28

771 38 7
                                    

Matahari pagi membangunkan Emily dari tidur cantiknya di samping ranjang Dika. Melihat ke sekelilingnya ruangan Dika berwarna peach terdapat satu sofa, satu televisi, satu nakas seperti ruang rawat biasanya. Dilihat Dika yang telah duduk di ranjangnya, ia sudah cukup kuat untuk membangunkan badannya.

"Udah bangun?" Tanya Dika

"Eeh, iya ka,"

Keadaan terasa canggung sekali pada saat mereka berbicara, Dika tidak banyak bicara dan Emily pun tidak banyak bertanya

"Eh lu udah bangun?" Ucap Adit yang sedang menonton televisi di sofa

"Iya ka," jawab Emily, lalu ia meneruskan ucapannya "ka, orang tua ka Dika udah kesini?" Tanyanya pada Adit

"Belum," jawab Dika tiba tiba

"Hmm, ok. Eeh ka udah makan?" Tanya Emily

"Belum, nunggu lu bangun dulu biar bisa disuapin," Emily yang mendengar ucapan Dika hanya menegangkan kedua alisnya "ada ada aja, yaudah gue suapin,"

"Mana mulutnya?" Tanya Emily sambil menyendok buburnya

"Di bokong gue Mil," ucap Dika sambil terseyum

"Ih,"

"Ya lagian ngapain nanya? Udah tau gue ngomong pake mulut eeh nanyain mulut gue dimana? Gimana sih cantiik," Dika yang sedang sakit masih bisa untuk melontarkan gombalan gombalannya pada Emily -masa kamu engga?

Tak lama dari itu, orang tua Dika pun akhirnya datang dengan wajah mereka yang terlihat panik melihat keadaan anaknya.

Keadaan Dika hari ini mulai membaik, Tetapi tetap saja kalau yang namanya orang tua pasti memiliki rasa cemas. Apalagi seorang ibu.

Lalu Emily dan Adit pun pamit untuk pulang pada orang tua Dika "om, saya sama temen saya izin pulang dulu," ucap Adit sambil me-nyalami tangan orang tua Dika "oh, iya iya. Makasih ya udah mau nungguin dika disini semaleman," ucap Erick a.k.a ayah Dika.

---

Tak terasa liburan tengah semester mereka telah usai. Ini saatnya para pelajar mulai menyiapkan peralatan perang mereka dengan berbagai materi yang akan mereka hadapi.

"Pah, Mily berangkat ya. Oiya hari ini papah ada terapi kaki gak?" Tanya gadis berusia 15 tahun itu.

"Ada, kenapa emangnya?"tanya Rio "terus nanti Mily gak akan dijemput sama pa Haikal dong?" "Iya, ya kamu naik angkutan umum dulu aja untuk hari ini gak apa apa kan?"lalu Emily pun mengangguk setuju tapi dengan sedikit keraguan. Akhirnya Emily pun berangkat sekolah dengan hati yang berat.

Sesampainya di sekolah, ia disambut oleh teman temannya, Mira dan Adika. "Hi Milyyy, gimana tahun baruannya sama si doi?" Tanya Adika sambil merangkul Emily "siapa?" Tanya Emily bingung

"Adit,"

"Andhika,"

Jawab Mira dan Adika secara bersamaan tetapi dengan jawaban yang berbeda

"Apaansih suka ngaco aja," jawab Emily sambil meninggalkan kedua sahabatnya itu "eeh tungguin"

Sesampainya di kelas, Emily langsung duduk di bangkunya yang diikuti Mira dan Adika "ko ninggalin kita sih?!" Ucap Mira sambil duduk dibangkunya yang berada di depan meja Emily, dan Emily yang mendengar hanya memutar bola matanya

"Eh, ngomong ngomong ka Dika kecelakaan" ucap Emily "serius?" Tanya Adika dan Mira panik, dan Emily menganggukan kepalanya "dirawat?" Tanya Mira "iya, kalau waktu kemarin sih di RS deket Pantai Tomini Bay Tapi kata bokap gue sekarang udah dipindahin ke RS Santosa," Adika dan Mira yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya

Karena ini hari pertama mereka sekolah, jadi hari ini tidak ada KBM untuk para siswa. Hanya ada acara upacara bendera dan silaturahmi dengan guru guru. Di sisi lain Adit sedang berlari menuju kelas Emily, dan dari ujung sana Adit dapat melihat Emily sedang berbincang bincang dengan sahabatnya "eh Mil, lu mau gak ikut gue untuk nengok Dika? Katanya keadaannya kritis," Tanya Adit tiba tiba "ay-yo aja," jawab Emily "gue mau ikut juga dong," kata Adika, tiba tiba Andhika berlari dari belakang "yaudah lu sama gue aja," jawab Andhika sambil menunjukan jarinya ke arah Adika 'demi apaaa? Si doi mau bareng gue? Aaaaaaaaaa' teriak Adika di dalam hatinya "yaudah gue sama Anugerah aja," ucap Mira

Mereka pun menuju RS Santosa secara beriringan, Adit dengan Emily menggunakan motor milik Adit, lalu Mira dan Anugerah menggunakan motor milik Anugerah, lalu Adika dan Andhika menggunakan motor milik Andhika. Sesampainya disana mereka langsung berlari menuju ruangan dimana Dika sedang dirawat. Dan mereka dapat melihat kedaan Dika yang sedang ditangan oleh Dokter melalui kaca pintu, Dika terlihat sangat tak berdaya disana 'ya tuhan tolong selamatkanlah dika dari keadaan yang membuat kami tambah khawatir seperti ini. Berikanlah jalan yang terbaik ya tuhan, tapi jika jalan tersebut bukan kehendak darimu. Saya ikhlas' ucap Emily di dalam hatinya sambil menatap ke arah Dika yang sedang ditangani dokter oleh alat kejut jantung

Sayangnya, grafik yang alat kejut jantung tunjukan malah semakin melemah dan berakhir dengan grafik 'garis lurus'

Emily yang melihat hanya menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, air mata tak dapat ia sembunyikan lagi. Bahkan suara isakannya pun sampai terdengar. Adit yang melihat, langsung membawanya ke dalam dekapannya, Emily pun menerimanya dengan baik. Lalu ia memukul-mukul dada Adit dengan tenaga yang sudah terkuras, Adit pun hanya mengelus lembut puncak kepala Emily.

Tak kalah hebohnya dari Emily, Adika dan Mira pun menunjukan reaksi yang sama saat mereka menyaksikan grafik pengejut jantung-nya. Ada yang menengang saat melihat grafik tersebut, dan ada pula yang menjambak rambutnya. Mereka sangat merasa kehilangan. Orang tua Dika pun langsung memasuki ruangan tersebut dan terlihat mereka sedang berdebat dengan dokter tersebut tapi reaksi sang dokter hanya 'menggelenggkan' kepalanya

Tak lama dari itu, ada seorang gadis dengan seragam yang persisi Emily DKK kenakan. Dengan tubuhnya yang semampai, kulit yang putih, ia terlihat cemas sekali dan berlari ke arah Adit "mau ngapain lu kesini? Jangan cari masalah sama Emily. Sekarang keadaannya lagi beda"ucap Adit sambil menjauhkan Emily dari gadis itu "sorry, gue cuman mau minta maaf sama kalian" ucap gadis itu

"Sorry buat apa?"tanya Andhika tiba tiba

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang