18 - All I wanted was to break your walls

112K 8.3K 721
                                    


18 Tahun yang lalu

Satu minggu sebelum kecelakaan

"Cukup mas! Aku minta cerai! Kamu bisa pergi sama perempuan itu dan aku akan bawa Alena bersamaku!" Dewi menatap suaminya dengan tajam, matanya memerah karena menahan tangis yang sejak tadi merota ingin keluar dari pelupuk matanya. Pengkhianatan suaminya sudah menggores sebuah luka besar di dadanya. Ia tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi dengan hidupnya ketika ia berpisah dengan suaminya. Masa bodoh, daripada ia menderita. Lebih baik ia membebaskan dirinya, setidaknya ia mempunyai Alena yang akan membuatnya kuat menjalani hidupnya nanti.

Suaminya―Rico, menatapnya dengan tajam, "Siapa kamu! Berani-beraninya untuk membawa pergi anakku!"

"Alena bukan anak kamu lagi sejak kamu berselingkuh dengan wanita itu!!!" teriak Dewi frustasi. Ia berjongkok seraya menjambak rambutnya kemudian berteriak dengan kencang sementara Rico hanya diam di tempatnya.

"Sampai kapanpun aku nggak akan pernah menceraikan kamu. Tidak!"

"Oh, ya? dan kamu akan menyiksa aku terus-terusan karena kelakuan kamu yang berselingkuh. Mas! Kamu nggak malu? Dulu kamu meminta aku pada Ayahku, sekarang kamu menyakiti aku. Dimana rasa tahu diri kamu mas?"

Rico mengepalkan tangannya dengan erat. Ia menarik Dewi agar berdiri dan menatap wajahnya.

"Siapa kamu berani-beraninya mengajariku hah?!" bentaknya. Air mata kembali jatuh menuruni pipi Dewi. Wanita itu tersenyum miris, "Aku istri kamu... yang mengingatkan kamu kalau jalan yang kamu tempuh salah. Terserah, kamu mau berselingkuh? Silakan! Kamu nggak akan ceraikan aku juga silakan. Tapi jangan harap kamu bisa menyentuh Alena karena mulai detik ini Alena hanya milikku seorang!!!" Jerit Dewi. Ia meronta agar Rico melepaskannya, tetapi cengkraman di tangannya begitu keras sampai-sampai membuatnya meringis kesakitan.

"Tanpa aku, kamu tidak akan memiliki Alena Dewi! Dimana kemanusiaan kamu? Kamu mau memisahkan aku dengan anak aku sendiri?"

Rico lengah, dan dengan cepat Dewi melepaskan dirinya. Ia berjalan menjauhi Rico kemudian berkata, "Lalu dimana kemanusiaan kamu? Tega-tega nya berselingkuh dengan sahabat istrimu sendiri mas. Dimana kemanusiaan kamu ketika kamu melanggar janji yang kamu buat dengan ayahku? Dimana kemanusiaan kamu ketika seorang ayah bersenang-senang dengan wanita lain di luar rumah sementara anaknya sakit menginginkan kehadirannya."

Kemudian Dewi membalikkan tubuhnya untuk masuk ke dalam kamarnya, baru saja satu langkah ia berjalan... langkahnya berhenti karena Alena berdiri mematung masih dengan seragam sekolahnya dan memeluk erat sebuah kertas ulangan yang bernilai seratus. Anak itu terlihat gemetar ketakutan, dan ketika Dewi meraihnya, Alena menangis dengan kencang seraya memeluk erat ibunya dan menatap ayahnya dengan ketakutan.

******

Tiga hari sebelum kecelakaan

"Bunda! Lihat! Lena dapet nilai seratus lagi!" Alena meloncat-loncat seraya menunjukkan kertas ulangannya yang lagi-lagi mendapatkan nilai seratus.

Dewi tersenyum bahagia, ia mendekati Alena dan memeluknya dengan hangat, "Anak mama memang pintar! Yeay! Anak siapa ini sayang?"

"Lena anak Ibu Dewiii...sama Bapak Rico!" Sahut Alena. Dewi tersenyum tipis, ia dapat mendengar suara cabikan dalam hatinya sendiri ketika Alena dengan bahagianya menyebutkan nama ayahnya. Kalau ia berpisah dengan Rico, bagaimana nasib Alena nanti? Mati-matian Dewi menahan air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya. Ia memaksakan senyumnya dan memeluk Alena dengan erat.

A Short Journey (3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang