Chapter 15

519 38 36
                                    


Pagi ini sekitar pukul 05.30 Aluna terbangun dari mimpi buruknya, di mimpinya, Aluna melihat dua ekor cicak yang mengejarnya dari sekolahan sampai ia tiba di rumahnya karena alasan Aluna yang tidak sengaja mengganggu cicak tersebut kawin.

Dengan napas yang tersenggal-senggal, Aluna terbangun dari tidurnya. Jantungnya berderu kencang tidak karuan, serta napas yang terdengar tidak teratur. Aluna terduduk di kasurnya, lalu mengusap sudut matanya yang berair.

Jujur, Aluna merasa takut dan geli bersamaan saat melihat binatang bermata belo dengan empat kakinya yang lengket itu. Aluna tidak habis pikir saking takutnya ia dengan cicak, sampai-sampai ia menangis saat memimpikannya.

Aluna mendesah pelan, berniat melanjutkan tidurnya lagi, berharap bisa memimpikan hal yang indah-indah, selain memimpikan cicak tentunya, mungkin memimpikan Adin bisa juga, tapi kalau diingat-imgat lagi, sudah lama ini Aluna tidak pernah memikirkan tentang Adin.

Aluna memejamkan matanya sambil berharap-harap bisa membayangkan wajah tampan Adin yang tengah tersenyum padanya. Baru saja bayangan Adin terlihat di khayalannya, seseorang dengan kejam merusak khayalan tersebut dengan cara mengetok pintu balkon Aluna dengan tidak sabaran.

Aluna tau, siapa itu, dia Arkan.

Aluna berniat tidak mengacuhkan Arkan, dan kembali membangun bayangan wajah Adin yang tadi hilang dari khayalannya. Namun Arkan yang memang orangnya pantang menyerah, malah makin menjadi-jadi menggedor pintu balkon Aluna.

Karena sebal, Aluna bangkit dari kasurnya dengan emosi yang menggebu-gebu, Aluna pergi menuju pintu, lalu membukanya dengan kasar.

Nihil, di balkonnya tidak ada Arkan, hanya terdapat sebuah parsel berisi buah-buahan yang berada persis di depan pintu balkon. Tadinya jika ia melihat sesosok Arkan ia berjanji atas nama kerang ajaib, Aluna tidak akan berhenti mencecar cowok itu karena telah mengganggu kegiatan mengkhayalnya.

Tapi membahas tentang Arkan, Aluna kembali teringat dengan kejadian 3 hari yang lalu, bertepatan saat Arkan mengusap lembut kepalanya sambil mengucapkan kata sayang padanya.

Jujur, saat itu Aluna belum sepenuhnya tertidur, ia hanya memejamkan matanya, dan terkaget begitu Arkan bersikap seperti itu.
Entahlah, Aluna sekarang merasa sedikit canggung bila berdekatan dengan Arkan.

Aluna kembali mengedarkan pandangannya, pintu balkon Arkan masih terkunci rapat-rapat, lagi pula Arkan juga tidak biasanya mengetuk pintu balkon kamarnya terlebih dahulu, Aluna ingat Arkan merupakan tipikal orang yang tidak suka mengetuk pintu.

Aluna maju selangkah, lalu mengambil parsel berisi buah tersebut, Aluna menatap lamat-lamat parsel yang di dalamnya terdapat note kecil berwarna kuning yang bertuliskan.

Gue tau ini telat, tapi tolong jaga kesehatan lo. -H

♧♧

Setelah mengecek beberapa peralatan yang akan dibawanya untuk acara perkemahan nanti. Aluna memilih untuk beristirahat sebentar dengan meminum secangkir teh di pagi hari buta, di balkon kamarnya ditemani bentley yang sekarang berada di pangkuannya.

Aluna menyesap teh hangatnya, sambil sesekali mengusap lembut kepala bentley yang sedang tertidur di pangkuan.

"Haaah," suara orang yang tengah menguap kencang dari sebelah, membuat Aluna yang awalnya masih melamun, menoleh seketika.

Terlihat Arkan dengan muka bantalnya yang kini tengah bersenderan di tembok balkon kamarnya.

"Eh Aluna!" sapa Arkan sambil melambai-lambaikan tangan kearah Aluna, seakan-akan sahabat lama yang baru saja bertemu kembali.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang