Chapter 2

1.2K 142 53
                                    

Tok..tok..tok..tok..

Ketukan pintu yang nyaring membangunkan Aluna dari tidur cantiknya. Ia terduduk sejenak, kemudian berjalan kearah pintu kamarnya untuk melihat siapa gerangan orang yang mengetuk pintunya dengan tidak sabaran.

Ia membuka pintu kamarnya, terlihat Iqbal dengan gestur tangan ingin mengetuk pintu. Aluna menatapnya garang, yang ditatap hanya tersenyum cengengesan.

Lalu dengan enaknya Iqbal menjambak rambut Aluna yang panjang, membuat Aluna meringis kesakitan, "shh--sakit geblek!"

Iqbal berniat berlari, namun dengan cepat Aluna menyambar kerah belakang seragam Iqbal.
Membuat Iqbal terhuyung kebelakang dan terjatuh.

Semula Iqbal tersenyum, namun senyuman tersebut terganti oleh isak tangis yang menggelegar.

Aluna berniat membantu Iqbal, namun ia ingat Iqbal lah yang menyebabkan semua ini terjadi. Aluna pun mengejek Iqbal dengan kata Mampus, membuat tangis Iqbal bertambah kencang.

Suara langkah kaki terburu-buru terdengar dari arah belakang Aluna. Aluna menengok, terlihat Bunda tengah kerepotan.

Ia menggendong Ghea di pinggang kirinya dengan tangan kanannya. Sementara di tangan kirinya terdapat spatula yang masih berminyak. Juga celemek yang masih menggantung di tubuhnya.

"Aluna!! Kenapa kamu nangisin adek kamu?!" Tanya Bunda tidak santai, Aluna menggeleng sebentar.
"Loh kok aku sih bun? Aku aja gak ngapa-ngapain dia." Kata Aluna berdusta.

Bunda menurunkan Ghea dengan perlahan dari gendongannya. Ia menghampiri Aluna, kemudian menjewer telinga anak keduanya.

"Halah, Bunda liat kok. Kakak narik--" belum selesai Bunda memarahi Aluna, Iqbal justru menyela ucapan Bunda.
"Iya Bun! Kak Na tadi narik kerah Babal." Selanya, dengan suara menahan tangis.

"Kamu diem! Bunda tuh lagi marahin Kakak kamu! Sana ajak Ghea main." Bentak Bunda, membuat tangis Iqbal yang sudah mereda bertambah kencang. Iqbal berdiri dan mengajak Ghea pergi. Namun Ghea sepertinya masih ingin melihat si Bunda marah-marah.

Ghea pun menarik-narik kecil daster batik yang dipakai Bunda.
"Apa! Sana gih sama abang kamu! Bunda pusing punya anak banyak banget." Kata Bunda dengan satu tangannya masih berada di telinga Aluna. Sementara Ghea pergi bersama Iqbal dalam keadaan sama-sama menangis.

"Hai!" Sapa Rio gembira, namun tidak ada yang membalas sapaannya tersebut. "Kok pada gak jawab sapaan aku sih? Loh kok pada nangis? Bunda marahin lagi yaa?" Tanya Rio bertubi-tubi.

"Kamu lagi! Mau ngapain kesini pagi -pagi? Sana kamu pergi!" Usir Bunda.
"Astaga Bun, anak sendiri diusir. Yo kan lagi kangen, lagian Yo kesini juga mau nganterin Aluna sama Iqbal ke sekolah." Kata Rio.

"Ini kenapa sih kok pagi-pagi udah berisik? Ini juga Aluna kenapa belum mandi? Ini udah jam 6 kurang 15 menit." Tanya Ayah yang muncul tiba-tiba dengan pakaian yang sudah rapih.

"Astaga! Ayah kenapa gak ngasih tau Bunda sih? Kompor jugaa! Belum Bunda matiin!" Teriak Bunda

"Kompor udah ayah matiin bun, makanya bunda jangan teledor gitu dong."
"Yaudah Lun lo ngapa masih disitu? Mandi gih! Telat nih kita." Kata Rio sambil mendorong Aluna yang masih terdiam ke arah kamarnya.

========

Sesuai perkiraan, hari ini Aluna datang terlambat sekolah. Ia baru saja sampai disekolah 5 menit yang lalu, tepatnya jam 07.20. Sekarang Aluna dan Rio, beserta murid-murid yang terlambat masuk digiring oleh guru BP untuk menuju ke lapangan.

Mereka dijemur dalam kondisi tangan berada di pelipis kearah bendera merah putih yang ada di depan mereka. Tanpa Aluna sadari ternyata Haidar masuk dalam daftar anak yang terlambat masuk hari ini dan ia tengah berada disamping kirinya.

Aluna sesekali melirik kakak kelasnya itu, baru kali ini Aluna sadar kalau Haidar itu tampan. Haidar yang sadar dilirik oleh Aluna pun bertanya, "ngapain lo ngelirik-lirik gue? Suka?" Tanya Haidar, Aluna tidak menjawab.

Ia melirik kesebelah kanannya--Rio-- ia teringat kalau ada yang ingin ia katakan pada sang kakak.
"Kak! Nanti gue ke apartmen lo ya." Izin Aluna dengan berbisik, dijawab anggukan oleh Rio.

Aluna pun kembali melihat kesebelah kirinya, ia melihat Haidar yang sepertinya tertarik dengan percakapannya bersama Rio.

"Ngapain lo? Pengen nguping ya?" Tanya Aluna dengan nada jailnya.
"Eh, gue kalo mau nguping milih-milih ya. Gak bakal gue ngupingin lo!" Cetus Haidar, membuat Rio melirik kearahnya.

"Dar, kalo ngomong jangan nyelekit apa kasian adek gu--" Aluna melotot, ia langsung mencubit Rio.
"Adek gue?" Ulang Haidar, membuat Rio gelagapan.
"Ma-maksud gue, adek kelas kita." Koreksi Rio, Haidar pun terdiam sejenak. Lalu berkata, "lagian dia cari masalah sama gue!"

"Awas ya lo! Inget anceman gue yang kemaren!" Lanjut Haidar.

"Awas ya lo! Inget anceman gue yang kemaren!" Lanjut Haidar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TbcYeaay, chap 2 is up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc
Yeaay, chap 2 is up.

Dipublish pada
Sabtu,12 maret 2016
Salam Ayu

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang