Bab 4

5.1K 542 10
                                    

"Only once in your life, i truly believe,

you will find someone who can completely turn your world around."

- Bob Marley -



Pagar rumah mungil itu tertutup rapat, terkunci dari luar sejak siang hari. Setelah hujan lebat reda, yang tersisa hanya tetes air yang menetes dari ruas penutup pagar, tetapi langit di atas masih diselimuti kegelapan pekat. Suasana sore hari di sekitarnya remang-remang. Angin dingin terus bertiup kencang dan udara dinginnya menusuk tulang.

Alex tidak tahu sudah berapa lama ia berjongkok di sana. Tubuhnya menggigil. Seragamnya basah dan menjadi tembus pandang, menempel di setiap lekuk badannya dan membuatnya merasa semakin kedinginan. Tas selempangnya teronggok di dekat kaki. Setengah dari bukunya pasti basah, namun ia tak peduli. Ia menggosok kedua telapak tangan dan meniupkan hawa panas dari mulutnya hanya untuk mendesah lega sesaat. Kehangatan itu belum cukup mengusir rasa dingin yang kian menyelimuti dirinya.

Ini kesekian kalinya Alex kabur dari rumah dan ia tahu hanya rumah mungil ini satu-satunya tujuan yang ia miliki. Hanya rumah sederhana ini yang membuat ia merasa benar-benar berada di 'rumah' yang sesungguhnya. Bukan seperti rumahnya yang besar, luas, dan dipenuhi perabotan mahal, tetapi dingin, seakan-akan tidak ada kehidupan di dalamnya.

"Ya ampun...."

Mendengar suara itu, Alex mendongak dengan mata sayu dan tersenyum. Pipinya basah, bukan karena air mata yang mengalir. Air itu berasal dari air hujan yang menetes dari surai-surai rambut yang basah. "Bibi," sapanya pelan, pada seorang wanita berambut panjang sepunggung yang baru datang.

Sophia Lee menutup payung dan cepat-cepat berjongkok di depan pagar, menangkup wajah Alex, lalu mengambil sapu tangan dari kantung bajunya. Ia menyeka air dari muka laki-laki itu dan bertanya dengan iba, "Sudah berapa lama kau menunggu di sini?"

Alex menggeleng tipis. "Tidak terlalu lama, Bibi."

Sophia menghela kecil, tidak sepenuhnya mempercayai jawaban tersebut. Ia melihat jam tangan dan menghitung berapa banyak waktu yang sudah berlalu. Kemudian, tatapan simpatinya beralih pada Alex yang terlihat rapuh. Ia mendapatkan gambaran yang jelas di dalam kepalanya.

Sophia sudah tahu dan tidak pernah bertanya apa alasan yang membuat Alex kabur dari rumahnya. Namun kali ini, mendapati memar di pipi laki-laki, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan sedih. "Kau baik-baik saja?" tanyanya prihatin.

Bekas kemerahan itu tidak akan hilang dalam satu hari. Sakit, sudah pasti. Dan memikirkan 'apa' juga 'siapa' penyebab memar itu akan lebih menyakitkan lagi.

Alex tampak berpikir sebentar, lalu menggangguk dan memberikan sesimpul senyuman yang dipaksakan.

Ironisnya, Alex seperti sudah terbiasa dengan semua itu. Sophia membawa laki-laki muda itu ke dalam satu pelukan erat. "Setidaknya kau bisa tunggu sampai hujannya lebih reda, kan?" tanyanya lembut.

Kehangatan itu meruntuhkan pertahanan Alex. Ia memejamkan mata saat tangan lembut Sophia membelai rambutnya yang lengket. Berusaha bernapas dengan hidungnya yang tersumbat, ia membalas tanpa pikir panjang, "Lebih baik aku basah kuyup dibandingkan terus dipukuli, Bibi."

Kejujuran Alex membuat Sophia mendesah panjang dan mengusap kepala laki-laki itu lagi. Ia paham betul bagaimana perangai ayah dan ibu Alex. Keluarga Cheung yang perfeksionis dan betul-betul menjaga citra mereka sebagai konglomerat. Mereka mendidik Alex kecil dengan keras. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri selama bekerja sebagai kepala pengurus di rumah mewah itu.

When Love Comes Along [G| Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang