Pagi ini aku bangun dengan kepala yang agak pusing. Aku menoleh ke sebelahku dan disana aku menemukan sosok laki-laki yang sangat aku cintai. Aku memandang wajahnya dengan seksama. Aku merasakan ada yang berbeda dari wajahnya. Ya, wajahnya nampak sedikit tirus dan terlihat lelah.
Kevin pasti sangat capek mengurus pekerjaannya. Apalagi malam ini dia menginap dirumahku. Jarak kantor ke apartemen lebih dekat dibandingkan jarak kantor ke rumahku, tapi dia menyempatkan waktunya yang sedikit untuk menemuiku.
Entah karena kebetulan atau kami sudah memiliki sedikit ikatan bathin sehingga kevin datang disaat yang tepat dimana aku merasa sendiri dan kesepian.
Aku beranjak dari posisiku dan segera berdiri. Aku mencepol rambutku dan berjalan keluar kamar. Aku sengaja tidak membuka tirai kamar agar kevin dapat beristirahat lebih lama. Kebetulan ini hari minggu. Setidaknya aku ingin dia beristirahat dengan nyenyak.
Aku melihat sekelilingku dan sepertinya belum ada yang bangun. Kini mataku terarah ke jam hello kitty yang terpasang didinding. Ternyata masih jam 5 pagi. Pantas saja rumahku masih sepi.
Aku melangkahkan kakiku untuk menuruni tangga. Aku berjalan perlahan menuju dapur. Sesampainya disana ternyata sudah ada si mbok yang sedang membersihkan dapur.
"Pagi mbok." Sapaku.
"Pagi non. Non mili mau apa? Biar si mbok siapin." Si mbok langsung menghentikan pekerjaannya begitu menyadari kehadiranku.
"Gak usah mbok. Aku mau bikin sarapan nih."
"Sarapan? Non mili mau masak?" Tanya si mbok tak percaya.
Aku menganggukan kepalaku dan mulai membuka kulkas. Aku mengambil telur, daging cincang, wortel, bakso, dan keju. Setelah itu aku beralih menuju lemari bahan makanan. Aku mengambil spaghetti dan bumbu spaghetti.
Aku menyadari si mbok yang terpaku menatapku.
"Kenapa mbok?" Aku menghentikan kegiatanku dan menatap si mbok.
"Emang non mili bisa masak?" Si mbok mengucapkan kalimat ini tanpa berkedip. Seperti takjub akan sesuatu.
Deg.
"Ya ampun, mili kan gak bisa masak." Ucapku dakam hati.
"Umm.. dikit kok mbok. Kan mili udah punya suami. Jadi harus bisa melayani suami kan mbok?" Aku menghela nafas lega.
Aku benar-benar hampir kelupaan bahwa aku adalah mili. Untung saja aku bisa memikirkan kalimat yang tepat untuk ngeles dari pertanyaan si mbok.
Aku mengambil bawang bombay, bawang merah, dan cabai rawit. Setelah itu aku mulai mengupas dan mengirisnya.
"Si mbok jadi inget sama non mila. Dia paling suka masak. Si mbok aja kadang belajar masak dari si non." Ucapan si mbok membuatku berhenti mengiris bawang.
Aku teringat kembali pada semua kebodohan dan penipuan yang kulakukan pada seluruh keluargaku dan kevin. Bagaimana jika mereka semua tahu yang sebenarnya? Pasti mereka semua akan sangat membenciku bahkan mereka pasti tidak akan pernah memaafkanku.
Air mata mulai menetes dari kedua sudut mataku. Si mbok yang menyadari air mataku yang menetes langsung memberikanku tisue.
"Sini non. Biar si mbok aja yang motong bawangnya. Nanti mata non perih." Si mbok mengambil pisau yang sedang kupegang kemudian melanjutkan apa yang sedang kukerjakan.
Aku berjalan perlahan lalu duduk di kursi makan dekat dapur. Kuhapus air mata yang tadi sempat menetes. Bukan karena bawang yang kuiris melainkan karena semua perbuatanku.
"Pagi mili."
Aku langsung menoleh ke asal suara yang menyapaku. Aku mengenali suara ini. Suara yang sangat akrab di telingaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
Storie d'amoreKetika cinta datang mendekat, namun dengan jalan yang salah. Apakah ini takdir atau hanya mimpi??? "Nchanbum"