My Violet Flower

849 63 17
                                        


Sebelum mulai membaca ada baiknya baca Bismillah dulu agar supaya hati ikhlas. Kalo hati udah ikhlas insya Allah komentarnya juga ikhlas. -Pesan layanan masyarakat ini disampaikan oleh Kementrian Agama setempat.

Hanya fiksi.

***

Angin terdiam dalam bahasanya

Menitikkan hening dalam artian waktu yang sedang berjalan

Langit hanya berisyarat pelan

Menghiburnya yang sedang menikmati detik-detik kebosanan

Awan hanya beriring pelan

Mengantarkan sadarnya tenggelam dalam kantuk

Gadis itu bersantai sambil terkantuk-kantuk di lapangan kesukaannya. Lapangan yang hanya terdiri dari kumpulan rumput kecil dan sebatang pohon besar. Ia senang disini, damai, tenang, plus pemandangan alami yang begitu menyejukkan mata.

Aha, dipikirannya kembali berputar gadis itu dengan senyum manisnya.

Cantik sekali. Ia menyukai gadis itu, meski umurnya baru tiga belas tahun, ia telah menyukai seseorang. Alasannya ia bisa menebak. Gadis itu terlalu banyak memiliki pesona, sehingga matanya tidak bisa menahan untuk tidak terpana.

Walau gadis itu masih seusia dengannya, ia telah memiliki paras cantik yang dapat menyaingi orang dewasa, dengan tatapan polos dari sepasang amethyst yang bertahta di penglihatannya, kulit putihnya yang berona kemerahan, ditambah dengan rambut hitam yang selalu mengayun lucu di setiap langkah ceria hari-harinya.

Nah, adakah yang kurang dari penampilannya?

Sekilas dilihat, dia adalah seorang bidadari kecil yang seakan siap membuatmu terkesiap di setiap kepakan sayap bulu angsanya.
Anak itu tersenyum sendiri, saat memutar memori tentang wajah manis pujaannya.

Tapi, tidak ada makhluk yang sempurna. Begitulah kodrat Tuhan.

Setidaknya pasti ada satu kekurangan yang menyeimbangkan satu kelebihan tadi. Karena Tuhan itu adil, sehingga semua yang diciptakan-Nya pasti juga seimbang satu sama lain.

Shania tidak memiliki apa-apa, selain kakak dan tempat tinggal sederhana -sangat malah, dengan perabot dan harta yang hanya cukup menopang hidup mereka. Tapi itu tak menghalangi rasa cinta yang telah tercipta. Karena cinta bukan berwujud harta, kan? Cinta adalah seberkas perasaan yang abstrak, nyata, dan kadang berubah menjadi sebuah konstanta yang menopang hidup dan semangatmu.

Yah, gadis itu, Shania Junianatha, dialah yang membuat Beby Chaesara, merasakan cinta untuk pertama kalinya.

"Tebak, siapa ini?!" seseorang tiba-tiba menutup mata Beby dari belakang, saat ia terduduk.

"Ah, kamu ini! Siapapun pasti tahu kamu kalau kamu bersuara seperti itu, Shan!" Beby berbalik kesal, pada seseorang di belakangnya.

Shania tertawa kecil. Betapa manis bagi Beby. Peri kecil itu tengah tertawa padanya? Beby tersipu.

"Boleh aku bersamamu disini?" Shania mengambil posisi tepat di samping Beby.

"Bo... Boleh kok..."

"Kenapa kamu jadi gugup seperti itu?"

"Oh, itu... Bukan apa-apa. Eh, tidak apa-apa kamu kesini? Kakakmu bagaimana?"

"Kak Ve? Tadi sudah agak sehat. Kakak membolehkanku keluar, katanya sesekali aku boleh bermain juga."
Beby tersenyum. Takdir yang bagus memang terkadang tak berpihak pada yang membutuhkannya.

OneShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang