9 - Inside of Pocket of Your Ripped Jeans

117K 9.6K 935
                                    



Alena menggelengkan kepalanya kuat-kuat begitu lamunannya buyar dan kesadaran kembali membawanya menapaki kenyataan yang sesungguhnya. Haah.. bisa-bisanya! Dari semua khayalan yang bisa ia lamunkan, kenapa ia malah membayangkan mengatakan kata-kata itu pada Muda? Cari mati, huh?

Iya, kalau Muda memberikan sebuah jawaban yang sangat-sangat berkesan untuknya. Kalau seandainya Muda memilih diantara dua pilihan itu? atau seandainya Muda malah tidak menjawabnya? Memang apa yang akan ia lakukan?

Dasar! Wanita selalu seperti ini ya, lelah sendiri dengan pemikirannya.

"Alena." Sentuhan Muda pada lengannya membuat Alena mengalihkan tatapannya untuk melihat Muda, "Kenapa A?"

"Saya panggil-panggil kamu daritadi."

Oh? Benarkah?

"Aduh, maaf.." Kekehnya. "Ada apa A?"

"Kita sudah selesai."

"Oh?"

Kenapa rasanya aneh sekali ya? Muda mengatakan selesai padanya seolah-olah pria itu mengatakan hubungan mereka yang selesai. hubungan? Jangan gila! Mereka bahkan tidak mempunyai hubungan apapun!

"Kamu kenapa?" Muda mengerutkan keningnya, heran dengan sikap Alena yang tiba-tiba saja berubah, gadis itu lebih banyak memasang tampang 'hah-heh-hoh', bukan seperti Alena yang biasanya.

Alena menundukkan kepalanya. ia kenapa? Tidak tahu!

Alena sendiri juga tidak tahu kenapa!

Perasaannya berkecamuk, dan berbagai macam serangan aneh muncul di dalam hatinya.

Sejak dulu ia terbiasa sendiri, mengasingkan diri sampai sejauh ini agar ia bisa membuang seluruh harapannya dan hidup damai dalam kesendiriannya. Tetapi Alena malah bermain-main dan terlena pada situasi baru yang menyenangkan di kota Kelahirannya. Sekarang apa yang harus ia lakukan?

Menatap Muda yang berada di hadapannya, mendadak membuatnya benar-benar ketakutan akan kesendirian. Ia tidak mau sendiri, ia tidak ingin sendiri. tetapi bagaimana? Apa yang akan terjadi nanti kalau Alena menginginkan sebuah kebersamaan dalam hidupnya?

Melanggar prinsip yang di bangun di atas kakinya sendiri sama sekali bukan hal yang baik. Alena tidak suka itu, tetapi dorongan dalam hatinya begitu besar.

Alena kembali menatap Muda yang masih menatapnya datar, apa ia katakan saja ucapan itu pada Muda? Sebelum semuanya terlambat.

Lagipula, Muda juga masih bersama Astrid kan? Alena mendengar sendiri bahwa Muda menyetujui untuk tidak meninggalkan Astrid.

Ah, kenapa perih sekali ya rasanya?

Kalau begini caranya memang Alena harus mengatakan apa yang berada dalam pikirannya.

Ya, Alena yakin ia bisa.

Alena menyentuh lengan Muda, membuat pria tinggi itu menatapnya.

Alena tersenyum, dan berkata, "Aku selalu sendirian sejak dulu a, dan aku juga sudah terbiasa sendiri. aku gak biasa, seperti ini bersama seorang pria karena memang aku gak pernah membiarkan siapapun mendekati aku. dan sekarang Aa pilihlah, Aa jauhin aku atau aku yang pura-pura gak kenal sama Aa?"

Muda merasakan seseorang memukul belakang kepalanya dengan sangat kencang. Apa yang terjadi pada Alena sampai gadis ini mengatakan hal seperti ini padanya?

Apa Alena masih mencintai Mushkin?

Itulah kenapa ia tak pernah membiarkan seorang pria pun untuk mendekatinya. Begitu?

A Short Journey (3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang