0.9 - Invitation

249 18 0
                                        

Keiza menghela nafasnya saat melihat punggung Fausta sudah tidak terlihat dari pandangannya, cowok itu baru saja masuk ke dalam mobilnya. Mobil Fausta langsung berjalan pergi tak lama kemudian. Keiza mengelus-elus dadanya, merasa bersyukur Fausta tidak mengetahui kalau ia adalah pegawai di cafe ini.

Sudah cukup, Farrel saja yang tahu. Fausta jangan sampai tahu juga.

Tadi, Keiza sempat merasa panik saat pesan LINE Fausta masuk ke dalam notifikasi ponselnya. Ia pikir cowok itu sudah tahu kalau yang ada di balik meja bar itu adalah dirinya. Ternyata Fausta hanya menanyakan Farrel.

Belum sempat Keiza melepas seluruh aksesoris aneh yang melekat pada tubuhnya, sebuah mobil hitam masuk ke dalam pekarangan cafe. Setelah mobil itu terparkir, Keiza hendak melepas masker dan kacamata hitam yang ia pakai, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat Nathan turun dari mobil bagian pengemudi. Nathan terlihat memutari mobil dan membukakan pintu di sisi lainnya.

Dan wajah Bella langsung terlihat.

Keiza mendecak kesal, satu masalah selesai, masalah lain datang lagi.

Untung saja, Avari tidak sedang berada di sini. Kalau Avari melihat itu, ia yakin Avari akan sakit hati.

Suara lonceng yang memang dipasang di atas pintu terdengar saat Nathan dan Bella masuk ke dalam cafe dengan tangan yang bergandengan. Keiza berdeham pelan, mencoba membuat suara palsunya lebih terdengar meyakinkan.

"Selamat datang di Choco Cafe," sapa Keiza ramah, dengan suara palsu yang sama yang ia gunakan ketika Fausta datang. Sejenak Bella dan Nathan berdiri dengan wajah bingung saat melihat Keiza dengan pakaian anehnya. "Ingin pesan apa?" tanya Keiza, sebelah tangannya sudah siap memegang note kecil dan juga pena.

Nathan berdeham, lalu mengamati Keiza. "Latte macchiato nya satu, hot strawberry chocolate nya satu, sama beef steak nya dua." Ucapnya.

Keiza menuliskan pesanan yang dipesan oleh Nathan, kemudian memutar tubuhnya untuk memberikan note tersebut kepada seorang chef di dapur umum melalui jendela kecil. Setelahnya Keiza kembali berbalik, ia tersenyum pada Nathan dan Bella. Seketika ia teringat kalau ia tengah mengenakan masker, jadi senyum yang ia pasang tidak akan terlihat.

"Pesanannya bisa ditunggu sambil duduk," Keiza menunjuk ke arah kursi, kemudian Nathan dan Bella langsung duduk di tempat yang ia tunjuk. Lagi, Keiza menghembuskan nafasnya.

Mata Keiza memincing, mengamati Nathan dan Bella dari posisinya, batinnya bertanya-tanya dengan heran, apa yang dilakukan Nathan dan Bella di sini. Oke, kalau pertanyaan itu mungkin sedikit konyol karena siapa saja bebas datang ke cafe ini, tetapi dalam waktu sepagi ini?

Nathan meliriknya sedikit, mungkin merasa diperhatikan. Keiza langsung menganggukan kepalanya dan menunduk, ia benci mengakui ini tetapi ia baru saja mencampuri urusan orang lain. Keiza benci mencampuri urusan orang dan benci dicampuri urusannya oleh orang lain. Tiba-tiba pandangannya beralih pada seorang pegawai lain yang muncul dari balik pintu dapur seraya membawakan pesanan yang sebelumnya dipesan oleh Nathan.

Menyadari kalau rekannya itu akan mengantar makanan pada Nathan, Keiza langsung berjalan cepat menghampirinya. "Ehm, biar gue aja yang nganterin makanannya," ucap Keiza, setengah berbisik.

Marco, rekan Keiza itu menatap Keiza dengan kening mengernyit bingung. "Lo ngapain pakai pakaian aneh gitu, Kei?" tanya Marco, ikut berbisik.

Keiza menggeleng, tidak menunjukan ekspresi apapun karena ia sadar kalaupun ia menunjukan ekspresi itu hanya akan sia-sia saja, Marco tidak bisa melihatnya karena masker dan kacamata yang menutupi wajahnya. "Nanti gue jelasin," bisik Keiza, tangannya berusaha mengambil nampan yang dipegang Marco, "Sini gue aja yang anter, lo balik ke dapur." Katanya lagi, lalu meninggalkan Marco menuju meja tempat Nathan duduk.

Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang