33

989 43 12
                                    

Pagi ini Emily sangat bersemangat berangkat ke sekolah, begitupun dengan Adit. Kalian juga pasti tau kan?

Hari ini Adit kan menjemput Emily menggunakan motor miliknya. Sesampainya di sana, ia langsung membunyikan klakson motornya yang menandakan bahwa ia sudah sampai di depan rumah Emily.

"Pah, aku berangkat ya. Adit udah di depan," lalu berdiri dari tempat duduknya sambil membawa sepotong roti di atas meja.

"Yaudah, hati hati ya," Emily pun me-nyalimi tangan Rio

Sesampainya di depan gerbang, Emily melihat Adit yang sedang memainkan handphone-nya. "Khem," kode Emily

"Eh, lu udah disini. Tadi gue main handphone, gue itu nge-line elu, takutnya lu lupa kalau gue hari ini jemput lu,"

"Siapa?"

"Gue ga akan jawab, itu pasti lelucon jebakan. Udah cepet naik sini," ucap Adit, sambil membersihkan jok belakangnya. Kedua ujung bibir Emily pun mulai terangkat "gausah ka,"

"Gue kasian sama pembantu lu, dia udah nyuci rok lu terus nanti rok nya kotor gara gara duduk di jok motor gue,"

"Kirain kasian gara gara gue, eeh taunya kasian sama mba anna," ucap Emily ketus, (mba anna : pembantu di rumah Emily)

Adit yang melihat Emily menekuk wajahnya, ia langsung mengeluarkan satu batang coklat dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada Emily

"Kata orang, kalau coklat itu bisa bikin mood orang jadi lebih baik. Nih, Makan ya Mil," lalu menyodorkan coklat tersebut pada Emily

Yang tadinya menekuk wajahnya, sekarang Emily sedang mencubit kedua pipi Adit sambil menariknya ke kanan-ke kiri "iiiiiiiiiiiiiii," katanya

"Swakit mwilwy swayangg," sambil memegang tangan Emily yang berada pada kedua pipinya itu, Adit berharap kalau Emily tidak akan mengerti apa yang dikatakannya barusan.

"Heh, sayang sayang aja," sambil melepaskan tangannya dari pipi Adit yang ternyata meninggalkan bekas merah. Adit yang merasa pipinya mulai panas lalu mengusap kedua pipinya itu.

"Yaudah, gue naik ya," Emily pun naik di jok belakang, lalu Adit menyodorkan helm yang ia bawa pada Emily.

Akhirnya mereka pun sampai di parkiran sekolah, Emily langsung menyodorkan helm pada Adit.

"Yaudah, gue duluan ya ka,"

"Oke, daah. Nanti pulang gue anter ya mil,"

"Mau banget?"

"Hhh.."

Emily yang melihat langsung tersenyum pada Adit.

Sesampainya di kelas, Emily disambut oleh kedua sahabatnya yang tak lain adalah Adika dan Mira, "peje peje, peje peje, peje peje," teriak Adika yang menggunakan buku tulisnya sebagai toa. Lalu Mira hanya memukul mukul meja seakan akan dia adalah pengiring Adika.

"Kaliann, malu malu'in aja ih, bukan temen." Ucap Emily seakan akan menjauh dari kedua sahabatnya

"Biarin aja, biasanya juga elu yg suka malu malu'in," kali ini Mira berbicara "eh btw, suara ketukan meja gue enak ga?"

"Enak ko, kaya kalau anak sekolahan abis nonton bola terus mereka nyanyi nyanyi kemenangan gara gara tim nya menang

Kaya gini ni, le ole oleee, oleee oleee," teriak Adika

"Yaaloh, ampunilah hamba," ucap Emily sambil menyimpan tasnya di sebelah bangku Adika.

Bel pun berbunyi, menandakan kalau pelajaran akan dimulai. Pelajaran pertama yang harus Emily tempuh adalah Matematika.

Setelah 8 jam berada di sekolah, akhirnya selesai juga. Tapi Emily mendapatkan tugas fisika tambahan karena tadi saat ia belajar, ia malah mengobrol dengan Adika yang memperagakan kumis si pengajar.

"Ah elahhh, gara gara lu nih gue jadi kena juga kan," kata Emily sambil terus mengerjakan tugasnya yang berisi 5 soal esai dengan cabang cabang pada setiap nomornya, jadi total soal yang harus ia kerjakan sebanyak 10 soal.

"Yeee gue mah udah selsai dongg, dah ah gue duluan yaa," sambil memasukan barang barang miliknya, Adika menunjukan kertas miliknya pada Emily "eee tunggu, gue pap dulu okeyy," lalu Adika pun berjalan keluar dari kelas "thanks babe," teriak Emily "okeyy,"

Sudah 1 jam Adit menunggu Emily di tempat parkir, tapi ia belum melihat Emily sampai sekarang. Ia yakin kalau teman teman kelasnya sudah keluar, tadi ia melihat Anugerah yang membonceng Mira pulang. Kenapa Emily belum keluar. Lalu ia hendak menyusul ke kelas Emily, belum sempat ia berjalan, ia melihat Adika berjalan dengan Andhika.

"Adika, adika," teriak Adit sambil berlari menuju Adika dan kekasihnya

"Iya ka?"

"Lu liat Emily ga?"

"Ooh tadi dia masih ngerjain tugas di kelasnya,"

"Sama siapa?"

"Sendiri,"

"Sendiri??!?" Ucap Adit panik

"Sama setan Dit," celetuk kembarannya yang tak lain adalah Andhika

Ia tak menghiraukan ucapan Andhika, ia langsung berlari menuju kelas Emily.

"Duuh masih ada 3 soal lagi, hayati lelah," Emily berbicara sendiri sambil terus melihat jawaban yang sudah ia foto sebelumnya dari kertas Adika

"Sekarang jam?.." ucapnya sambil melirik jam yang berada di pojok kanan atas pada handphone nya

"Jam 3 lebih sepuluh??!!"

"Aduuh, gue lupa ngabarin Adit, semoga dia ga ngambek,"

Lalu ia pun langsung membuka icon line dan langsung mencari chat nya bersama Adit, ia kaget karena ada 55 pesan tak terbaca dari Adit karena ia silent .

Adit : mil gue udah di parkiran

Adit : mil

Adit : mil

Adit : yank?

Emily agak kaget dengan apa yang telah Adit kirim, ia hanya bisa senyum senyum sendiri dengan apa yang telah ia lihat.

Lalu ia men-scroll down lagi chat itu, apa saja yang adit katakan sampai berisi 55 pesan yang tak terbaca

Adit : yank?

Adit : yank aus yank aus ale ale, teh botol, mijon mijon

Diluar dugaan, ternyata Adit hanya membuat lelucon tukang cang cimen. Bukannya ia marah pada Adit, ia malah tertawa terbahak bahak.

Adit yang melihat Emily tertawa terbahak bahak sendiri di kelas, ia agak khawatir. Lalu ia masuk kelas Emily

"Mil? Lu gak apa apa kan?" Sambik duduk di bangku depan Emily

"E-eh ka, iya gak apa apa," Emily kaget dengan kedatangan Adit yang tiba tiba.

"Liatin apa sih? Ko sampe ketawa gitu?" Ucap Adit sambil menopang wajahnya dengan satu tangannya lalu sedikit memajukan tubuhnya agar lebih dekat dengan Emily.

Emily merasa canggung, ia langsung memundurkan sedikit tubuhnya "ini, liat chat kita, ngakak aja,"

"Ooh itu, bagus deh,"

"Bagus kenapa?"

"Yaa bagus, gue seneng bisa bikin lu ketawa,"

"Hehe,"

10 menit sudah Adit menemani Emily mengerjakan tugas tambahannya, terdengar kumandang adzan dari luar.

"Udah adzan, shalat yu," sambil memasukan handphonenya ke dalam saku celana

"Tunggu tunggu, 1 soal lagi,"

"Udah, nanti itu bisa di terusin, ayo shalat dulu yuk,  nanti gue yang imam'in,"

'Saalooh, ni cowok minta di kawinin makk,' ucap Emlily dalam hati.

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang