Aluna mendengus kesal, melepaskan cengkraman tangannya, "balik lah. Udah kan pendaftaran nya? Kalo udah ya gue mau balik." Jawab nya judes lalu benar-benar pergi meninggalkan ruang olahraga.
Sabar Lun. Ada waktunya. Ini baru awal.
•●○°○●•
Aluna kesal bukan main, setelah pergi meninggalkan ruang olahraga, ia buru-buru melangkah ke kelasnya.
Di tengah perjalanan ke kelas, Aluna masih saja menggumam kesal sambil menghentakkan kakinya. Membuat siapapun yang melihatnya mengernyit kebingungan.
"Lun lo ngapa? Kesel amat kayaknya?" Tanpa Aluna melihat, Aluna sudah tau siapa pemilik dari suara ini. Suara kakak sulungnya, suara Rio Adrian Pratama.
Aluna melirik sekitarnya, merasa keadaan sedang sepi. Aluna mencebikan bibirnya kesal, kemudian kembali menghentak-hentakkan kakinya. "Bang gue kesel banget sama temen lo! Benci gue ama dia!" Rio bingung, siapa yang di maksud dia oleh Aluna.
"Temen gue? Siapa?"
"Itu looh temen lo yang waktu itu ke apartemen lo. Yang kalo ngomong nyelekit itu." Merasa tau siapa yang dimaksud Aluna, Rio ber "oh" ria."Haidar? Maksud lo Haidar kan?" Tanya Rio meyakinkan, Aluna mengangguk.
"Benci-benci nanti jadi sukaa..." gurau Rio dengan menaik turunkan kedua alisnya, membuat Aluna mencubit lengan Rio keras-keras.
"Ogah sampe kapan pun gue ogah suka ama dia." Sanggah Aluna cepat.
"Ogah-ogah nanti suka." Ledek Rio lagi, Aluna menambah kekerasan cubitannya, membuat Rio melenguh kesakitan."Amit-amit dah gue suka ama orang yang ngomongnya suka nyelekit!" Aluna melepas cubitannya, Rio mengusap-usap lengannya yang merah karena dicubit Aluna.
"Amit-amit nanti jadi imut-imut." Karena malas menanggapi ejekan gaje Rio, Aluna pun tidak menggubrisnya."Oh iya, katanya lo ikut basket Lun." Tanya Rio, Aluna menatap abangnya lemah, "iya bang."
"Nah itu namanya adek gue. Punya bakat tuh dikembangin jangan cuma didiemin." Kata Rio sambil mengacak-acak rambut dark cokelat Aluna."Bang, mulai latihan basketnya kapan deh?"
"Lusa lo udah bisa latihan." Rio melihat jam rolex yang menempel di tangannya.
"Lun gue balik ya, abis ini gue ada pelajaran Ekonomi." Pamit Rio, Aluna tersentak kemudian ia memukul kepalanya."Gila! Gue lupa hari ini ada ulangan Fisika."
==============
Aluna berlari secepat yang ia bisa, kurang satu menit lagi jam istirahat sudah habis. Padahal sehabis ini akan ada ulangan Fisika yang susahnya setengah mampus dan yang parahnya lagi Aluna sama sekali belum belajar.
Aluna optimis kalau-kalau Bu Heppy sudah datang ke kelasnya, pasalnya gurunya yang satu ini memanglah terkenal rajin datang ke kelas.
Sesampainya Aluna di depan kelas, buru-buru ia masuk tanpa melihat ada atau tidaknya Bu Heppy.
"Misi bu, maaf saya telat masuk. Please bu maafin saya, saya janji gak bakal ngulangin lagi, maafin saya bu! Izinin saya buat ikutan ulangan Fisika bu. Saya gak mau ulangan sendiri di ruangan Ibu." Ucap Aluna cepat dengan satu tarikan nafas.
Keadaan kelas menjadi hening setelah Aluna berkata seperti itu, membuat Aluna penasaran dan akhirnya membuka matanya. Ia tidak melihat adanya bu Heppy, ia melihat wajah teman-temannya terlihat wajah mereka melongo tidak percaya, sejurus kemudian kelas menjadi berisik dan ricuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionMulanya, kehidupan SMA Aluna sangatlah datar. Hingga ia mendapat sebuah Dare dari temannya untuk mencari target seorang anak basket disekolahnya, entah bagaimanapun caranya mereka harus jadian dalam kurung waktu 3 bulan. Dari situlah kehidupan SMA A...