"Kamu mau yang mana? Pink atau coklat?" Muda sengaja mengambil posisi di pojok toko, menunjukkan dua flat shoes yang sudah ia pilihkan untuk Alena lewat video call.
Di sebrang sana Alena terkikik, gadis itu terduduk di sofa ruang kerjanya, "Kayaknya mau sendal aja, A. jangan flat shoes."
Muda menelan ludah seraya menutup kedua matanya dalam-dalam. Tadi ia sudah memilih sandal, tapi Alena tak suka modelnya, lalu ia memilih sneakers, Alena tidak suka juga, kemudian ia memilih flat shoes, sebelumnya Alena sudah setuju, tetapi entah mengapa sekarang malah gadis itu ingin sandal lagi.
Bukannya tidak mengajak Alena, Muda sudah mengajaknya tadi untuk membeli sepatu bersama hanya saja di kantornya, Muda tak punya sesuatu yang bisa di pakai oleh Alena. Ada pun, itu adalah sandal kulit yang biasa dipakai oleh bapak-bapak dan Alena jelas tak mau memakainya karena sangat kebesaran di kakinya.
Demi cintanya pada Alena, Muda rela menghabiskan waktu istirahatnya untuk berkeliling mencari sepatu khusus untuk kekasihnya itu. Sabar, cinta memang butuh perjuangan dan pengorbanan.
Bicara soal pengorbanan, sepertinya Muda tak boleh membuat Alena kesal suatu hari. Bisa habis sepatu Alena karena ia lemparkan.
Tetapi ketika melihat wajah Alena saat melemparkan sepatunya, Muda selalu tertawa. Karena ekspresi yang ditunjukkan oleh gadis itu terlalu menggemaskan, meskipun wajahnya terlihat sangat kesal.
"Ya sudah, Aa pilihkan saja. Aa tutup, ya telponnya."
Di sebrang sana Alena mengangguk, "Nah, kenapa nggak dari tadi. Kan Lena emang mau yang sepatunya dipilihin Aa."
Whoooaaaaa!
Wanita memang benar-benar luar biasa berbelit-belit ketika mempunyai keinginan dan maksud tertentu!!
Kalau Alena ingin Muda yang memilihkannya, kenapa tidak dari awal saja ia katakan tidak usah menelponnya dan pilihkan saja sendiri.
Oh, umurnya yang sudah tua ini...
Ya, Tuhan...
******
Alena menatap keseluruhan ruangan Iskandar Muda yang begitu nyaman dan membuatnya betah berada di sini. Di atas mejanya terdapat beberapa fotonya, bersama Icha, kedua orangtuanya, dan fotonya yang sedang sendiri ketika memakai toga. Tampan sekali, Iskandar Muda adalah pria yang paling tampan!
Alena terkikik, memikirkan bahwa mungkin suatu saat fotonya akan di pajang juga di atas meja Muda. Ah, indahnya ketika saat itu tiba.
Kakinya yang polos tak beralaskan sepatu itu kembali melangkah, kali ini menuju jendela. Ia berdiri di sana, menatap pemandangan Kota Bandung yang terhampar luas dengan indah di hadapannya.
Di luar sana, mungkin banyak juga orang yang melakukan hal yang sama dengannya. Berdiri dalam diam, tanpa memikirkan apapun lagi selain tersenyum dan menikmati apa yang ditangkap oleh indra penglihatannya.
"Kaca bisa bolong, Len. Kalau kamu liatin terus."
Alena membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara yang sangat dikenalinya. Ah, rupanya kekasihnya itu sudah kembali.
Ia berjalan dengan cepat, nyaris melompat menuju Muda ketika tiba-tiba saja ia tersandung kakinya sendiri dan akhirnya ia terjatuh tepat di depan Muda.
Pria itu terkejut bukan main, ia mendekati Alena dan segera berjongkok di depannya, "Kamu tidak apa-apa?" tanyanya. Alena mengerucutkan bibirnya, "Aa... malu tahu." Keluhnya. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Short Journey (3)
RomanceOrang bilang, seseorang yang dilangkahi menikah oleh adiknya akan lama sekali mendapatkan pasangan. Bagi Iskandar Muda, semua itu tidak masalah. Ia akan menikah suatu saat nanti, satu keyakinannya. Iskandar Muda tidak pernah menyangka, ia bisa bert...