Kevin sudah berangkat sejak tadi. Sepertinya dia agak sedikit terlambat karena aku cukup lama menangis di dalam kamar mandi. Aku sengaja menyalakan air sekeras-kerasnya agar tangisanku tidak terdengar oleh siapapun, termasuk kevin. Aku merasa tak kuasa menahan semua persoalan ini, rasanya aku mau gila.
Tuhan, aku baru tahu kalau selama ini dika menyimpan perasaan padaku. Aku yang terlalu polos atau aku memang terlalu bodoh? Kenapa aku merasa sendiri sementara ada laki-laki yang tulus menunggu dan mencintaiku? Kenapa aku terpaku pada kemalangan yang tiada akhir?
Tuhan, aku tak tahu bagaimana perasaanku kini. Di satu sisi aku merasa bahagia karena akhirnya aku bisa melihat wajahnya yang sejak lama kurindukan, tapi... di sisi lain aku khawatir dengan anggapannya padaku. Dia pasti akan sangat kecewa dan marah pada apa yang kulakukan.
Dika, maafin aku...
Maaf dik...
"Woy benggong aja." Teriak popi dari sampingku.
Tatapan yang awalnya jahil berubah menjadi raut sedih. Ia mendekatiku dan mengenggam tanganku.
"Ka mili kenapa? Maaf ya kak, aku ngagetin kakak?
"Gakpapa kok." Aku berusaha tersenyum walau hatiku masih sangat terluka.
"Kak, kalau kakak ada masalah, cerita aja sama aku. Seenggaknya masalah yang udah kita ceritain ke orang akan membuat masalah itu sedikit terasa ringan." Popi mengenggam tanganku erat sambil tersenyum ke arahku.
"Beneran kok. Gakpapa." Aku membelai punggung tangan popi agar dia lebih yakin dengan apa yang kuucapkan.
"kak mili."
Aku sontak menoleh begitu mendengar namaku, maksudnya namaku saat ini disebut.
Deg!
Deg!
Deg!
Dari arah tangga, terlihat sosok laki-laki yang sangat aku kenal sejak dulu. Laki-laki yang amat sangat berarti di hidupku dulu.. dulu? Mungkin hingga nanti.. Maybe!
"i-iya.."
"Sibuk gak hari ini?" Tanyanya sambil memperbaiki kerah kemejanya yang agak terlipat.
Dia selalu terlihat tampan bahkan hanya dengan kemeja lengan panjang berwarna biru tua dengan stripes berwarna putih yang ditekuk hingga ke lengan.
"Mil"
Dika berhasil membuyarkan lamunanku.
"Emang kenapa?"
"Gue mau cari mila."
"Mi-la." ucapku tertahan.
Dika hanya menjawab dengan anggukan. Setelah itu, aku sudah tak melihatnya lagi karena ia sudah berjalan ke arah garasi untuk menyalakan mobilnya. Popi menatapku binggung.
"Kak mili kenapa sih? Kaya orang linglung."
"Masa sih?" Aku terkekeh garing.
"Sana gih. Nanti kak dika nungguin." Popi mendorong badanku ke arah pintu keluar.
Aku berjalan perlahan-lahan karena aku sungguh merasa takut jika hanya berhadapan dengannya. Aku takut akan menjadi lemah. Aku takut akan menjadi rapuh dan pada akhirnya aku akan menangis.
-tin-tin-
Aku sudah mendengar suara klakson mobil berbunyi. Dika pasti sudah menungguku. Aku mempercepat langkahku walaupun secepatnya langkahku kini sama saja dengan langkah pelanku yang biasanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/63557256-288-k605309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
RomanceKetika cinta datang mendekat, namun dengan jalan yang salah. Apakah ini takdir atau hanya mimpi??? "Nchanbum"