Aku memandang diriku dengan seksama di cermin. Terlihat pantulan seorang wanita yang sangat cantik dengan mini gown berwarna putih. Tema pernikahan mili, saudara kembarku memang putih dan biru. Why? Itu semua karena mili sangat menyukai warna putih dan kevin, dia menyukai warna biru. Sejujurnya aku merasa tidak nyaman dengan gaun yang kukenakan, tatanan rambut, make up, serta suasana acara ini. Semuanya terasa sangat palsu dan memuakkan.
Aku sangat malu pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku menerima permintaan konyol kakakku untuk menikah dengan calon suaminya? Dan lebih bodohnya lagi, aku menerima permintaan konyol itu. Aku akui memang aku sangat mencintai kevin, tapi semua itu sudah berusaha aku kubur dalam-dalam. Aku tidak ingin rasa itu tumbuh subur di hatiku (lagi). Aku tidak ingin menjadi lupa siapa diriku sebeneranya karena takdir ini.
Takdir yang membawaku menjadi seorang mempelai wanita dari laki-laki yang sangat aku cintai. Walaupun tak kupingkiri aku sangat bahagia, tapi dibalik rasa bahagia itu akan ada sakit hati yang lebih dalam dari yang sebelumnya kurasakan.
"Sayang."
Aku merasakan tubuhku dipeluk seseorang dari belakang. Aku memandang cermin dihadapanku dan mendapati sosok kevin tengah memelukku dari belakang bahkan kepalanya sudah bersandar dengan nyaman di bahuku.
"Kev."
"Kamu ngelamunin apa?" Kevin menatapku dengan tatapan lembutnya. Tatapan yang membuatku jatuh cinta padanya.
"Gak kok." Jawabku asal.
"Aku ngerasa ada yang beda sama kamu?" Seloroh kevin.
Aku merasakan jantungku berdegup cepat kembali. Refleks aku melepaskan pelukan kevin dipinggangku dan aku langsung duduk di sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Kevin menatapku dengan tatapan yang tak bisa aku artikan. Dia mendekat kearahku lalu duduk disampingku. Aku mengalihkan pandanganku kearah lain karena aku semakin gugup jika menatap matanya.
"Look at me." Kevin menarik daguku untuk menatap wajahnya.
Aku mengikuti arah tangan kevin yang membawaku menatap wajahnya. Dia menatapku dengan tatapan sendunya.
"Kamu bahagia?" Tanya kevin dengan suara lemas.
"Huh?"
"Kamu bahagia dengan pernikahan kita?" Tanya kevin lagi. "Kamu nanya apaan sih? Ya, aku bahagia lah." Jawabku cepat.
"Tapi aku ngerasa ada yang beda dari kamu. Rasanya sama seperti dulu saat kita pertama.." Aku segera memotong ucapan kevin sebelum ia semakin curiga padaku.
"Apa kamu gak bahagia nikah sama aku?"
Kevin terkejut dengan penuturanku. Ia menatapku kemudian menarikku kedalam pelukannya. Aku merasa sangat nyaman dalam pelukannya. Jika seperti ini terus, aku khawatir akan merasa sebagai pemilik dirimu.
"Pertanyaan bodoh. Justru aku adalah laki-laki paling beruntung di dunia ini karena bisa menikahi kamu." Ucapan kevin membuatku sedikit lega sekaligus senang.
"Boleh aku tanya satu hal."
"Apa?" Balas kevin. "Jika aku tidak seperti yang kamu kenal, apakah kamu akan tetap mempertanyakan perubahanku atau kamu akan belajar mencintai perubahanku?" Entah dorongan darimana pertanyaan itu bisa keluar dari mulut lancangku.
Kevin melepas pelukannya dan menatapku. "Aku mencintai kamu bukan karena suatu hal, tapi karena kamu secara keseluruhan. Jadi, apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintai kamu. Karena aku akan menepati janjiku pada Tuhan, kamu, dan keluargamu untuk mencintaimu kemarin, sekarang, dan yang akan datang."
Penjelasan kevin membuatku menitikan air mata. Kevin menghapus air mataku lalu tersenyum. "Jangan nangis, nanti jelek loh." Goda kevin. "Emang aku jelek." Jawabku sambil menghapus air mataku. "Karena kamu jelek, makanya aku nikahin kamu biar kamu gak cari yang lebih jelek dari aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
RomanceKetika cinta datang mendekat, namun dengan jalan yang salah. Apakah ini takdir atau hanya mimpi??? "Nchanbum"