"Main tebak-tebakan, yuk, Kei," celetuk Farrel tiba-tiba saat dirinya dan Keiza berjalan bersama menuju lapangan basket tempat pertandingan basket akan dilakukan.
Keiza menoleh dengan kening berkerut, namun tak urung ia pun mengangguk lalu tersenyum, "Ayok. Taruhan, yuk." Ucapnya tiba-tiba sambil mengangkat kedua alisnya bersamaan dengan senyum miring.
Farrel tampak berfikir sebentar sebelum menyetujuinya, "Kalo nggak bisa nebak besok jajanin pas di sekolah? Gimana? Deal?" Farrel mengulurkan tangan kanannya sambil tersenyum miring.
Keiza langsung mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Farrel dengan semangat, "Oke. Siapa takut?" ucapnya.
"Yang mulai siapa dulu, nih?"
"Gue!" ucap Keiza dengan semangatnya.
"Enggak boleh gitu. Suit dulu, lah. Suit Jepang tiga kali, yang menang ngasih tebak-tebakan duluan." Farrel member saran sambil menggeleng tidak setuju.
Keiza mencibir sambil merapatkan mantel yang ia pakai, "Nggak usah nanya kalo gitu, Far."
Farrel hanya tertawa sambil mengangkat tangan kanannya ke atas, bersiap untuk suit. Keiza ikut melakukan apa yang Farrel lakukan. "Satu, kosong!" kata Farrel senang saat suit pertama ia yang memenangkannya.
Keiza melihat jari mereka. Jari-jarinya yang menunjukan angka lima—kalau dalam suit itu artinya kertas—dan jari Farrel yang mengepal atau dalam suit artinya batu.
Keiza mengernyit sesaat, matanya bergantian mengamati tangan mereka dan wajah Farrel beserta sorakan penuh kebahagiaan yang terlontar dari bibir cowok itu, "Ehm, sejak kapan batu lawan kertas menang batu?"
Mulut Farrel langsung terkatup rapat, ia lalu melihat tangannya sendiri lalu tangan Keiza, kemudian kembali menatap wajah Keiza yang dengan angkuhnya mengangkat sebelah alis. "Eh? Bukannya batu sama kertas emang menang batu?"
"Sejak kapan?"
"Emang sekarang udah berubah, ya?" tangan kiri Farrel yang bebas mengusap rambut belakangnya yang tak gatal, "Perasaan sejak gue kecil batu lawan kertas menangan batu. Batu kan kuat, kaya gue."
Mata Keiza mendelik tidak terima, "Maksud lo apa? Gue lemah kaya kertas? Gitu?!"
Farrel menggeleng cepat, "Eng.. gue ngga bilang gitu, lo sendiri yang bilang,"
"Tapi maksud lo kaya gitu, kan?"
"Em.. gini deh, dulu bokap gue pernah bilang sama gue, kalo kita ngeliat apapun jangan dari luar. Jangan dari kekurangan melainkan dari kelebihannya. Kertas emang lemah, tapi manfaatnya banyak. Kalo nggak ada kertas, lo nggak bakal bisa belajar, terus lo bego, gimana hayo?"
Keiza langsung menjitak kepala Farrel seketika itu juga, "Kenapa lo jadi ceramahin gue, sih? Pake acara ngatain gue bego lagi!"
Farrel meringis sambil mengusap bekas jitakan Keiza di kepalanya, "Duh.. galak banget, sih, jadi cewek. Itu, 'kan, perumpamaan doang! Nggak pernah belajar Bahasa Indonesia, ya?"
Tangan Keiza kembali terangkat untuk menjitak Farrel, namun seketika tangannya ditahan oleh seseorang dari sampingnya hingga tangannya menggantung di udara.
"Eh, eh, anak pembantu gue mau di apain, nih?"
Keiza langsung menoleh begitu suara seseorang yang tak asing masuk ke telinganya, "Anak pembantu lo tuh, bikin kesel gue!" decak Keiza sambil menunjuk wajah Farrel.
Farrel mendecak tidak terima, "Eh, apa-apaan, nih? Siapa yang lo pada bilang anak pembantu?"
"ELO!!" Keiza dan cowok di sebelahnya yang tak lain adalah Fausta menunjuk Farrel secara bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream
Genç KurguIni semua tentang kisah Farrel dan Fausta, si kembar identik yang populer dan tajir pesona. Farrel, cowok tampan dengan hobi fotografi itu memang sangat mengagumkan, namun sikapnya yang selengean dan tengil membuat gadis incarannya selalu kesal saat...