"Loh, kok udah pulang la―"
Ucapan Maryam terhenti ketika Alena melemparkan dirinya ke dalam pelukannya kemudian menangis dengan kencang.
Ya Tuhan.. apa yang terjadi dengan putrinya?
Maryam merasakan bajunya basah, itu berarti Alena sedang menangis dengan dahsyat sekarang.
"Len.. sayang, kamu kenapa?" Tanyanya seraya mengusap pelan punggung Alena.
Kepalanya menggeleng kuat tetapi tangisannya malah terdengar semakin kencang.
"Alena.."
"Mami.. Alena emangnya bisa milih buat jadi yatim piatu?"
Dengan cepat Maryam melepaskan pelukan Alena padanya, ia menatap putrinya dalam-dalam seraya mengusap seluruh air matanya.
"Kamu ini apa-apaan sih, kamu kan anaknya mami. Kamu baper ya nonton sinetron di sana?"
Gurauan Maryam gagal total karena Alena terus menerus menangis di hadapannya.
"Len.. kenapa sayang?" Maryam mengusap kembali air matanya seraya membelai rambut Alena dengan sayang.
"Mom.. Alena berusaha, memberanikan diri dateng kesana, bahkan Alena siapin lima puluh voucher yang Alena kumpulin selama Alena kelola hotel buat temen-temen Lena, tapi kenapa mereka gak ada yang belain Lena?"
Terutama Muda. Alena terlalu berharap bahwa Muda akan membelanya disana. alih-alih membela, Muda justru malah membawa Astrid pergi dari sana.
"Kamu kenapa sayang?" Maryam memastikan sekali lagi. Perasaannya tidak enak, dia tahu pasti ada sesuatu yang terjadi di pesta reuni Alena.
"Astrid.." Suara Alena bergetar.
"Di hadapan semua orang Astrid bilang kalau Lena itu penghancur hubungan orang. Padahal Lena kan gak ancurin hubungan orang mom, Lena selametin Al aja karena dulu juga Al pernah selametin Lena.. Lena cuman gak mau dia dapet wanita yang salah."
Maryam menganggukkan kepalanya, menunggu Alena meneruskan ceritanya.
"Itu pasti Astrid iri sama Lena. Lena tahu kok, hidup Lena kan lebih maju dari dia. Tapi mom.."
Alena menundukkan kepalanya, tangisannya terdengar lagi, jauh lebih memilukan dari sebelumnya.
Maryam mengusap kembali rambut Alena, "Kalau kamu gak kuat, ceritanya nanti saja. mami bisa―"
"Astrid bilang kalau Lena itu yatim piatu sialan! Gak punya orang tua tapi belagak."
Ya Tuhan..
Sudah cukup!
Maryam memeluk kembali putrinya dengan erat sementara Alena menumpahkan seluruh air mata beserta kepedihannya.
Memang siapa yang ingin menjadi yatim piatu? Apa Alena tahu nasibnya akan seperti itu?
Kalau bisa memilih, Alena lebih memilih ia yang mati daripada kedua orangtuanya.
Kalau sudah seperti ini, siapa yang harus dia salahkan? Tuhan? Nasibnya? Hidupnya sendiri?
Atau kelahirannya di dunia ini?
Yang mana yang seharusnya sangat pantas untuk di salahkan?
Maryam menahan air mata yang hendak turun dari matanya. Ia tidak boleh menangis di hadapan Alena..
"Sayang.. dengerin mami. Kamu itu anak mami, kamu anak mami sama papa. Kamu punya orangtua sayaang.. kamu bukan yatim piatu, kamu anak kita. " Maryam melepaskan pelukannya lagi, merangkum wajah Alena dan menatapnya dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Short Journey (3)
RomanceOrang bilang, seseorang yang dilangkahi menikah oleh adiknya akan lama sekali mendapatkan pasangan. Bagi Iskandar Muda, semua itu tidak masalah. Ia akan menikah suatu saat nanti, satu keyakinannya. Iskandar Muda tidak pernah menyangka, ia bisa bert...