Vote and Comment please 😚
°•○●○•°
LINGLUNG. Perkataan Rio tadi berdampak besar bagi Aluna. Seperti kali ini, saking linglungnya, Aluna tanpa sadar masuk ke kamar abangnya.
"Ini ... kamar siapa? Kok Luna ada di sini?" Tanya Aluna yang masih diliputi kelinglungan. Menyadari dirinya salah masuk kamar, Aluna pun berjalan keluar kamar dan memasuki kamar yang berada di sebelah ruangan tadi.
"Loh? Ini kan bukan kamar Aluna! Trus ini gue lagi dimana?" Tanyanya frustasi, ia mengacak-acak rambutnya sebal. Aluna kembali keluar dari kamar tersebut dan berjalan menuju kamar yang ada di sebelah. Dengan buru-buru Aluna memegang knop pintu dan menariknya.
"Iih kok gak bisa di buka sih? Ini kenapa pintunya?" Gumam Aluna, kemudian ia kembali berusaha membuka pintunya. "Iiih ini kenapa sih?" Tanya Aluna dengan nada menyerah, ia menyenderkan punggungnya di tembok sebelah pintu. Aluna mengedarkan pandangannya, terlihat Rio yang tengah menatapnya aneh dari bagian atas hingga bawah tubuh Aluna.
Dengan cepat Rio menghampiri Aluna, tangannya sudah ada di atas knop pintu, kemudian ia mendorongnya. Aluna menganga hebat, "bang, sejak kapan pintu kamar Aluna didorong? Seinget Aluna ditarik deh?" Tanya Aluna polos.
Rio mendengus sebal, "Lun, dimana-mana pintu itu kebanyakan di dorong kalau dari luar, baru di tarik kalau dari dalam kamar." Jelas Rio, Aluna mengernyit kebingungan, "masa sih bang?" Tanya Aluna lagi.
Dengan tiba-tiba telapak tangan Rio sudah menempel di kening Aluna, ia membolak-balik telapak tangannya itu. "Lo sakit?" Tanya Rio. Aluna memberengut kesal, dan menggelengkan kepalanya, "Alu--" belum selesai Aluna menjawab, Rio sudah memotongnya "Iya lo sakit,"
Rio mendorong adiknya itu ke dalam kamarnya, "udah istirahat aja ya,"Aluna memasuki kamarnya, dan langsung berbaring di kasurnya tanpa mengganti seragam yang masih melekat di tubuhnya. Aluna memandang atap rumahnya dengan pandangan hampa, dan jantung yang masih berdetak keras.
Lun ... gue rasa Adin suka sama lo
Perkataan Rio terus saja berputar di otaknya, merasa pusing, Aluna pun memejamkan kedua matanya dan tanpa sadar sudah terlelap.
°•○●○•°
Aluna merasa ada kehidupan lain di kasur selain dirinya, dikarenakan kengantukan yang masih menguasai diri Aluna, Aluna pun hanya menepuk-nepuk bagian kasur sebelahnya tanpa membuka mata.
Ada orang di sebelah gue.
Dengan cepat Aluna membuka kedua matanya, di hadapannya terdapat Arkan--sahabat kecil Aluna yang memang rumahnya tepat di sebelah rumah Aluna-- yang sedang bermain ponsel pintarnya.
Aluna kaget, dengan gerakan reflek ia pun menendang Arkan hingga cowok itu terjatuh dari kasurnya dan menimbulkan bunyi berdebum yang keras.
Cowok itu melenguh keras, "ck, sakit lun. Gue baru aja pulang dari batam, dan lo malah ngehadiahin gue sebuah tendangan?"
Aluna meringis, "maafin gue Kan, tadi reflek, lagi ngagetin aja sih." Kata Aluna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Arkan pun mengangguk singkat, "tapi bangunin gue, pantat gue sakit nih." Katanya sambil menunjuk-nunjuk bokongnya.
Aluna mejulurkan tangannya ke arah Arkan, dan disambut baik oleh Arkan. Dengan tenaga ekstra Aluna menarik Arkan, namun karena berat Aluna yang tidak sebanding dengan berat Arkan, Aluna pun menyerah.
"Aaa, gue kagak kuat Kan." Rintih Aluna, "dih segitu aja udah nyerah, bodo amat pokoknya bantuin gue." Aluna mendengus kesal, ia kemudian kembali menarik Arkan.
Saat tengah menarik, tiba-tiba tubuh Aluna limbung karena tersandung kakinya sendiri. Membuat Aluna menindih tubuh Arkan."Lo masih Aluna yang selama ini gue kenal, lo masih lemah." Kata Arkan sambil menyelipkan beberapa helai rambut Aluna yang tergerai, di telinga Aluna.
Kriiett
Brak..Bunyi derit pintu terbuka bersamaan dengan bunyi benda terjatuh, Aluna dan Arkan buru-buru melihat siapa gerangan yang berani membuka pintu Aluna, tanpa mengetuk dahulu.
Terlihat Iqbal dengan wajah terkejutnya, kamus Bahasa Indonesia yang awalnya ia pegang sudah terjatuh dengan mengenaskan di lantai. Bisa Aluna lihat Iqbal yang sepertinya ingin berteriak. "Aaaaa ... Bundaa!!" Dan teriakan Iqbal pun terdengar amat melengking, membuat Aluna dan Arkan cepat-cepat membenarkan posisinya, belum sempat Aluna menghampiri Iqbal yang terlihat masih syok, Iqbal sudah lari terbirit-birit.
Aluna panik, dengan cepat Aluna mengejar Iqbal yang sudah berlari menjauh dari jangkauannya. "Iqbaaal!!!" Teriak Aluna sambil terus mengejar Iqbal. Yang Aluna lihat Iqbal sekarang sudah terdiam di tempatnya, di depan Iqbal sudah ada bunda yang tengah berkacak pinggang.
"Kenapa sih Bal? Kok lari-larian gitu?" Tanya Bunda keheranan, Aluna berjalan mendekat, ia melemparkan death glare ke arah Iqbal. "I-itu Bun, Kak Na ..." melihat tatapan mematikan dari Aluna, membuat Iqbal seketika tergugu di tempatnya.
"Apasih bal? Ngomongnya coba yang jelas." Kata Bunda, dengan tatapan nelangsa yang Aluna punya, Akuna menatap Iqbal dengan tatapan
please-Bal-sekali-ini-aja-lo-bantu-gue-nanti-lo-bisa-minta-apa-aja-terserah."I-itu Bun, ada Bang Arkan di kamar Kak Na, katanya dia baru aja sampai dari Batam." Jelas Iqbal, Bunda mengangguk mengerti dan langsung melengos pergi. Aluma menghela napas lega, "Bal, makasih yaa. Sesuai janji gue, gue bakal turutin satu permintaan lo." ucap Aluna, kemudian pergi ke kamarnya lagi.
Sebelum Aluna benar-benar masuk ke kamarnya, Aluna mendengar percakapan antara Arkan dan Bundanya, "eh Arkan, kapan pulang?" Tanya Bundanya.
"Tadi pagi Bun." Jawab Arkan, ya, Arkan memang memanggil Bundanya dengan panggilan yang sama dengannya. Jika Arkan ditanya, kenapa Arkan memanggil Bunda Aluna dengan sebutan Bunda, Arkan dengan suara lantang akan menjawab, "kan Bunda lo Bunda gue juga, dan buat latihan kalau-kalau nanti gue jadi mantunya."
Aluna hanya menganggap ucapan Arkan itu sebagai guyonan-guyonan kecil. Karena Aluna tau, Arkan adalah sosok yang memang suka bercanda.
"Ooh, kok tadi Bunda gak liat kamu masuk di bawah?" Tanya Bunda lagi.
Arkan hanya senyum-senyum tidak jelas, "Arkan lewat balkon Luna Bun." Kata Arkan dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Kamu emang nih kebiasaan Kan, lama-lama Bunda jodohin kamu sama Aluna nih." Guyon Bunda, Aluna yang mendengar dari luar kamarnya hanya bisa mendelik. "Bunda bisa aja deh." Jawab Arkan.
●○•°•○●
Di tempat Lain, terlihat seorang cowok yang sedari tadi mondar-mandir resah di depan kamarnya, dengan seseorang cewek di sebelahnya yang tengah menatapnya jengah.
"Ngapain sih Kak mondar-mandir mulu? Masalah cewek ya?" Tanya si cewek, ia menatap kakaknya itu kesal, pasalnya kakaknya ini sudah mondar-mandir sejak setengah jam yang lalu.
Haidar tidak menjawab, "kak kalo merasa bersalah, cobalah minta maaf, dan buang rasa gengsi kakak, kalau cuma mondar-mandir gak jelas gini. Gak ada manfaatnya juga, coba besok kakak minta maaf sama dia." Ucap si cewek, yang bernama Ana.
Haidar mengernyit bingung, "tau dari mana kamu Na?" Tanya Haidar, Ana mengendikan kedua bahunya, "kelihatan dari muka kakak, muka-muka orang bersalah tapi gengsi buat minta maaf." Jelas Ana membuat Haidar tertohok atas penjelasan Ana. Ana benar, ia merasa bersalah karena telah bersikap yang tidak seharusnya pada Aluna, tapi satu sisi ia gengsi.
Apa harus gue ikutin cara Ana untuk ngebuang ego gue dan minta maaf sama Aluna?
TBC
Vomment woy vomment!
Please buat para silent reader, muncul dong!Regards
Ayu Amelia PutriDipublish pada
Sabtu, 9 April 2016

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionMulanya, kehidupan SMA Aluna sangatlah datar. Hingga ia mendapat sebuah Dare dari temannya untuk mencari target seorang anak basket disekolahnya, entah bagaimanapun caranya mereka harus jadian dalam kurung waktu 3 bulan. Dari situlah kehidupan SMA A...