping Joker.

Joker membentang berkas kontrak dan meminta ketiga petinggi Barlion tersebut menandatanganinya.

"Percayalah ini menguntungkan," hasut Joker meyakinkan para pimpinan.

" Ini beresiko," ucap salah satu dari mereka. Salah seorang dari pimpinan itu yang dari wajahnya saja sudah memperlihatkan kerakusan dan kepengecutannya. Ia menandatangani dokumen kerjasama jual-beli senjata dengan tangan bergetar.

"Aku akan mengurusnya," sambung Joker.

"Kau memang penghianat negara, tetapi aku senang bekerja sama denganmu," pimpinan lain mengeluarkan pendapatnya. Ia tampak tak terganggu seperti pimpinan sebelumnya. Sedang satu orang pimpinan lain tampak tidak senang. Wajahnya yang ditumbuhi rambut pendek di atas bibir membuatnya terlihat kejam.

"Aku melakukan ini semua demi negara. Mereka-mereka itu terlalu lemah. Pengecut! Kita harus siap untuk perang."

"Hahaha..." pimpinan terakhir berwajah kejam, berkumis, mengeluarkan suara tawa yang menggelegar. "Aku sangat ingat, kata-kata itu juga yang kau ucapkan tiga belas tahun yang lalu. Saat kita menandatangani kontrak Enggano bersama tanpa sepengetahuan Viktor Rahardian. Sayang bajingan itu sudah mati sekarang."

"Yah kita mengalami kerugian yang sangat besar saat itu," sambung sang pimpinan yang pertama. Ia menghitung-hitung berapa kerugian yang ia tanggung saat insiden itu.

"Apa masalah itu sudah kau selesaikan Joker?" tanya sang pimpinan berkumis sinis, sambil berdiri dari kursinya meneguk brendy dalam gelas di tangan. "Aku dengar Dokumen Enggano itu belum juga kau temukan. Juga rekaman pembicaraan kita yang ada pada polisi bajingan itu, apa kau sudah mengurusnya?"

"Kalian tenang saja. Barang itu tidak akan bocor pada siapa pun."

Prang!!!

Pimpinan berkumis melempar gelas brendy-nya ke dinding. Membuat Dedit bergidik dari posisinya. Sedangkan Knife tak sedikitpun terusik.

Beberapa pria berjas hitam membuka pintu, menodongkan pistolnya pada Joker, menyangka sudah terjadi keributan di tempat ini. Reflek Knife juga menodongkan pistolnya pada pimpinan berkumis, sedang Dedit menodongkan pistolnya ke arah pintu. Suasana di tempat itu kian tegang.

Joker menurunkan tangan Knife yang menggenggam pistol tertodong pada salah satu pimpinan Barlion tersebut. "Tenanglah, tidak terjadi apa-apa di sini," ucapnya pada pria-pria di pintu. "Dedit, kau antarkan mereka kembali!" Joker mengeluarkan titahnya. "Lanjutkan!" tujunya pada pimpinan berkumis.

"Sepuluh tahun kami memberimu waktu, dan segalanya belum selesai sampai hari ini?" hardik sang pimpinan berkumis. Pimpinan pertama tampak mengkerut ngeri di kursinya. Pimpinan kedua berdiri dari kursinya menuju sang pimpinan berkumis, menyeret jubah hitamnya yang bersentuhan dengan lantai.

"Tenanglah Ot, Joker akan menyelesaikan segalanya." Ia menenangkan sang pimpinan berkumis dan membawanya kembali duduk.

"Lepaskan aku," ia menyingkirkan tangan pimpinan kedua dari tubuhnya. " Menyelesaikan? Kau pikir aku tidak tahu? Anak polisi itu masih hidup bukan? Aku masih melihatnya berkeliaran dan kau sengaja membiarkannya?" pertanyaan sinis yang ditujukan pada Joker. "Jangan berfikir aku melepaskanmu dari pandanganku. Aku mengetahui semua yang kau lakukan."

Joker tersenyum sinis mendengar penuturan sang pemimpin berkumis. Dengan tenang ia berkata, "Aku memiliki tujuan tersendiri membiarkannya masih hidup. Kau tengang saja, kami selalu mengawasinya."

"Sudahlah... ku pikir tujuan pertemuan kita hari ini sudah selesai. Sebaiknya kita segera bubar, jangan sampai ada pertumpahan darah diantara kita," pimpinan kedua menenangkan, merangkul pria berkumis itu keluar dari ruangan tersebut.

.

Dedit menyeret langkahnya kembali menuju ruangan Joker berada. Saat itu ia sempat berpapasan dengan dua orang pimpinan Barlion yang keluar dari ruangan.

"Tenanglah Ot! Jangan memancing emosi Joker, oke? Kau kenal dia orang seperti apa bukan?" ucap pimpinan kedua di telinga sang pimpinan berkumis.

"Aku tidak takut padanya!"

"Ya aku tahu, emosimu akan berdampak buruk pada kita!"

"Gadis itu bisa menyusahkan nantinya." Dedit menghentikan langkahnya, menangkap pembicaraan mereka. "Kita harus menyingkirkan gadis itu sebelum ia membongkar segalanya dan memberitahu bocah Rahardian itu. Viktor sialan! Ku pikir setelah ia mati kita bisa menguasai group dagang ini."

"Kau tidak mendengar Joker, bahwa rekaman itu tidak ada pada gadis tersebut? jika ada Joker pasti sudah menemukannya."

"Aku tidak percaya pada bajingan itu. Apa kau tidak sadar, dia memanfaatkan kita? Aku yakin, suatu saat ia akan mengancam kita dengan rekaman dan dokumen ditangannya."

Suara tersebut terdengar semakin samar di telinga Dedit. Segera dedit mengambil ponsel di saku celana dasarnya. Mengirimkan pesan kepada sebuah nomor asing,

Hanya kau yang bisa melindungi Billa dari para petinggi Barlion yang akan mencelakainya.

***

TBC

Pendek? memang.

Part ini baru pembukaan dari part selanjutnya...

part 23  bakal ngelanjutin part sebelumnya saat setelah Billa dari acara lelang, kalonggak sabtu barangkali minggu baru saya publish... belum kelar soalnya.

oh ya, nama para petinggi barlion pada part ini sengaja tidak saya perjelas agar nggak terlalu jadi perhatian. Nanti malah jadi lupa sama tokoh-tokoh di cerita ini karena kebanyakan. Asumsi saya, part-part ke depan akan menjadi klimaks dari cerita ini. semoga terwujud yah... jadi mohon bersabar nunggu saya nge-publish...

salam sayang zeamora

HALUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang