04

1.9K 101 0
                                    

 Author POV

Emily bergegas untuk berbaris bersama teman-temannya. Kali ini ia tidak memilih untuk baris paling belakang, karena ia tidak mau dekat dengan Adit yang selalu berada di belakang.

Saat salah seorang guru berpidato serta mengucapkan selamat kepada para siswa/i yang masuk ke SMA Bakti. Emily merasa pusing, kali ini ia tak ingin pingsan di lapangan, karena tak mau tubuhnya di pangku lagi oleh Adit.

Lalu ia berjalan kebelakang, dengan penglihatan yang samar-samar ia dapat melihat sosok Adit di belakang yang tengah memandangnya. Tepat saat ia berada di samping tubuh Adit, tubuh Emily terguncang dan tak bisa menahan keseimbangan, seperti biasa kepalanya berasa tertimpa kenangan-kenangan suram masa lampau.

Dan happp, Adit langsung menangkap tubuh gadis itu dan langsung membawanya ke UKS.
Sambil berjalan Adit mengatakan "astagfirullah, astagfirullah,astagfirullah" sangat pelan sekali.  Mungkin suaranya hanya terdengar oleh dirinya sendiri.'Lagi dzikir bang?'

Saat di lorong sekolah, Adit berjalan dengan cepat sambil melirik gadis yang ada di gendongannya itu.
"Tuh kan, udah gua bilang. Lu tuh harus makan, masih aja pake gengsi segala" Adit berbicara pada gadis itu, seakan-akan gadis itu mendengar perkatannya.

Sesampainya di sana Adit langsung menidurkan Emily di ranjang yang kosong. Tidak hanya Emily, terdapat 2 orang lainnya yang terbaring lemah dalam UKS.

KREEK..

Tiba-tiba pintu UKS terbuka, ternyata Dika temannya Adit masuk
"Dit, lu dipanggil sama ketos ke ruangan" ucap Dika salah satu pembimbing regu Emily juga
"Emangnya ada apaan? Terus upacara penutupan udah selsai?"
"Gatau. Iya upacara udah selesai, cepet sono. Biar gua aja yang nanganin ntu bocah" jawab Dika dengan cengiran khas nya.

15 menit kemudian

Jari jemari mungil gadis itu bergerak, Dika yang berada di samping gadis itupun kaget dan langsung menatap gadis itu dengan wajah yang bingung.

"Ehh" Dengan sedikit jeda, gadis itu meneruskan perkataannya "kenapa gua ada di sini? Terus lu ngapain disini?"

"Lu tadi pingsan kayaknya"

Emily keheranan kok dia bilang 'kayaknya'?
"Loh, kok 'kayaknya' sih? Kan elu yang bawa gua ke sini"

"Bukan gua yang bawa lu ke sini, tapi temen gua si Adit"

Dengan wajah kaget Emily membulatkan mata dan membentuk huruf 'O' pada mulutnya.

"Kenapa lu kaget kayak gitu?"

"Enggak kenapa-napa"
Tiba-tiba handphone Emily bergetar. Tertera nama 'ayah' di id caller-nya.

"Iya halo yah?... iya ini baru mau pulang... iya soalnya tadi aku pingsan jadi agak telat...oh iya tunggu aku ke gerbang sekarang... yaa dahh"

"Udah di jemput ya de?"
'Duh salah persepsi . Kirain yang nungguin gua itu seangkatan. Ternyata kaka kelas' batin Emily dalam hati.

"Iya, gua duluan ya ka. Btw makasih ka udah nungguin" sambil membereskan barang-barangnya ke dalam tas.

Fyi, tadi Adit udah bawain barang-barang Emily sebelum Dika dateng.

"Sip, eh, lu gak akan bilang apa-apa ke Adit gitu?" Ucap Dika sambil memperhatikan gadis yang masih membereskan barang-barangnya itu.

"Oh, cowo itu. Thanks gitu ya, yaudah ka gua udah di tunggu sama bokap di depan. Duluan, byeee" sambil berlari kecil meninggalkan UKS.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Emily melihat sisi demi sisi jalanan. Ya, ternyata ayah-nya berada tepat di sebrang jalan. Ia pun segera menghampiri mobilnya.

"Maaf yah agak lama. Tadi aku silent" kata gadis itu sambil menutup pintu mobilnya

"Oh, terus tadi kamu bilang apa sih? Ada pingsan pingsan? Kamu sakit sayang?"

"Hehe, engga tadi cuman pusing dikit aja, aku lupa gak bawa bekel yah"

"Yeeh kamu" ucap ayahnya sambil mengacak-acak rambut anaknya itu dengan lembut

"Ayaaah" sambil menyunggingkan bibirnya itu. Emily tak suka bila rambutnya dicak-acak seperti itu.

"Oiya, aku baru sadar. Kenapa ayah yang jemput? Kan biasanya Pak Haikal yang jemput aku?" Sambil mengangkat telunjuknya terlihat seperti orang yang baru saja memiliki ide.

"Oh, kemarin ayah dapet kabar dari Pak Haikal kalau kamu tuh kemarin waktu pulang sekolah gak langsung pulang, tapi kamu minta dia anterin kamu ke club. Ngapain kamu kesana?"ucap ayahnya yang terdengar seperti mengintograsi

"Hmm, kem.. kemarin itu carroline ngajak buat meet up gituu. Kan kita udah lama gak ketemu" ucapnya sambil berfikir untuk memberikan alasan yang akan dikeluarkan dari mulutnya itu.

"Ohh yaudah" sambil menancapkan gas
Meskipun dirinya tahu anaknya sering ke club, ia tidak marah. Karena ia sadar bahwa itulah salah satu kesalahannya. Kurang peduli dengan keluarga dan lebih mementingkan pekerjaan.

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang