Part 1

39.5K 1.7K 21
                                    

Ini cerita pertamaku jadi kalau kurang menarik dan typo maaf ya...soalnya lagi coba-coba. semoga suka.

*****

Aku benar-benar terkejut.

Sangat terkejut.

Aku, Water Lily White seorang secret agent. Menangani kasus kriminal dalam kelas internasional. Selama ini kasus yang aku tangani selalu merkaitan dengan manusia. Kali ini aku harus menghadapi rouge. Serigala liar yang menyamar jadi manusia menjadi gembong narkoba berbahaya dan sangat liat untuk ditangkap.

Jelas saja mereka sulit ditangkap. Mereka makhluk supranatural, memiliki kemampuan jauh lebih kuat dibanding manusia. Itu juga kenapa mereka berani melakukan transaksi narkoba di siang hari begini.

Aku segera mengganti peluru biasaku dengan peluru perak. Bebicara pada Robby - partnerku selama menjalani tuga sebagai secret agent - bahwa aku akan menangani pihak mereka. Robby menangani pihak manusia. Dia member intruksi pada anggota lain untuk maju.

"Angkat tangan, kalian sudah dikepung" teriak partnerku.

Mereka mengankat tangan, ketiga rouge itu langsung lari dengan kecepatan luar biasa. Suasana gedung menjadi berantakan. Aksi tembak menembakpun tak bisa terhindarkan.

Diam-diam aku berlari keluar, dengan kecepatan yang luar biasa aku mengejar rouge. Mencari jalan pintas, menghadang mereka di tempat yang sepi. Aku tidak mau ada manusia yang melihat aksi kami.

"Lihatlah teman-teman, ada manusia." ujar rouge berambut coklat keriting sambil menyeringai.

"Hai cantik, jang..." belum selasai rouge berambut pirang berkata, aku lansung menembaknya di jantung dan kepalanya. Si pirang terkapar lalu jadi abu.

Aku menyeringai kepada dua rouge yang kelihatan shock. Keduanya menerjangku bersamaaan. Aku menghindar, menembak rouge berambut coklat keriting mengenai perutnya, dia berteriak kesakitan. Perak memang kelemahan makhluk seperti kami. Perak menjadikan mereka lemah dan membuat luka tidak bisa tertutup.

Rouge terakhir marah, berubah jadi serigala, dengan raungan yang mengerikan. Dia menerjangku, aku berguling menghindari, menembak kakinya. Dia mendengking kesakitan, aku mengambil belati perak. Menerjangnya dan menghunuskan belatiku pada jantungnya. Sial! Tanganku terkena cakaran.

Aku memang selalu membawa belati perak pemberian ayahku, juga peluru perak pemberian kakakku. Ternyata disaat kondisi seperti ini benar-benar berguna. Terima kasih pada kakakku tersayang yang selalu mengingatkanku untuk membawanya. Aku akan menciummu saat kita betemu nanti. I miss you my family.

Rouge berambut coklat keriting mengambil kesempatan itu untuk menembakku. Aku berguling. Oh..sial! kenapa kakiku terserempet pelurunya. Kulempar belatiku mengenai kepalanya. Suara dengkingan yang memilukan. Abu mereka bertebangan, terkena angin. Aku menunggu lukaku tertutup sebelum kembali ke gedung tempat transaksi.

"Bagaimana?" Robby, rekanku langsung menghampiriku saat aku masuk gedung.

"Mereka berhasil kabur. Ada mobil yang tiba-tiba datang. Tapi dua diantara mereka pasti tidak akan selamat karena tembakanku. Aku menganai dada mereka sedangkan yang satu cuma terkema kaki. Aku langsung lari ketika mobil itu datang. Bisa mati aku melawan mereka." jelasku meyakinkan. Robby mengangguk.

Maaf – maaf saja aku berbohong. Tidak mungkin kan aku mengatakan yang sebenarnya? Bisa gawat kalau mereka tahu.

Aku melihat sekeliling, gedung ini berantakan banyak darah berceceran di lantai "Bagaimana dengan di sini? Apa ada korban dari pihak kita?"

Stone CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang