0.1 - Farrelo Gibran Revaldi

930 39 6
                                    

"Kita putus,"

Kata itu terlontar begitu saja dari mulut perempuan di hadapan Fausta. Senyuman lebar yang terukir di wajah tampannya seketika pudar perlahan dan makin lama lenyap, "Putus?" ulangnya lagi sambil memastikan bahwa apa yang ia dengar salah.

Alika, nama perempuan itu, hanya mengangguk.

"Lo nggak lagi April Mop-in gue 'kan?" selidik Fausta, diputusin pas lagi April Mop itu bener-bener aneh buat seorang Fausta. Apalagi, tepat di hari ini juga, anniversary jadian mereka yang ke satu tahun.

Alika tertawa pelan. "Maunya sih gitu, tapi, yang ini beneran." Katanya sambil menunduk, lalu tak lama Alika kembali mengangkat wajahnya. "Maafin gue, kejutan yang gue bilang tadi itu kayak gini. Tapi mau gimana lagi, gue harus pindah ke Inggris besok."

"Pindah? Lo mau pindah? Kenapa lo nggak pernah bilang ke gue?"

"Mama baru ngasih tau gue minggu kemarin, Fa." Mata Alika mulai berkaca-kaca, "Gue bakal kuliah di sana,"

---

"Ayam lo, kalah mulu daritadi."

Fausta melirik malas Farrel, saudara kembarnya yang sangat menyebalkan. Dan jika bukan karena kenyataan yang tertulis di akta kelahiran, Fausta sangat malas mengakui kenyataan bahwa dirinya memiliki kembaran dan juga wajah mereka yang sangat serupa.

Setidaknya bukan dengan sosok cowok menyebalkan dan tengil di sebelahnya.

"Kalo nggak lagi galau, udah kalah lo dari kemaren sama gue." Sahut Fausta sambil meletakan stick PS yang selama dua jam terakhir menemaninya.

"Hah?" Farrel menoleh dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat, lalu tertawa mengejek, "Abis putus lo sama Afika?"

"Alika." Koreksi Fausta malas.

"Udah ganti nama dia?"

"Nggak ganti nama, lo aja yang bego, nggak bisa bedain huruf 'L' sama 'F', makanya belajar lo sono, jangan malu-maluin gue sebagai kembaran lo. Salah dikit bisa-bisa yang dianggap bego gue,"

Farrel ikut-ikutan meletakan stick nya. Lalu mematikan play station. "Lagian, apa cantiknya sih Alika? Menang putih sama mancung doang," cibir Farrel.

"Dia imut, manis, cantik, baik, pin—"

"Tiba-tiba kuping gue panas lo nyebutin kelebihannya dia. Yaudah, gue ada banyak lagu galau, mau minta nggak? Kali aja ntar malem lo bakal dengerin terus nangis kejer gara-gara flashback kenangan-kenangan terindah lo bareng, Afrika."

"Tadi Afika, sekarang Afrika, demen banget sih lo ganti-ganti nama orang," cibir Fausta.

"Mau gimana lagi, bakat gue cuma itu,"

"Bego!" Fausta menoyor kepala Farrel kuat-kuat. "Kembaran lo yang kece ini lagi galau, lo harusnya bantuin gue biar nggak galau lagi. Kembaran macem apa lo ini?"

"Tadi 'kan gue udah nawarin lagu galau, karna menurut gue, lo pasti bakal butuh lagu-lagu galau koleksi gue."

"Itu nggak ngebantu sama sekali. Yang ada, nanti gue tambah kepikiran sama dia. Dasar kembaran durhaka,"

"Terus gue harus gimana? Ditolongin salah, enggak ditolongin salah juga. Serba salah gue, lama-lama gue duet sama Raisa juga nih." Farrel pindah keatas tempat tidurnya lalu menyambar ponsel Fausta.

"Oke, gue harus move on!" lalu Fausta menarik nafas panjang dan menghembuskan nya cepat.

“Kenapa nggak sama Avari aja, sih, lo?”

Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang