Chapter 9

10.4K 307 23
                                    

Wanita itu ibarat mutiara, susah di temukan dan mahal. Jadi, kita harus menjaga dan menyayangi nya sepenuh hati.
Karna, yang susah di dapatkan pasti akan di jaga. Kalau yang murahan, pasti di letakan sembarangan.

-Derry Geraldi-


*

Derry Geraldi POV

Aroma coffe latte merasuki indra penciuman ku, aku pun tersenyum saat melihat naumi- ralat tetapi istriku sedang mengaduk segelas coffe latte di nakas samping tempat tidur kami.
"Ekhm.." naumi pun menengok ke asal suara, aku pun tersenyum menatap mata indah milik istriku itu, sudah ku bilang jika mata biru terang nya bisa menenangkan aku di pagi hari.

Tetapi, tunggu dulu. Aku baru ingat akan sesuatu, dengan perlahan aku menggeser sedikit rambut coklat nya dan memperlihatkan leher putih yang sudah terdapat bercak merah itu pun sukses membuat ku tertawa terpingkal-pingkal.

"Kenapa kamu ketawa-ketawa?"

"Ngg-coba kamu kacaan dulu deh sayang." naumi pun mengernyit bingung lalu berdiri berniat menghampiri kaca rias dengan berjalan mengangkang dan tertatih.

"Kamu kenapa sih, kok jalan nya kaya begitu?." aku pun menghampiri Naumi yang saat ini menghembuskan nafas kasar.

"Sini sini duduk dulu ya sayang." setelah mendudukan istriku di tepi ranjang, aku pun mulai memijit pelan kaki jenjang milik Naumi.

"Duh masa kamu udah kena asam urat sih yang." Naumi pun melebarkan mata nya, memejamkan mata sebentar dan, plakk.. Sebuah pukulan kecil mendarat di lengan kekar milik Derry.

"Enak aja bilangin aku asam urat! Aku kaya begini gara gara kamu tau!" mengerucutkan bibir mungil nya yang saat ini sedikit membengkak, mungkin karna semalam.

"Loh, kok aku sih yang?."

"Iyalah kamu, siapa lagi coba."

"Iya, tapi salah ku itu dimana nya sayang?." aku pun mencoba mengingat sesuatu, namun nihil. Tadi malam itu kami hanya menjalankan kewajiban malam pertama dan..

"Yaampun yang aku baru inget, maafin aku ya.. Apa masih sakit? Terus kenapa kamu buatin aku coffe segala sih. Kan kamu tau, kamu sendiri aja lagi ngerasain perih begini gara gara aku." aku pun mencoba meringankan rasa sakit nya dengan cara mengelus pelan puncak kepala istriku itu.

"Gimana sekarang kita ke dokter aja ya? Takut kamu kenapa kenapa yang."

"Gak mau. Aku kan mau berangkat kerja Derry."

"Kamu ini ngeyel deh, kan udah aku bilang berenti kerja, upah nya juga gak seberapa. Sekarang kamu lagi keadaan kaya begini terus mau kerja? Yang bener aja kamu sayang. Liat nih bercak merah nya, liat bibir kamu, terus cara jalan kamu nya yang. Udah sekarang libur dulu ya, nanti aku yang bilang ke Mr. Grewson nya."

"Tunggu dulu, aku nanya jadwal sama Zayn dulu aja deh." Derry pun mengangguk mengerti, "Jangan lama-lama sayang nelfon nya." Naumi mendengus kesal, "Cuma nanya jadwal restaurant aja kok derry."

Aku memperhatikan istriku yang saat ini mulai mencoba menghubungi Zayn-Adik nya Aina.

"Zayn, ini aku Naumi."
"Aku mau nanya, restaurant buka jam berapa?"
"Iyaudah deh zayn, aku mau ke dokter juga, jadi aku usahain gak terlambat. Terimakasih zayn atas informasi nya."

Setelah memutuskan panggilan nya, Naumi meletakan benda pipih nan canggih pemberian dari mama mertua nya itu diatas nakas samping tempat tidur kami.

Women's FinalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang