Tak selalu, bukan ?

830 70 11
                                    

Kamu menghapus lagi jejak bolpoinmu pada kertas tersebut dengan satu sapuan correction pen. Lagi-lagi kamu gagal menuliskan apa yang barusan terlintas di otakmu. Terpaksa kamu harus berpikir ulang lagi.

Gurumu kemarin memintamu dan teman-temanmu yang lain untuk membuat sebuah essay tentang satu orang yang paling dikagumi.

Pertama kamu menulis tentang mendiang kakakmu. Tapi sepertinya memori tentang kakakmu-yang telah pergi darimu selama kurang lebih lima tahun lalu itu-telah mengabur dan tersapu oleh beberapa pengalamanmu ketika kamu sendirian.
Kamu memutar otak lagi. Siapa?

Kamu tak banyak memiliki orang yang dikagumi. Hanya kakak, sahabatmu yang begitu tegar itu-Ayana-dan...

Tunggu-haruskah kekasih dimasukkan dalam daftar orang yang dikagumi. Di satu sisi kamu berpikir 'ya'.

Tapi kamu ragu kalau harus menulisnya. Apa kata gurumu nanti? Apa ia akan protes? Galau kemudian membuatmu gelisah. Tugas itu harus diselesaikan hari ini juga, kalau kamu tidak mau terkena hukuman. Lalu?

Kamu berpikir lagi. Menimbang-nimbang antara ya atau tidak, untuk menuliskan kekasihmu, dalam hal yang paling dikagumi.
Pada akhirnya kamu memutuskan untuk 'ya'. Apalagi? Kamu tidak punya pilihan yang lebih baik daripada ini, bukan?

Ya, satu permasalahan sudah berhasil kamu pecahkan. Sekarang, mulailah membongkar habis apapun yang kamu kagumi dari kekasihmu. Pemuda dingin yang terlampau pendiam. Boby Chaesar. Siswa yang baru masuk awal semester kemarin, dan ternyata dia kenalan masa kecilmu yang sempat kamu lupakan.
Lalu, apa yang kamu kagumi dari dia? Apa semua berlalu begitu saja? Kamu bahkan tidak ingat persis bagaimana pertemuan pertama yang lalu. Kepalamu tersendat lagi.

Apa?

Bagaimana menggambarkan dia?

Hari-hari kalian biasa. Yang berbeda hanya satu hal, kalian selalu pulang sekolah berdua, dan selalu meluangkan waktu di kedai es krim. Dia akan diam selama kamu menghabiskan sebatang es krim strawberry, atau beberapa rasa kesukaanmu yang lain.
Selebihnya? Kamu sadar, romansa kalian berdua tidak seindah dongeng atau yang ada pada komik-komik yang sering kamu lihat. Dia, juga sering izin keluar kota karena orang tuanya bekerja di sana, dan memintanya datang untuk urusan yang tidak kamu ketahui.

Sisi menarik dia? Entah, kamu juga belum menemukan itu melayang di otakmu.

Kamu terpaksa beranjak dari bangku itu. Mengambil segelas sirup-yang berembun pada gelasnya. Kamu perlu itu untuk menyegarkan kembali otakmu. Lalu kamu kembali berpikir.

"Boby..."

Kamu bergumam. Siapa tahu, kamu bisa mengungkap sisi lain kekasihmu ketika kamu mengucapkan namanya beberapa kali.

***

Memang, Boby adalah seseorang yang begitu dingin. Sedingin es krim yang selalu meleleh cepat di rongga mulutmu ketika matahari menusuk siang.

Tapi... tak selalu yang dingin itu tidak hangat, bukan? Buktinya, biarpun Boby-mu itu dingin-sangat dingin-tak berarti ia tidak hangat padamu, bukan?

Kamu jadi teringat kemarin. Saat itu hujan turun deras sekali. Terlebih, kamu lupa membawa jaket. Dingin makin membuatmu menggigil akan keadaan. Tapi ia mendekatimu, mengulurkan tangannya untuk kamu genggam.

Dan benar saja. Kamu merasa jauh lebih baik. Hujan tidak lagi membuatmu gentar. Hangatnya tangan kekasihmu bisa membuatmu tidak lagi takut akan dingin.

Dan kamu baru saja mendapatkan satu ide besar. Segera kamu tulis di lembaran pertama buku tugas barumu itu. Paragraf pertama:

"Tidak selalu yang dingin itu benar-benar dingin. Terkadang, mereka bisa menjadi hangat di saat yang dibutuhkan."

OneShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang