Bola keemasan sebentar lagi tertelan oleh luasnya samudra yang seakan tak berbatas, tak menunjukkan sebuah ujung. Semilir mengiringi lembayung yang menipis, dan sebentar lagi akan digantikan oleh gemerlap bintang yang berkilauan.
Shania membiarkan dua kepangan rambut yang terjuntai didekat telinganya beradu dengan derasnya angin. Kedua tangannya menopang dagu, kedua bola matanya dibiarkan tertutupi oleh sang kelopak mata. Menikmati suasana senja di pinggiran sebuah kapal pesiar yang bisa dibilang lumayan mewah. Beruntung sekali, dan ia bersyukur ia memutuskan untuk ikut. Teman sekelasnya ada yang memiliki perusahaan besar, dan bersedia menyewa sebuah kapal pesiar untuk acara perpisahan SMA kelas mereka.Shania menarik nafas dalam-dalam. Meresapi aroma laut yang sangat disukainya. Tiba-tiba sebuah hembusan nafas hangat menyapa telinganya.
"Boby!" katanya terkejut. Ketika membalikkan badan, ada sosok Boby dengan senyum yang dianggap Shania adalah senyuman termanis sejagat raya.
"Sendirian?" Boby mengambil tempat berdiri di samping Shania.
"Kamu tidak lihat?"
Boby tertawa kecil. Kemudian hanya ada desiran angin yang menyela keheningan mereka.
Shania mengarahkan bola matanya pada Boby. Rambut anak itu, tertiup sesekali. Matanya cuma lurus ke depan, mengkonsentrasikan pada rombongan camar yang berkejaran ditemani ombak. Shania mengagumi orang yang disukainya ini, yang mungkin orang yang paling mendekati kesempurnaan, dengan kulit putih dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, apalagi ditambah dengan mata indah yang terlihat selalu membiaskan cahaya dengan kebeningan yang menambah keindahannya.
Selalu, Shania ingin memilikinya, hanya untuknya seorang.
Tapi, jika Shania berkaca bagaimana dirinya, dia jadi merasa tidak cocok dengan sosok Boby yang begitu dikaguminya. Apa kelebihannya yang bisa membuat Boby tertarik atau cuma sekedar mau menyanjungnya sedikit? Dirinya ini anak yang bodoh, tidak pandai dalam mata pelajaran apapun, tapi Boby cerdas dan bisa dalam hampir semua mata pelajaran. Shania bukan perempuan yang cantik, biasa saja, sedangkan Boby, dengan penampilan setampan itu tentu dapat menarik semua perhatian perempuan manapun.Shania menghembuskan nafas panjangnya. Apa memang benar-benar bisa?
"Shan?"
"Shania?!" suara Boby akhirnya bisa sedikit menyadarkan Shania yang sudah terlarut dalam bayangannya akan Boby.
"E...Ehm... Apa?"
Shania memperhatikan ada sedikit bayangan merah muda yang mewarnai bagian pipi Boby. Memang senada dengan warna senja, tapi Shania bisa menangkapnya.
Jangan-jangan? Tanya Shania dalam hatinya. Jadi teringat adegan di novel-novel remaja yang sering dibacanya. Pernyataan cinta yang romantis dinaungi semburat senja.
Shania menepuk-nepuk pipinya. Berusaha meyakinkan dirinya kalau hal itu sangat tidak mungkin, mustahil untuk gadis sepertinya.
"Aku..." Boby terdengar menahan suaranya.
"Apa?" Shania berusaha sesantai mungkin, meski jantungnya dalam keadaan berbanding terbalik. Penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Boby sampai jadi terbata-bata seperti itu.
"Ikatan rambutmu miring sebelah tuh..." Boby membuang pandangannya dari Shania, kembali pada lautan yang tampak oranye, memantulkan sinar yang mendominasi langit sekarang ini.
Shania terhenyak. Serasa dijatuhi ribuan, ehm, mungkin jutaan batu meteor. Mengapa mengatakan hal itu saja sampai terbata-bata seperti itu?
Mereka larut lagi dalam keheningan. Sampai alam sedikit menunjukkan perubahan. Angin yang kurang bersahabat mulai berhembus, ombak tampak lebih tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
OneShot
Fanfictionya pokoknya ini cuma buat oneshot lah gitu.. hahahah Semua tentang Beby Dan Shania Atau.. Boby Dan juga Shania. Hahaha.