0.8 - Feel Weird and Familiar

264 22 2
                                    

"Udah, Far, sampe sini aja!"

Farrel menginjak rel setelah suara Keiza terdengar. Mata Farrel berpendar menyisir sekitar, jalanan yang lumayan sepi itu hanya sekali atau dua kali saja dilalui pengendara sepeda motor atau mobil, selebihnya lengang.

"Kenapa?" tanya Farrel heran.

Keiza memakai tasnya di sebelah bahu, kemudian merapatkan mantel yang ia kenakan untuk menutupi kaos berlogo cafe tempat ia bekerja. Sebelah tangan Keiza membuka pintu, "Nggak kenapa-kenapa, aneh aja, masa gue pegawai berangkatnya malah pake mobil bagus. Ya udah, gue turun ya, Far!"setelah melempar senyum manisnya Keiza menutup pintu dan berjalan pergi.

Farrel sendiri tidak melajukan mobilnya, sibuk mengawasi Keiza yang mulai berjalan menjauh dari dalam mobil. Setelah Keiza hilang dari pandangan, Farrel barulah menjalankan mobilnya kembali.

---

Hari ini Keiza mengambil shift pagi hingga siang. Berhubung hari ini adalah akhir pekan, Keiza sengaja mengambil yang pagi supaya ia bisa beristirahat pada malamnya, terutama besok ia akan menjalani ulangan kenaikan menuju semester lima. Jadi ia harus belajar nanti malam.

"Selamat datang di Choco Cafe. Ingin pesan apa?" tanya Keiza ramah pada salah satu pelanggan yang datang. Ia memasang senyum manisnya sambil menyiapkan pena dan kertas kecil.

Pelanggan itu tersenyum tipis kemudian membuka kacamata yang ia kenakan. "Hei, Kei," sapanya ramah.

Keiza yang memang tidak terlalu mengamati wajah pelanggan itu menaikan kedua alisnya seraya mendongak saat suara tak asing masuk ke dalam indra pendengarannya. "Wah, Dokter Dane?" sapanya ceria.

Dane tersenyum manis. "Kamu sekarang bekerja di sini?" tanyanya.

Keiza mengangguk. "Iya. Dokter mau pesan apa?" tanyanya sambil mengangkat penanya.

Dane tertawa. "Karena ini di luar rumah sakit, jangan panggil saya dengan sebutan Dokter, di sini saya sama saja dengan yang lain, seorang pelanggan. Jadi panggil saya Dane saja ya, Kei." Katanya tak menghilangkan kesan tegasnya.

Keiza mengacungkan ibu jarinya. "Oke, Dok—eh, maksudnya Dan. Jadi mau pesan apa?"

Dane melirik daftar menu yang dipajang di dinding. Kemudian menatap Keiza lagi. "Tadi Gigi yang minta buat dibeliin milkshake green tea sebelum saya berangkat kerja. Jadi ... mm, milkshake green tea nya dua, sama cupcake nya satu."

Keiza menuliskan pesanan Dane pada kertas kecil yang ia pegang. "Ini aja?" tanyanya masih dengan senyum lebar. Saat melihat Dane mengangguk, Keiza langsung memutar tubuhnya dan menjulurkan tangannya pada lubang kecil tanpa kaca yang mengarahkan langsung bagian kasir dengan dapur. Ia menekan bel dua kali sebelum kembali berbalik menatap Dane. "Oh iya. Gigi apa kabar?" tanyanya.

Dane mengangguk. "Masih susah diatur, kayak biasanya." Ia berjalan menuju meja dekat mini bar dan duduk di atasnya.

Keiza mengangguk-angguk.

Keadaan yang masih sangat pagi membuat cafe belum seramai biasanya. Kalau akhir pekan seperti ini biasanya cafe benar-benar akan sangat ramai saat sudah menjelang malam.

Keiza berdiri di depan meja kasir, menghitung uang-uang yang ada di dalam mesin untuk memastikan bahwa seluruh jumlahnya tidak ada yang kurang. Kegiatannya langsung terhenti saat pertanyaan Dane terdengar, "Gimana keadaan Mama kamu setelah kejadian satu tahun yang lalu?"

Keiza menyimpan uang-uang itu kembali pada tempatnya, kemudian menguncinya dan menoleh pada Dane. Senyum kecilnya terukir sedikit dipaksakan saat hendak menjawab, "Mama masih depresi. Tapi kata Papa udah agak baikan sebulan terakhir setelah dipindahin ke Surabaya."

Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang