Sesuai rencana nya, sepulang sekolah Aluna pulang kerumah, mandi, berganti baju dan langsung pergi ke apartmen Rio. Aluna pergi kesana untuk menanyakan hal yang amat penting bagi nya kepada kakak semata wayangnya itu.
"Bun, aku ke apartemen bang Rio dulu ya." pamit Aluna.
Bunda membalikan badannya sehingga menghadap ke arah Aluna, "mau ngapain kamu kesana?" tanya Bunda.
Aluna cengengesan tidak jelas, "mau maen aja. Boleh ya Bun." izin Aluna lagi.
"Boleh, tapi ajak Iqbal ya?"
"Gak, ngapain sih ngajak Iqbal. Ini tuh urusan sekolah bun, gak usah ajak Iqbal ya."
Merasa namanya disebut-sebut, Iqbal membalikan badannya yang semula menghadap televisi kearah Bunda dan Aluna.
"Kok bawa-bawa nama Babal, kenapa?" tanya Iqbal yang masih setia memegang stik ps.
"Itu Kak Na, mau ngajak Babal jalan-jalan." jawab Bunda santai.
Sontak Aluna melotot karena ucapan si Bunda, "dih siapa yang ngajak. Bunda mah ngapain sih, biarin aja si Iqbal dirumah. Emang kenapa sih?"
Bunda duduk lalu mengambil majalah, "ribet ada si Iqbal, berantakan mulu rumah kalo ada dia. Kan kalo kamu ngajak Iqbal Bunda kan bisa santai santai bentar."
"Dih jadi bunda nyalahin Babal berantakin rumah?"
"Bunda gak ngomong gitu."
"Tadi kata bunda."
Terjadilah adu mulut antara Bunda dan Iqbal, yang dimenangkan oleh Iqbal. Karena lagi dan lagi Iqbal menangis karena hal sepele ini.
"Wayuluh Bunda Babal nangis, tanggung jawab tuh Bun." ucap Aluna sambil tertawa.
Bunda panik, "yah Bal jangan nangis, Bunda bercanda tadi. Udah udah Babal mau apa?" tanya Bunda melembut.
"Mau main ps." jawab Iqbal lalu kembali berkutik dengan ps nya.
"Bocah edan." ucap Bunda.
"Udah ah Luna jalan dulu ya dadah." ucap Aluna lalu keluar dari rumah.
Keadaan rumah yang ramai, itulah yang Aluna suka dari keluarga nya. Walaupun Bunda mempunyai banyak anak, Bunda selalu bisa mengajak mereka bercanda, dan terkadang serius pada waktunya. Itulah yang Aluna suka dari sifat Bunda.
Selama diperjalanan Aluna memikirkan kira-kira siapa yang bisa dia jadikan target permainan nya itu. Jujur Aluna kurang bersosialisasi, sehingga dia hanya memeliki beberapa teman disekolah. Aluna termasuk anak yang terkenal dikalangan guru maupun murid murid SMA nya, tapi Aluna hanya berteman dengan orang yan benar benar ia percaya. Jadi dalam kata lain Aluna tidak asal pilih teman.
Sesampai nya di apartemen Rio, Aluna memakirkan mobilnya di basement, lalu mulai masuk ke dalam apartemen. Di dalam apartemen ada beberapa yang menyapa, karena mereka memang sering melihat Aluna main kesini.
Aluna menaiki lift dengan seorang lelaki yang memakai hoodie, dengan kupluk hoodie yang bertengger di kepalanya, dan masker yang menutupi mulutnya, sehingga menyisakan mata saja. Aluna melirik nya beberapa kali, karena merasa kenal dengan laki-laki disebelahnya.
Merasa di perhatikan, laki-laki itupun melirik kearah Aluna yang sekarang tampak salah tingkah.
Ting..
Pintu lift terbuka, keduanya keluar lift secara bersamaan, berjalan berdampingan, Aluna sebelah kanan dan cowo itu sebelah kiri Aluna.
Kaya kenal, tapi siapa ya?, batin Aluna bingung. Karena ya dia seperti mengenali cowo itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionMulanya, kehidupan SMA Aluna sangatlah datar. Hingga ia mendapat sebuah Dare dari temannya untuk mencari target seorang anak basket disekolahnya, entah bagaimanapun caranya mereka harus jadian dalam kurung waktu 3 bulan. Dari situlah kehidupan SMA A...