"Hah, akhirnya sampe rumah juga,"
Avari menghembuskan nafasnya ketika melihat pagar rumahnya semakin dekat. Lalu ia menatap Farrel di sebelahnya yang tengah menyetir seraya menggerak-gerakan kepalanya mengikuti irama lagu yang diputar di radio.
"Makasih, Rel, udah nganterin gue pulang," Avari memasang cengiran lebarnya pada Farrel. "Padahal gue pikir lo bakal nurunin gue tadi,"
"Habis lo selalu meragukan kemampuan gue," Farrel memajukan bibir bawahnya, lalu kemudian tersenyum menampakan lesung pipinya.
Avari membuka pintu mobil, lalu ia menurunkan kaki kirinya, namun sebelum kaki kanannya ikut turun, ia berbalik menatap Farrel. "Inget, ya, lo editnya jangan yang aneh-aneh!"
Farrel langsung menegakan tubuhnya dan memberi hormatnya pada Avari. "Siap, Bu Ketua!"
"Lo harus bisa ngepasin potongan-potongan adegannya,"
"Siap, Bu Ketua!" ucapnya masih dengan posisi yang sama.
"Lo juga harus tau bagian mana-mana aja yang harus dibuang."
"Iya, Bu Ketua."
"Jangan lupa kasih lagu yang cocok juga sama adegannya,"
"Oke, Bu Ketua,"
"Oh ya—"
"Loh Vari kok Farrelnya nggak disuruh masuk dulu?" suara wanita paruh baya terdengar usai suara pagar yang terbuka.
Farrel dan Avari bersamaan menoleh ke arah asal suara. Ternyata Meta, ibu Avari, baru saja keluar karena mendengar suara mobil milik Farrel.
"Nggak usah, Ma. Katanya Farrel mau langsung pulang aja, dia bilang dia mau ngajarin kucing tetangganya ngaji." ucap Avari tanpa memandang Meta, justru ia dan Farrel beradu mata. Maksudnya, Farrel tidak setuju akan alasan yang Avari katakan. Sangat tidak masuk akal. Ralat, memang tidak masuk akal.
Meta, ibu dari Avari itu mengerutkan keningnya menatap Avari, tidak mengerti. Lalu ia tersenyum kala bertatap wajah dengan Farrel. "Ayo, ayo, Rel, masuk aja dulu." ucap Meta ramah, mengabaikan ucapan Avari tentang Farrel yang akan mengajarkan kucing tetangganya mengaji.
Farrel mengangguk sekali. "Nggak usah, Tante. Farrel mau langsung pulang aja, udah sore." ucapnya sedikit senang. Karena berkat kemunculan Meta, ia tak perlu mendengar saran-saran mengenai video yang baru mereka buat dari Avari, yang menurut Farrel lebih seperti pemaksaan.
Avari turun dari dalam mobil dan menutup pintunya, sedikit membanting. Sebelum menancap gasnya, Farrel menurunkan kaca jendela mobil dan pamit pada Meta. Sedang Avari menatapnya dengan tangan berlipat di atas dada dan mulut yang mengucapkan kata "Dasar pencitraan!" tanpa suara.
Farrel mengangguk tanda sopan santun pada Meta dan saat menggeser pandangannya pada Avari ia tersenyum miring dan menaik turunkan kedua alisnya berulang-ulang. "Gue balik, Var!" ucapnya.
Avari membuka mulutnya hendak membalas ucapan Farrel, namun dengan disengaja cowok itu langsung menaikan kaca jendelanya.
Farrel tertawa pelan melihat reaksi Avari yang menautkan alisnya kesal. Lalu saat mobilnya mulai jalan perlahan, tangan Avari yang berlipat di dada terangkat satu dan melambaikannya.
Farrel tersenyum tipis melihat itu.
Sebelah tangan Farrel yang bebas menggapai ponsel cowok itu yang diletakannya di atas dashboard mobilnya. Lalu mengetikan sebuah pesan singkat pada Avari,
Farrel: Jangankan ngaji, Var, nanti kucing tetangga gue sekalian gue ajarin sholat biar dia jadi kucing yang sholehah.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream
Teen FictionIni semua tentang kisah Farrel dan Fausta, si kembar identik yang populer dan tajir pesona. Farrel, cowok tampan dengan hobi fotografi itu memang sangat mengagumkan, namun sikapnya yang selengean dan tengil membuat gadis incarannya selalu kesal saat...