Chapter 12

652 76 33
                                    


Dengan pasrah Aluna mengikuti langkah Arkan yang bisa dibilang seperti berlari sekarang. Arkan berhenti di salah satu lorong sepi yang menyambungkan kamar mandi perempuan dengan gedung belakang sekolah yang sepi.

Arkan melepaskan pegangan tangannya dengan Aluna, "lain kali, kalo lo mau ke kamar mandi harus dianterin. Minta Maura atau temen lo yang lain buat nganterin lo ke kamar mandi, kalo gak ada yang mau, biar gue yang nganterin lo ke kamar mandi." Ucap Arkan panjang lebar membuat Aluna menganga tidak percaya.

"Gue udah gede, Kan. Gue bisa ke kamar mandi sendiri. Dan walaupun gak ada yang mau ngangterin gue, gue gak bakal mau minta anterin elo." Jawab Aluna cepat.

Arkan menggeleng, "gue gak mau lo kenapa-kenapa, Aluna,"


"Emang gue kenapa?"


"Cowok tadi, lo bayangin kalo gue gak dateng tadi, mungkin lo bakal kenapa-kenapa." Jawab Arkan cepat.


Aluna mengerutkan dahinya. "Maksud lo, Haidar?"


"Mau Haidar kek, Jedar kek, Lebar kek, gue gak peduli. Yang gue peduliin itu elo, Lun. Gue gak mau lo kenapa-kenapa. Dan lo inget kenapa gue minta Mama buat disatu kelasin sama lo? Karena gue mau jagain lo dari cowok-cowok kurang ajar kaya si, siapa tadi namanya, Lebar, ya?" ucap Arkan panjang lebar yang hanya diangguki oleh Aluna.

Arkan menghela nafasnya, lega. "Yaudah ayo balik ke kelas, udah bel." Arkan menuntun Aluna menuju kelas.


Selama pelajaran dimulai, Aluna, ia sama sekali tidak fokus, dikarenakan sesuatu yang mengganjal kepalanya.


Gue minta maaf ucapan Haidar di depan kamar mandi tadi terus saja mengiang di kepala Aluna, membuat Aluna pusing sendiri.

Arkan yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Aluna jadi ikutan bingung, pasalnya Arkan tidak pernah melihat sahabatnya sebingung ini. Karena rasa penasaran yang sangat amat dalam, akhirnya Arkan menepuk pundak Aluna membuat Aluna sedikit kaget.


"Apaan sih, Kan. Ngagetin aja sih," ucap Aluna.

Arkan menyengir tanpa dosa, "lagian Lo 'nya bingung banget, dari pada lo kesambet setan perawan, mendingan gue kagetin." Jawabnya santai.


Aluna tidak mengacuhkan ucapan Arkan tadi, dia lebih menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya sendiri, dan tidak lama dari itu Aluna tertidur.

Arkan yang meyadari Aluna tertidur di sebelahnya langsung menutup punggung Aluna dengan jaket yang ia pakai tadi.

* * *

Aluna terbangun dari tidurnya karena seseorang menepuk-nepuk pelan pipinya. Aluna membuka matanya dan menemukan Arkan yang duduk di sebelah bangkunya dengan senyum khasnya.

Arkan terlihat membawa tas di punggungnya, menandakan orang itu akan pulang. Aluna mengucek matanya, dan betapa kagetnya Aluna saat melihat kelas yang kosong, hanya tinggal dirinya dan Arkan.

Arkan mengambil jaket yang tadi ada di punggung Aluna, "lo mau tidur sampe jam berapa? Sampe sekolah tutup?" Tanya Arkan.

Aluna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "hehe, maaf tadi gue ngantuk banget, jam berapa sekarang?" Aluna bertanya balik.


Arkan melihat jam di pergelangan tangan kanannya, "jam tiga lewat sepuluh. Ayo pulang," ajak Arkan.


Aluna menggeleng, "gue dijemput Bunda, Kan. Pas istirahat tadi Bunda SMS gue, katanya sekalian nganter Ghea beli sepatu." Jawab Aluna, yang diangguki oleh Arkan.

"Bener?" Arkan memastikan.


Aluna mengangguk.


"Yaudah gue duluan ya, Lun." Pamit Arkan lalu pergi, keluar kelas.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang